Pernah Mengaku Ingin Berjihad

Warga Kebumen yang Ditangkap Densus

Senin, 12 Agustus 2013 – 09:45 WIB

jpnn.com - KEBUMEN - Penangkapan terduga teroris M Saiful Sa"bani (25) membuat keluarga di Kebumen terkejut. Terlebih bagi pasangan suami istri  Muhammad Munadir (72) dan Siti Arminah (62), kedua orang tua Saiful. Mereka tidak percaya anak bungsu dari empat bersaudara tersebut terlibat jaringan teroris karena kesehariannya, Saiful dikenal pendiam dan jarang keluar rumah.

 

M Saiful Sa"bani ditangkap Densus 88 di Halaman Hotel Inna Garuda Malioboro Yogya, Jumat (9/8) sekitar pukul 22.35. Hingga kemarin (11/8), Munadir beserta Siti Arminah belum mengetahui nasib Saiful Sa"bani.                

BACA JUGA: Pemandian Air Panas Diserbu Warga

Saat ditemui rumah mereka, di Jalan Tanimbar 59 Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Kebumen, (11/8), Siti Arminah menyambut ramah awak media yang datang. Rumah itu terlihat sederhana. Rumah bagian depan dibagi menjadi beberapa ruangan dengan sekat papan triplek.

BACA JUGA: Hari Pertama, PNS Rentan Bolos

Sebagian diantaranya difungsikan sebagai kamar, selebihnya ruang tamu. Salah satu kamar tersebut, tepatnya yang berada  paling depan dekat pintu masuk, merupakan kamar M Saiful Sa"bani. Kamar berukuran 2x3 meter itu kosong karena ditinggalkan penghuninya.              

Siti Arminah mengaku kamar tersebut sudah kosong sejak Kamis siang (8/8). Saat itu, M Saiful Sa"bani berpamitan hendak pergi ke Jogjakarta. Dia pamitan untuk ke rumah istrinya, Eko Endah Ardiningsih (22) di Barak 1 Margoluwih, Seyegan Kabupaten Sleman, Yogyakarta (DIY). "Dia ke Jogjakarta untuk menengok anaknya yang baru berusia selapan (35 hari,red)," kata Siti Arminah.              

BACA JUGA: Perbaikan Jalan Dimulai H+10 Lebaran

Dikatakan Siti Arminah, sejak menikahi  Eko Endah Ardiningsih pada September 2012, M Saiful Sa"bani memang lebih banyak tinggal di Kebumen.  Dia hanya sesekali pergi ke Jogjakarta untuk bertemu dengan istrinya. Bahkan, lebaran ini,  M Saiful Sa"bani memilih di Kebumen dan baru berangkat ke Jogja usai menunaikan Shalat Idul Fitri. Saiful Sa"bani sendiri tidak mempunyai pekerjaan tetap.              

Siti pun mengaku tak punya firasat apa pun saat itu. Hingga kemudian,  datang kabar bahwa anaknya itu ditangkap Densus 88.  "Saya mendapat kabar kalau anak saya ditangkap polisi dari tetangga . Katanya terlibat jaringan," kata Siti Arminah diamini Muhammad Munadir.              

Mendengar kabar tersebut, Siti Aminah mengaku kaget. Begitupun Ahmad Munadir termasuk sanak keluarga bahkan tetangga-tetangganya. Terlebih, ujar Siti Arminah, Saiful Sa"bani tak ada gelagat yang mencurigakan saat berada di rumah. Meski diakui mereka, M Saiful Sa"bani tergolong anak yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan tetangga.

"Setiap harinya, dia banyak di rumah. Paling-paling hanya bermain HP. Katanya sih facebookan. Bahkan, istrinya juga dikenalnya lewat facebook," ujar Siti.               

Merunut ke belakang, ungkap Siti,  M Saiful Sa"bani merupakan lulusan SMP Muhammadiyah 1 Kebumen. Selepas SMP,  M Saiful Sa"bani dititipkan di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Kebumen yang tak begitu jauh dari rumah mereka. Di tempat tersebut,  M Saiful Sa"bani sebanarnya sempat melanjutkan sekolahnya di SMA Muhammadiyah.

Sayang karena dianggap tak dispilin,  M Saiful Sa"bani dikembalikan kepada orang tuanya. "Sejak saat itu hingga menikah, dia lebih banyak di rumah," tutur Siti Arminah.                

Di masa itulah, M Saiful Sa"bani terlihat banyak menyendiri dengan berdiam diri di kamar. Untuk mengisi waktunya, Saiful Sa"bani bergelut dengan HP. Disela-sela waktunya, Siti mengaku pernah beberapa kali berdiskusi dengan anaknya itu.

"Anak saya mengaku sedang ingin berjihad. Namun dia tidak menjelaskan jihad apa yang dia lakukan. Sebenarnya saya sudah mengingatkannya agar ia tidak kepelu-pelu (berhati-hati). Tapi setiap kali saya nasihati dia menjawab "Ya ora papa wong aku agi karep jihad"," ujar Siti mengenang.               

Siti mengaku sudah pasrah dengan nasib anaknya. Begitupun bila nantinya anaknya itu benar termasuk dalam jaringan teroris. "Kalau memang dia bersalah pastinya dia akan dihukum sesuai dengan tingkat kesalahannya," ungkapnya.               

Meski demikian, sebagai orang tua, Siti dan Munadir berharap masih dapat bertemu kembali dengan anaknya itu. Terlebih,  bila mengingat anak  M Saiful Sa"bani yang masih kecil. "Kami rencananya akan pergi ke Jogjakarta Rabu (14/8) untuk menjenguk cucu (anak M Saiful Sa"bani, red). Tapi malah kejadiannya seperti ini," ungkap Munadir yang mengisi hari tuanya dengan merawat mesjid keluarga itu.               

Kabar ditangkapnya M Saiful Sa"bani oleh Densus anti teror pun membuat sanak keluarga dan tetangganya terkejut. Menurut warga, M Saiful Sa"bani selama ini memang dikenal tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga. Namun selebihnya, dia dikenal sebagai orang yang ramah.

"Kami berharap kabar tentang teroris itu tidak benar. Dan warga berharap agar dia segera dikembalikan kepada keluarga," ujar Siti Robiah, salah satu warga.

Detasemen Khusus 88 Antiteror Jumat (9/8) malam menangkap dua orang yang disebut-sebut sebagai anggota kelompok yang berencana meledakkan Kedutaan Besar Myanmar di Jogjakarta. Kabar penangkapan sudah beredar di kalangan wartawan sejak Sabtu pagi, namun baru Minggu (10/8) subuh dikonfirmasi Mabes Polri.

"Benar, kita melakukan penangkapan dua orang yang salah satunya masuk DPO (daftar pencarian orang) pada Jumat sekitar pukul 22.45 di Hotel Inna Garuda, Jogjakarta" ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie dalam pesan singkat yang diterima wartawan Minggu sekitar pukul 02.00.

Ronny mengatakan, kedua orang yang ditangkap di Hotel Inna Garuda, Jogjakarta, adalah Muhammad Syaiful Sa"bani alias Ipul alias Sayev,(22) dan iparnya Bayu Dwi Ardianto (21). Ipul adalah anggota halakah Rohadi dan Sigit Indrajit yang berencana meledakkan Kedubes Myanmar di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, pada Mei lalu.

Rencana itu tercium Densus 88 dan sejumlah anggota kelompok, diantaranya Ovie dan Imam, telah ditahan. Densus juga telah menangkap satu orang anggota kelompok yang bersama-sama Ipul membuat bahan peledak yang rencananya akan diledakkan ke Kedubes Myanmar, yakni Sepriano alias Mambo.

Ipul adalah warga Bumirejo, Kebumen, Jawa Tengah. Sedangkan Bayu adalah adik ipar Ipul yang ditangkap karena berboncengan dengan Ipul hendak masuk ke hotel di kawasan Malioboro tersebut. Bayu selama ini tinggal bersama istri Ipul yang tengah melahirkan di rumah orang tuanya di Seyegan, Sleman, Jogjakarta.

Sesuai standar operasi, kata Ronny, orang yang bersama-sama dengan DPO juga patut dicurigai keterlibatannya. Karena itu, berdasarkan kewenangan yang dimilikinya, Densus berhak memeriksa Bayu selama satu pekan. Bila memang tidak ada kaitannya dengan jaringan, Bayu akan dilepaskan.  (cah/acd)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tasik-Jakarta 15 Jam, dari Tegal 8 Jam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler