Pertamina Tunda Kenaikan Elpiji

Jumat, 18 Juni 2010 – 07:15 WIB

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terpaksa menunda rencana kenaikan harga gas elpiji non subsidi (ukuran 12 kilogram, 50 kilogram dan curah) sebesar Rp 1.000 per kilogramItu dilakukan agar masyarakat tidak terbebani setelah tarif dasar listrik (TDL) naik 1 Juli 2010 nanti.

"Kita masih tunggu dulu karena tarif listrik baru saja naik, selain itu juga tahun ajaran baru, orangtua harus membayar biaya sekolah

BACA JUGA: DPD Anggap Izin Asahan III Sudah Beres

Kita masih akan tunggu dulu," ujar Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan kemarin
Pihaknya masih mencari waktu yang tepat untuk menaikkan harga elpiji non subsidi

BACA JUGA: Jangan Terima Rongsokan dari PT Inalum

Sayangnya, Karen belum bisa memastikan sampai kapan penundaan tersebut dilakukan


Sebelumnya, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Ferederick Siahaan menyatakan kenaikan harga elpiji non subsidi sebesar Rp 1.000 per kilogram yang direncanakan pada bulan Juni 2010 hanya akan mengurangi kerugian Pertamina sekitar Rp 655 miliar, hingga menjadi Rp 2,55 triliun

BACA JUGA: Mei 2010, Realisasi Belanja Negara Turun 2 Persen

"Jika penundaan (kenaikan) dilakukan terlalu lama maka kita akan terus mengalami kerugian," ungkapnya

Vice President Corporate Communication Pertamina, Basuki Trikora Putra menuturkan, sejauh ini pemerintah sudah memberikan lampu hijau kepada Pertamina untuk menaikkan harga elpiji nonsubsidiPasalnya, Pertamina harus memiliki keuangan yang sehat"Sebagai perseroan dengan angka kerugian penjualan elpiji hampir Rp 3 triliun per tahun, itu membuat perusahaan tidak sehat," tegasnya

Maklum Pertamina masih harus menangggung selisih harag jual, dimana harga keekonomian gas elpiji seharusnya Rp 7680,46 perkilogram, tetapi dijual ke konsumen Rp 5.850 perkilogramBasuki mengatakan, kenaikan elpiji ini juga untuk menunjang perbaikan infrastruktur dan fasilitas pendistribusian elpiji"Fasilitas dan infrastruktur yang ada sekarang perlu perbaikan," lanjutnya

Sementara itu, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengkhawatirkan jika harga elpiji non subsidi dilakukan hampir bersamaan dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL)"TDL, tarif tol, elpiji dan kereta api ekonomi antar kota, semuanya akan dinaikkan tahun iniKalau semuanya serentak dinaikkan, maka "itu akan pukul daya beli konsumen secara keseluruhan," ungkapnya

Meskipun kenaikan elpiji non subsidi adalah termasuk aksi korporasi, namun Tulus berharap agar pemerintah hati-hati dalam menyetujui kenaikan harga elpiji non subsidiPemerintah harus memperhitungkan dengan matang terkait waktu kenaikan harga elpiji itu"Masyarakat digencar dengan berbagai kenaikan harga tanpa adanya kenaikan pendapatan merekaSaya berharap ini tidak serentak," ketusnya

Selain berdampak pada daya beli konsumen, Ia juga memperkirakan kenaikan harga elpiji justru akan membuat bengkak subsidi elpiji dalam APBNMenurut Tulus, kenaikan ini akan membuat para pemakai elpiji non subsidi akan bermigrasi menggunakan elpiji 3 kilogram yang disubsidi karena harganya jauh lebih murah"Sekarang saja 10 persen pengguna elpiji 12 kilo sudah beralih menggunakan elpiji 3 kilo," jelasnya(wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Diambil Alih Inalum Harus Diaudit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler