Pernah Berjuang bersama Jenderal Sudirman, kini Hidup Menderita

Rabu, 11 November 2015 – 13:02 WIB
Mbah Suma di kediamannya. Foto: Riau Pos/JPG


MBAH Suma (112) menceritakan perjuangannya saat melawan penjajah. Mulai dari perjuangan mengusir kolonial Belanda hingga perjuangan melawan penjajahan Jepang. Namun, kini hidup Mbah Suma dibelit kegetiran dan kemiskinan.
------------
Laporan  MUSLIM NURDIN-Pekanbaru
------------
Saat bertemu Mbah Suma di rumah gubuk kayunya yang berukuran kurang lebih 3 x 4 meter di Jalan Tengku Perkasa, Kelurahan Rumbai Bukit, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Mbah Suma langsung menyalami satu per satu kru Riau Pos (Jawa Pos Group) yang datang.

Dengan wajah yang tampak tua renta, garis-garis kulitnya sudah mulai terlihat, sore itu, Mbah Suma tengah duduk di depan rumahnya. Di lokasi itu pula nantinya Mbah Suma akan dibangunkan sebuah rumah layak huni oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.

BACA JUGA: Raja Badung VII, Pahlawan Bali yang Memerangi Belanda lewat Karya Sastra

Dengan mengenakan kaos loreng lusuh dan mengenakan bawahan celana panjang hitam, Mbah Suma mengajak masuk tim Riau Pos ke rumahnya. Istrinya Ida (70) langsung menyambut dengan senyuman yang hangat menyapa.

Mbah Suma cerita, dirinya pernah ikut berjuang bersama Jendral Sudirman pada masa penjajahan belanda di Jawa barat." Saya pernah ikut Jendral Sudirman," ungkapnya dengan nada yang kental dengan logat sunda.

BACA JUGA: Luar Biasa! Pianis Muda Indonesia Ini 3 Kali Mengguncang Carnegie Hall, New York

Ia juga menceritakan betapa beratnya berjuang melawan penjajahan Belanda demi satu tujuan, kemerdekaan.

"Hampir tertembak sangat sering, nasib beruntung yang masih buat saya hidup sampai saat ini," ujarnya.

BACA JUGA: Kisah Pendiri Brimob yang Akhirnya jadi Pahlawan Nasional

Pengalaman paling menakutkan yang pernah dialami ialah saat terkepung di sebuah hutan lebat di Jawa Barat. Ketika itu dia bersama pejuang lainnya menginap di hutan tersebut selama 15 hari, menunggu bala bantuan datang.

Setelah 15 hari menunggu akirnya bantuan pun datang. Melalui bantuan udara, dia bersama pejuang lainnya berhasil diselamatkan oleh tim. Ya, itu hanya sekelumit  cerita perjuangan yang dialami oleh Mbah Suma di masa perjuangannya dulu.

Saat ini Indonesia sudah 70 tahun merdeka. Namun hidup dalam kemiskinan masih mendera Mbah Suma. Diceritakannya, usai kemerdekaan diproklamirkan, ia sempat pindah ke Jakarta.

"Saya udah pensiun, gak jadi tentara lagi, tapi waktu itu pemda Jakarta janji berikan penghargaan kepada saya," pungkasnya.

Namun janji-janji yang ditunggu Mbah Suma tak kunjung terealisasi. Pada tahun 1982 ia bersama keluarganya tertarik untuk ikut transmigrasi ke Pasir Pangarayan.  Saat itu program transmigrasi sedang gencar di lakukan Presiden Soeharto. Berharap hidup yang layak dengan penghasilan layak, mbah Suma akirnya memilih untuk pindah ke Pekanbaru pada tahun 1992 silam.

Sudah 23 tahun terakhir mbah Suma menghabiskan masa tuanya di Kota Pekanbaru. Tepatnya di Jalan Tengku perkasa, Kelurahan Rumbai Bukit Kecamatan Rumbai.

Tinggal di pedalaman Rumbai dan menghuni rumah kayu, Mbah Suma sehari-harinya bekerja sebagai pembongkar tanah timbun. Namun belakangan, karena faktor usia, dia saat ini tidak lagi bekerja. Hanya saja sesekali menerima bantuan dari tujuh orang anaknya yang juga hidup tidak terlalu berkecukupan.

Roswati (45) putri ketiga Mbah Suma, menyebutkan saat semenjak tinggal di Pekanbaru belum pernah mendapatkan bantuan. Dia bersyukur akhirnya mendapatkan bantuan sebuah rumah yang diberikan oleh Walikota Pekanbaru, Firdaus, yang peresmian dimulainya pembangunan rumah diwakilkan oleh Camat Rumbai Zulhelmi Arifin.

Senin (9/11) Camat bersama jajarannya disertai Danramil Rumbai dan Rumbai Pesisir, Mayor S Tarigan mendatangi Rumah Mbah Suma. Atas bantuan tersebut, Mbah Suma bersama istri sempat menangis haru.

"Tadi pas saya baru aja sampai, Mbah Suma langsung peluk saya sambil nangis. Dia bilang makasih Kapten, makasih Kapten, diulang ulang sampai 5 kali. Itu sambil peluk saya nangis-nangis, dia manggil saya kapten," sebut Zulhelmi ketika dikonfirmasi Riau Pos.

Saat ini, lanjut Camat, rumah layak untuk Mbah Suma sudah dikerjakan. Pondasi rumah sudah mulai terbentuk. Sehingga nanti ketika sudah selesai diharapkan dapat menjadi suatu tempat tinggal yang baik untuk Mbah Suma dan keluarga. Selain itu nantinya, Mbah Suma juga akan diperjuangkan status veterannya. Dikarenakan saat ini Mbah Suma belum terdaftar sebagai veteran di daerah Riau.

"Saya sudah coba bincang sama pak Danramil, nantinya akan diurus bersama. Bagaimana hasilnya nanti doakan saja," pungkasnya.(CR2/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kamar Tidur Presiden di Istana, Beda Bantal tapi Pernah Satu Tempat Tidur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler