Pertama di Indonesia, Aplikasi Android Khusus Penanganan Kanker

Jumat, 25 Juni 2021 – 21:02 WIB
dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk, ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) dalam webinar peluncuran Indonesian Sistemic Therapy (ISTRY). Foto tangkapan zoom

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah penderita baru dan angka kematian akibat penyakit kanker di Indonesia terus meningkat.

Merujuk data Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada 2018 tercatat angka kasus baru sebanyak 348.809 tetapi di 2020 naik menjadi 396.914 kasus. 

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Habib Rizieq Minta Pengampunan Presiden? 200 Orang Ditangkap, Ini Tambahan Penghasilan PNS

Sementara itu, angka kematian akibat kanker pada 2018 sebanyak 207.210. Kejadian ini meningkat menjadi 234.511 kasus di 2020.

Dari jumlah itu sekitar 54% kasus kanker terjadi pada perempuan. Kanker payudara, mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) menjadi jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan.

BACA JUGA: Ingin Mengurangi Risiko Kanker Paru, Lakukan 5 Hal Ini

Sementara pada pria kebanyakan terjadi kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal).

"Dengan tingkat kematian yang tinggi, maka sangat penting untuk mengetahui seluk beluk tentang kanker, penyebabnya, tanda-tanda khusus dan gejala, serta bentuk pengobatannya," kata dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk, ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) dalam webinar peluncuran Indonesian Systemic Therapy (ISTRY), di RS Kanker Dharmais, Jumat (25/6).

BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh Sariawan, Ternyata bisa Pertanda Sakit Kanker

Dia mengatakan ISTRY merupakan kontribusi Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia untuk penanganan kanker. 

Berbentuk aplikasi gawai pintar pertama di Indonesia yang bisa menyediakan informasi bagi dokter untuk mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik kanker.

Semuanya, kata Dokter Walta, akan tersedia hanya berbekal gawai pintar.

"Perkembangan informasi yang masif penanganan kanker tidak semuanya bisa terekam dalam memori para dokter. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya aplikasi ini," ujarnya.

Aplikasi mobile berbayar berbasis android itu juga menyediakan platform interaktif bagi tenaga medis untuk memperoleh informasi tentang terapi kanker terbaru yang beredar di Indonesia.

Terutama untuk kanker payudara, kanker tiroid, kanker kepala leher, kanker jaringan lunak, kanker kulit, dan limfoma.

"Target aplikasi ini adalah para dokter ahli bedah onkologi, dokter ahli hematologi onkologi, dan dokter bedah umum yang menangani pasien kanker. Ini akan memudahkan penanganan pasien," kata Project Manager ISTRY dr Febriyanto Kurniawan.

Aplikasi ini juga memiliki fitur informasi cara pemberian/administrasi obat serta data efek samping obat kemoterapi dan terapi target. 

“Data efek samping ini penting karena seringkali pasien bertanya tentang efek samping bahkan sebelum kemoterapi dimulai. Aplikasi ini juga selalu diupdate dengan perkembangan terbaru,” jelasnya. (esy/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler