Permintaan Kredit Investasi Anjlok, Korporasi Hati-Hati Berekspansi

Minggu, 06 Agustus 2017 – 08:28 WIB
Uang Rupiah. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan kredit yang bersifat produktif melambat pada semester pertama lalu.

Berdasar data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit secara total hanya mencapai 7,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

BACA JUGA: Bank Bersandar Pada Kredit Konsumer

Padahal, pada semester pertama tahun lalu, kredit bisa tumbuh 8,5 persen.

Perlambatan tersebut didorong penurunan kredit investasi.

BACA JUGA: Bank Mandiri Fasilitasi Kredit Pembangunan Perkeretaapian

Kredit investasi pada semester pertama lalu tumbuh 6,1 persen.

Angka itu anjlok hampir separuh dari pertumbuhan pada semester pertama 2016 yang masih 12 persen.

BACA JUGA: Ikut Sindikasi LRT, BCA Siapkan Rp 2 Triliun

Perlambatan pertumbuhan kredit investasi terutama dipengaruhi kredit untuk sektor industri pengolahan, perdagangan, serta hotel dan restoran.

Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh 6,9 persen atau lebih tinggi daripada capaian pada semester pertama tahun lalu 6,6 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menyatakan, ada kecenderungan perusahaan menahan pengajuan kredit.

’’Jadi, dana investasi dan ekspansi itu cenderung diambil dari laba ditahan. Sumber dari perbankan untuk modal usaha perusahaan tersebut rata-rata masih 30 persen,’’ katanya, Jumat (4/8).

Pertumbuhan kredit untuk keperluan investasi yang rendah, lanjut dia, menunjukkan korporasi cenderung berhati-hati dalam melakukan ekspansi.

Sumber dana itu pun lebih banyak menggunakan private placement.

’’Jadi, korporasi masih melihat situasi untuk menghitung capex (capital expenditure) yang dirumuskan sampai akhir tahun nanti,’’ sambungnya.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan, perbankan harus pintar memilih nasabah korporasi.

BCA memang masih menyasar perusahaan sebagai sumber pertumbuhan kredit.

’’(Kredit, Red) untuk perusahaan yang punya banyak proyek besar, yang kondisi keuangannya bagus, dia masih lancar kreditnya, dan masih terus mengajukan kredit. Tapi, untuk perusahaan yang tanggung atau yang tidak punya proyek besar, dia tahan saja,’’ urainya.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo berharap pada korporasi kakap sebagai pendongkrak kinerja.

Sebab, tahun lalu Bank Mandiri punya pengalaman kurang baik dengan penyaluran kredit untuk perusahaan menengah karena kualitas kreditnya kurang baik.

’’Kami sekarang berfokus pada korporasi besar. Semester kedua ini bisa lebih baik daripada sebelumnya karena proyek-proyek lebih banyak direalisasikan,’’ katanya. (rin/c22/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mandiri Manjakan Pegawai Peruri dengan ID Card BUMN


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler