Pertamina-Rosneft Setor Rp 5,2 Triliun

Selasa, 01 November 2016 – 01:16 WIB
Pertamina. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Pendanaan proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) mulai masuk.

Pertamina dan Rosneft masing-masing telah menyetor USD 200 juta atau setara USD 2,6 triliun sebagai deposit. 

BACA JUGA: Begini 2 Cara Populerkan Istilah-istilah Syariah

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menyatakan, kedua perusahaan bergerak cepat setelah menandatangani joint venture agreement (JVA) pada 5 Oktober.

’’Kami berkomitmen tidak menunda-nunda setiap tahapan proyek,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Gubernur BI: Indonesia Merespons Fiskal Sangat Baik

Dia mengakui, deposit itu memang lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya proyek yang diprediksi mencapai USD 10 miliar atau Rp 130 triliun.

Namun, deposit tersebut menunjukkan bahwa kedua perusahaan telah berkomitmen menggarap proyek yang kompleks itu.

BACA JUGA: Layanan Terbaru Indosat Ooredoo, Digital Engagement Center

Dari kilang tersebut, Pertamina bakal menghasilkan 300 ribu bph bahan bakar minyak (BBM) yang sesuai dengan standar Euro 5.

 Bahan baku kilang menggunakan minyak mentah sour impor dengan grade medium dan heavy.

’’Kilang juga dilengkapi unit catalytic cracker skala besar serta petrokimia,’’ imbuh Rahmad.

Perjanjian dengan Rosneft pun memasuki babak baru seiring dengan masuknya Pertamina ke bisnis hulu migas di Rusia.

BUMN perminyakan Rusia itu menyertakan opsi kepemilikan saham di lapangan dengan tingkat produksi yang tidak kurang dari 30 ribu barel setara minyak. Cadangan ladang tersebut mencapai 200 juta barel setara minyak.

VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, komposisi kepemilikan saham Pertamina dalam perusahaan patungan Pertamina-Rosneft adalah 45 persen untuk Rosneft.

JVA juga sudah mengatur manajemen perusahaan patungan, tata kelola, bahan baku, pemasaran, off-taker, pendanaan, SDM, dan standard clauses.

Kini sejumlah pihak melaksanakan bankable feasibility study (BFS) proyek. Keputusan investasi akhir (FID) baru bisa diambil setelah hasil BFS diperoleh.

’’Kami ingin merealisasikan proyek dengan baik dan cepat. Kilang ini akan mengurangi ketergantungan terhadap produk BBM impor,’’ imbuh Wianda. (dim/c18/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dorong Pembentukan Badan Khusus Pengatur untuk Genjot Transmisi Listrik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler