jpnn.com - Kasus pernikahan dini terjadi lagi, kali ini bocah laki-laki dan perempuan asal Binuang, Tapin, Kalsel. Usia sam-sama baru 14 tahun, keduanya melangsungkan perkawinan.
RASIDI FADLI, Rantau
BACA JUGA: Pesta Nikah Berubah Khitanan, Uang Mahar Minta Dikembalikan
Zainal Arifin (14) dan istrinya Ira Budiarti (14) melangsungkan akad nikah pada Kamis (12/7) malam. Saat penulis mendatangi kediaman mempelai di Jalan Saka Permai Desa Tungkap RT 27 Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Jumat (13/7) sore, Zainal terlihat masih sibuk membereskan tenda-tenda bekas pelaminan, ditemani ketiga pamannya, usai acara resepsi yang digelar Jumat pagi.
Tingkah polosnya masih terlihat, saat penulis bertanya, kenapa menikah di usia yang masih muda, Zainal masih senyum-senyum tanda malu-malu untuk menjawab.
BACA JUGA: Dua Tahun Pacaran, Bocah SD Usia 12 Tahun Nikah secara Adat
"Kisah akan aja (ceritakan saja, Red)," kata seorang perempuan yang keluar dari rumahnya, yang ternyata adalah nenek Zainal, Jannaria (45).
Setelah mendapat izin dari nenek, Zainal pun bercerita lancar. Ia mengaku menikahi Ira karena sudah sangat cinta dengannya. "Ulun sayang banar lawan bini ulun ini (saya sangat sayang dengan istri saya ini)," kata Zainal memulai cerita.
BACA JUGA: Pernikahan Dini Syam dan Ayu, Kapan Punya Momongan?
Bocah yang baru lulus SD ini mengaku sudah berpacaran dengan istrinya sebulan terakhir. Melihat kedekatan keduanya, sang nenek lalu bertanya.
"Ikam handak kawin kah tuh (kamu mau kawin kah nak?)," ucap Jannaria menawari Zainal yang sudah diasuhnya sejak usia 1 tahun, setelah ayah dan ibu Zainal bercerai.
"Terserah saja nek," jawabnya.
Selasa (10/7) atau tiga hari sebelum pernikahan digelar, Jannaria bersama Zainal mendatangi orang tua angkat Ira, untuk memberitahukan maksud mereka. Mengingat kedua orang tua Ira sudah tiada. "Ternyata orang tua angkat Ira menyambut baik," ucap Jannaria.
Proses lamarannya pun berjalan dengan sederhana dengan mahar hanya seratus ribu rupiah.
"Awalnya hanya ingin acaranya sederhana, ternyata setelah hari H banyak orang yang datang," sambungnya.
Kedatangan para tamu, bukan untuk makan, tapi untuk melihat pasangan belia ini bersanding di pelaminan. "Hampir seharian cucu saya melayani orang-orang foto," katanya.
Alasan nenek Zainal dan orang tua angkat Ira untuk mengawinkan mereka, selain karena sudah tidak punya orang tua untuk menjaga mereka, kedua wali tersebut juga ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Dari pada terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan lebih baik dikawinkan," ungkap Jannaria.
Apalagi selama mereka berpacaran, keduanya selalu berduaan, itu terlihat saat ketika Zainal membeli bahan bakar minyak (BBM) untuk dijual eceran, Ira selalu mengikutinya. "Ini juga untuk menghindari bisikan tetangga," katanya.
Kedua belah pihak keluarga ujar istri dari Aban ini juga sepakat, bahwa pernikahan mereka akan dicatatkan secara resmi ke pengadilan agama, setelah sudah berumur 17 tahun.
"Untuk saat ini pun kami akan memasang KB Implan, untuk menunda kehamilan Ira sebelum waktunya tiba," katanya.
Jannaria sendiri merupakan nenek Zainal dari pihak ibu. Ibu Zainal bernama Sainah dan ayahnya, Hasbullah. "Dari kecil Zainal saya yang membesarkan," katanya.
Mengenai sekolah, Zainal baru lulus sekolah SD 2 Tungkap, sedangkan Ira sudah putus sekolah saat kelas 8 SMP. "Padahal sudah saya daftarkan untuk melanjutkan sekolah SMP, tapi karena keinginannya untuk kawin, jadi batal," ucapnya.
Kembali ke Zainal, dirinya menceritakan awal perkenalannya dengan Ira saat di pasar malam. "Sejak saat itu benih-benih cinta sudah mengalir," katanya.
Tidak ada paksaan dari pihak manapun, karena keinginannya untuk kawin sudah bulat diputuskannya. "Ini juga untuk menghindari fitnah," bebernya.
Namun, di pesta perkawinannya, Zainal merasa sedih, bukan karena kelelahan melayani tamu undangan, tapi karena kedua orang tuanya tidak ada yang datang. "Karena itulah, saya sempat meneteskan air mata," sedihnya.
Sementara itu, paman Zainal, Muhammad Sufian Arpan mengaku sempat kaget mendengar keponakannya mau kawin.
"Sempat tidak percaya, tapi karena tidak ada paksaan dan ini mungkin jalan terbaik yang diambilnya," jelasnya. Ditambahkan Sufian, ketika ijab kabul dilaksanakan, ia menutupi pintu rumah, hanya keluarga terdekat yang menyaksikan.
"Supaya keponakan saya tidak gugup selama Ijab kabul. Alhamdulillah Zainal lancar saja," ucapnya, pasalnya pada malam itu sudah banyak warga yang datang untuk menyaksikan. (by/bin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Data Pernikahan Dini di Kota Malang
Redaktur & Reporter : Soetomo