jpnn.com, JAKARTA - Mining Industry Indonesia (MIND ID) terus berperan aktif sebagai pemain utama penghasil komoditas aluminium.
Direktur Utama Inalum Hendi Prio Santoso mengatakan permintaan kendaraan listrik berbasis baterai makin meningkat
BACA JUGA: 3 Strategi MIND ID Pacu Dekarbonisasi Pertambangan
Holding Industri Pertambangan di Indonesia itu terus memantau perkembangan tren kebutuhan masyarakat dan mengambil langkah strategis melalui salah satu anggotanya yaitu PT Inalum (Persero).
"Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut dibutuhkan bahan dasar tambang yang tidak sedikit, mulai dari aluminium, nikel, tembaga, hingga timah, dan Indonesia menjadi salah satu negara utama penghasil komoditas tambang tersebut," ujar Hendi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (18/11).
BACA JUGA: 5 Jurus MIND ID untuk Hilirisasi Pertambangan
Sebagai BUMN pengolahan aluminium terbesar di Indonesia, Inalum menjaga keandalan dan meningkatkan performa industri aluminium nasional dengan menjalin kerja sama dengan Emirates Global Aluminium (EGA).
EGA adalah perusahaan industri terbesar di luar sektor migas dari Uni Emirat Arab.
BACA JUGA: 3 Mandat Pemerintah untuk MIND ID, Nikel Jadi Komponen Kunci
Salah satu anggota MIND ID, Inalum dan EGA menandatangani perjanjian studi kelayakan terkait pengembangan perluasan brownfield Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Penandatanganan itu dilakukan oleh Direktur Utama Inalum Hendi Prio Santoso dan CEO EGA, Abdulnasser Bin Kalban pada KTT G20 di Bali, Senin (14/11).
"Perjanjian ini diharapkan bisa meningkatkan performa Inalum dalam hal-hal peningkatan knowledge dan investasi industri aluminium nasional," ungkapnya.
Inalum pun optimistis bisa naik level dan menjadi wajah modernitas dalam industri pengolahan aluminium nasional.
"Sekaligus bukti kepada industri global bahwa Inalum mampu memproduksi aluminium yang ramah lingkungan dengan menggunakan energi dari PLTA ramah energi dan berkelanjutan," ungkap Hendi.
Selain itu, kolaborasi strategis ini juga memberikan kesempatan kepada Inalum untuk meningkatkan produksi hingga double capacity.
“EGA adalah mitra pilihan Inalum untuk ekspansi brownfield Kuala Tanjung, berdasarkan efisiensi teknologi peleburan EGA dan pengalaman mentransfernya secara internasional, dan potensi kemitraan perusahaan sebagai investor dan/atau offtaker logam,” ujar Hendi.
“Tahapan strategis berupa studi kelayakan bankable ini menjadi langkah berikutnya sebelum kita memulai konstruksi,” sambungnya.
Berbekal ekspansi itu, Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun.
CEO EGA Abdulnasser Bin Kalban menyebut jika aksi korporasi perluasan ini berhasil maka Inalum diharapkan memiliki tambahan kapasitas lebih dari 400 ribu ton aluminium per tahun.
Dia mengatakan investasi potensial dalam perluasan brownfield Kuala Tanjung dan penjualan logam, akan memajukan pertumbuhan dalam aluminium rendah karbon.
“Perjanjian ini merupakan langkah maju yang penting dalam kerja sama kami dengan Inalum, dan mendekatkan penyebaran teknologi yang dikembangkan UEA di Indonesia, saya berterima kasih kepada Inalum atas kepercayaan mereka yang berkelanjutan pada EGA sejalan dengan kemitraan antara kedua negara kita” kata Abdulnasser Bin Kalban.
Inalum terus melakukan inovasi dengan melakukan inisiatif pengembangan proyek strategis diantaranya Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Aluminium Kuala Tanjung, Proyek
Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, dan Pembangunan Aluminium Remelt IAA. Sejalan dengan potensi besar pangsa pasar aluminium baik secara domestik dan regional. (mcr10/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul