Perkuat Kedaulatan NKRI di Perbatasan, Begini Caranya

Selasa, 13 Desember 2016 – 02:12 WIB
Kepala Perwakilan BI NTT, Naek Tigor Sinaga dan Bupati Belu, Willybrodus Lay meninjau ibu-ibu yang sedang menenum pada acara penandatanganan naskah perjanjian kerja sama antara BI dengan Bupati Belu untuk pengembangan tenun ikat di Dusun Raihenek Kelurahan Manumuti Kecamatan Kota Atambua, Rabu (7/12) lalu. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - ATAMBUA - Kepemimpinan  Naek Tigor Sinaga sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT terus memberi warna khusus bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Belu. Selain ikut berperan mendorong warga untuk menanam bawang tuktuk di Desa Fatuketi Kecamatan Kakuluk Mesak, Naek Tigor juga memotivasi warga khususnya ibu-ibu penenun motif daerah Belu untuk terus meningkatkan mutu tenun ikat yang digeluti selama ini.

Beberapa waktu lalu, Naek Tigor bersama Bupati Belu mensponsori masyarakat Desa Fatuketi untuk tanam bawang tuktuk. Ia juga melakukan sosialisasi rupiah di Mota’ain. Selain itu, pihaknya pernah pecahkan rekor muri dunia dengan peserta 4.601 orang di lapangan umum simpang lima Kota Atambua.

BACA JUGA: Tahun Depan, Anggaran Perjalanan Dinas Dipangkas

“Saat ini kami teken perjanjian kerja sama pengembangan tenun ikat antara KPW BI Provinsi NTT dengan Pemkab Belu dan pelatihan teknik tenun ikat serta pewarnaan. Ini semua bertujuan untuk memperkuat kedaulatan NKRI di perbatasan,” ungkap Kepala Perwakilan BI NTT, Naek Tigor Sinaga saat acara penandatanganan naskah perjanjian kerja sama dengan Bupati Belu di Dusun Raihenek Kelurahan Manumuti Kecamatan Kota Atambua, Rabu (7/12) lalu.

Menurutnya, kegiatan tenun ikat ibu-ibu di Belu patut mendapat perhatian besar dari lembaganya, mengingat produk tenun ikat sempat memberi omset yang sangat besar bagi Perwakilan BI NTT pada momentum pameran di Jakarta belum lama ini.

BACA JUGA: Operasi Pencarian Korban Pesawat Jatuh Resmi Dihentikan Kapolri

"Saat ini tenun ikat lagi tren. Karena itu, kami memandang perlu untuk mendorong ibu-ibu di perbatasan khususnya Belu untuk terus semangat menenun sambil meningkatkan mutu produknya biar tenun ikat NTT terus terkenal kemana-mana," tegasnya.

Kabupaten Belu menurutnya, sangat kaya akan potensi alam. Holtikultura misalnya, sangat banyak aneka jenis antara lain ubi ungu, bawang tuktuk dan anggur yang sudah dikembangkan di Belu, ternyata memberi hasil yang sangat memuaskan.

BACA JUGA: Berantas Kejahatan, Pasang CCTV di Penjuru Kota

"Jadi, daerah kita (Belu, red) sangat kaya potensinya asal kita mau berusaha saja. Tanah kita cukup luas mari kita kelola dengan baik, pasti menghasilkan buah berlimpah yang bisa kita gunakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup kita sendiri," ujarnya.

Sementara, Bupati Belu, Willybrodus Lay meminta ibu-ibu penenun agar tidak menggunakan pewarna yang dijual di pasar. Sebab, umumnya mengandung bahan kimia.

Ia mengajakan ibu-ibu untuk menggunakan pewarna alami yang ada di Belu sebagaimana digunakan ibu-ibu terdahulu. "Pewarna yang dijual di pasar mengandung bahan kimia. Kadang orang pakai kain tenun kita alergi. Jadi silakan pakai saja pewarna alam yang kita miliki," ujarnya.

Willybrodus meminta ibu-ibu penenun agar menanamkan tekad dan semangat yang membara untuk memanfaatkan momentum pelatihan dan pendampingan BI sebagai kesempatan untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki selama ini guna meningkatkan ekonomi rumah tangga ke depan.

"Jangan sampai setelah BI pulang, ilmu yang kalian dapat selama beberapa hari ini juga pulang dan kembali ke kebiasaan lama. Saya minta kebiasaan ini harus kita tinggalkan dan mari kita tingkatkan semangat tidak hanya untuk kebutuhan keluarga, tapi juga untuk keperluan bisnis," tegasnya.(JPG/ogi/ays/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini di Indonesia, Jalan Penuh Lumpur Seperti Bubur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler