Perlawanan PSK Dolly, Kerbau Diarak, Kepalanya Bertulis Risma, Pantatnya Nama Supomo

Cerita Bisnis Prostitusi Jelang Ramadan

Jumat, 26 Mei 2017 – 07:40 WIB
PSK Dolly Didata Ilustrasi by:

jpnn.com, SURABAYA - Bisnis prostitusi diyakini sudah ada sejak zaman nabi. Bahkan di dalam kitab samawi disebutkan bahwa perbuatan homoseksual atau liwath di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.

Kedua jenis perbuatan ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga hal tersebut merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum sehingga diutuslah Nabi Luth.

BACA JUGA: Curahan Hati PSK: Pengin Tobat, Cari Suami Perkasa

Bagaimana dengan era kekinian? Di Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini bersuara lantang dan menutup sejumlah tempat lokalisasi seperti Dolly yang dianggap terbesar di Asia Tenggara.

Meski sudah ditutup namun pada faknyanya praktik prostitusi belum sepenuhnya hilang.

BACA JUGA: Curahan Hati PSK: Ramadan Berlaku Tarif Diskon

Buktinya, masih ditemukan bisnis esek-esek yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi di eks lokalisasi.

Pelaku prostitusi sering memanfaatkan rumah kos untuk menjalankan bisnisnya.

BACA JUGA: Curahan Hati PSK: Pilih Pulang Kampung Hindari Razia

Pada Oktober 2016, Satpol PP membentuk tim khusus. Yakni, Tim Asuhan Rembulan (TAR).

Anggotanya melibatkan jajaran kepolisian, dinas sosial (dinsos), serta dinas kepemudaan dan olahraga (dispora).

Selama lima bulan beroperasi, mereka berhasil menjaring 40 PSK.

Irvan Widyanto, kepala satpol PP, menerangkan bahwa TAR berwenang menjaring praktik prostitusi.

Setelah terbukti, para PSK bakal diperiksa, apakah mereka terjangkit HIV-AIDS.

"Kami bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk tindak lanjutnya," ujar Irvan.

Selain tim tersebut, ada posko terpadu. Anggota posko itu tidak jauh berbeda dengan TAR.

Namun, kinerja mereka tidak didasarkan pada waktu bekerja, melainkan tempat operasi.

Posko tersebut tersebar di Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Selatan, dan Surabaya Utara.

April 2017, tim menangkap tujuh PSK di salah satu wisma.

"Setelah pintu didobrak petugas, ternyata mereka terbukti melakukan prostitusi," lanjutnya.

Irvan menerangkan, saat ini model prostitusi bermacam-macam. Paling banyak melalui media sosial.

Beberapa kali langkah represif dilakukan, tapi prostitusi belum bisa dihentikan.

"Masih kucing-kucingan. Tapi, sampai kapan?" kata mantan camat Rungkut itu.

Irvan lantas menceritakan penutupan eks lokalisasi Dolly pada 18 Juni 2014.

Kala itu, dia menerima sejumlah ancaman teror. Misalnya, mobil satpol PP bakal dibakar saat melintasi Dolly.

Ada pula kerbau yang diarak. Di kepala kerbau terdapat nama Risma dan di pantat kerbau ada nama Kadinsos Supomo.

"Jujur, sempat down. Tapi, semangat muncul lagi setelah Bu Risma bilang, Van, nek kowe gak wani mudun, kene tak nyeleh peralatanmu. Tak tutupe dewe Dolly (Van, kalau kamu tidak berani turun, aku pinjam peralatanmu. Aku tutup sendiri Dolly, Red)," tutur Irvan, menirukan ucapan Risma sapaan akrab Tri Rismaharini saat itu.

Keseriusan tersebut dianggap bisa menampik tudingan bahwa pemkot membiarkan prostitusi kembali muncul.

Langkah represif yang diambil tak bisa menuntaskan masalah hingga ke akar rumput.

"Makanya, pelan-pelan kami lakukan pemberdayaan," katanya.

Camat Sawahan Yunus menerangkan, tugas mengurus Dolly mirip seperti piala bergilir.

Muslich, mantan camat Sawahan yang kini menjabat camat Benowo, dianggap telah memenangi pertempuran untuk menutup Dolly.

Namun, tugas mempertahankan itu dinilai lebih berat. "Dua tahun ini, batik Dolly mulai jalan. Samijali sampai bisnis sablon sudah berkembang," jelasnya. (sal/c18/oni/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Curahan Hati PSK: Tutup Mata Layani Tamu, Ingat Anak di Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler