jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menilai upaya pemeliharaan dan perlindungan bangunan cagar budaya masih rendah.
Kebakaran Museum Bahari Jakarta pada Januari lalu, menjadi bukti lemahnya mengantisipasi kebakaran di bangunan cagar budaya.
BACA JUGA: Rumah Tahanan Militer Diminta jadi Cagar Budaya
"Berbagai bencana kebakaran di bangunan-bangunan cagar budaya dan rumah adat yang terjadi sangat memprihatinkan," kata Ketua IAAI Wiwin Djuwita Ramelan dalam seminar 'Belajar dari Kebakaran Bangunan Cagar Budaya dan Rumah Adat' di Museum Nasional, Jakarta.
Pada awal tahun ini, selain Museum Bahari, kebakaran juga melahap Kawasan Pecinan di Kelurahan Kampung Dalam, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
BACA JUGA: DPRD Pengin Semua Museum di Jakarta Diasuransikan
Wiwin mengharapkan, ke depannya semua elemen harus menjaga bangunan cagar budaya.
Sebab, bangunan cagar budaya serta isinya merupakan warisan dunia kepada penerus bangsa.
"Bersama-sama, kita harus paham bagaimana merawat bangunan cagar budaya berdasarkan etika," imbuh Wiwin.
BACA JUGA: Ini Koleksi Bersejarah Museum Bahari Korban Amukan Api
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid menilai kesadaraan masyarakat akan potensi kebakaran masih rendah.
Karena itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana kebakaran.
"Untuk mencegah terjadi kebakaran itu tanggung jawab kita semua. Pengguna dan penghuni di lingkungan tersebut. Namun problemmya kesadaran kita masih sangat terbatas. Kesadaran ini masih perlu ditingkatkan, sehingga kita bisa waspada 24 jam," kata dia.
Selain dua orang tersebut, acara ini juga dihadiri Arsitek Pelestari Yori Antar, anggota Tim Sidang Pemugaran Pemprov DKI Jakarta Oesrifoel Oesman, Kadis Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Pemprov DKI Jakarta Subejo dan Direktur Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan Bappenas Almich Alhumami. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada 150 Personel Satpol PP Jaga Museum Bahari
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga