"Rekomendasi tersebut bertentangan dengan desakan masyarakat dunia untuk merombak total atau bahkan membubarkan Institusi Bretton Wood," tegas Koordinator Koalisi Anti Utang (KAU), Dani Setiawan, Rabu (18/11), menyikapi hasil pertemuan G-20
BACA JUGA: TNI Bangun Pengamanan di Pulau Nipah
Dijelaskan Dani, IMF dan Bank Dunia terbukti berkali-kali gagal dalam menjalankan mandatnya untuk menjaga stabilitas keuangan global dan memperburuk krisis lewat resep generik Structural adjustment program di Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin“Komitmen G20 untuk mendukung program pinjaman jangka pendek IMF melalui fasilitas likuiditas dan dukungan program dari IMF hanya akan memperpuruk negara Selatan termasuk Indonesia dalam jerat
utang baru," tegas Dani.
Dia juga menyatakan bahwa rekomendasi ini bertentangan dengan semangat untuk merombak total lembaga Bretton Wood
BACA JUGA: Mendagri Dukung Tuntutan Kepala Desa
Institusi Bretton Wood seperti IMF dan Bank Dunia terbukti gagal dan sudah seharusnya dibubarkanBACA JUGA: MA Perberat Hukuman Walkot Makassar
"Jika tidak hati-hati, keikutsertaan Indonesia dalam kesepakatan tersebut justeru merupakan bentuk pengingkaran terhadap konstitusi."Terkait usulan pemerintah tentang Global Expenditure Support Fund yang disepakati menjadi rekomendasi G20, serta upaya pemerintah menangani dampak krisis dengan mencari utang baru dari Bank Dunia, JBIC dan kreditor bilateral lain, Koalisi Anti Utang menentang upaya penambahan utang baru dan mendesak pemerintahan SBY-JK untuk menegosiasikan penghapusan utang.
Strategi pengelolaan utang pemerintah saat ini dengan melakukan reprofiling, debt swap, dan buyback tidak cukup signifikan untuk menyelesaikan masalah utang IndonesiaApalagi dalam situasi pasar saat ini, melakukan restrukturisasi melalui mekanisme pasar akan membutuhkan biaya besar, ujarnya.
“Desakan untuk melakukan penghapusan utang luar negeri melalui negosiasi dengan pihak kreditor yang telah lama disuarakan kini semakin relevan, terutama dalam situasi seperti saat iniMelihat besarnya pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sebesar
US$6.485,07 juta (Depkeu, September 2008), kondisi cadangan devisa yang terus tergerus untuk menjaga nilai tukar rupiah bisa menjadikan dampak krisis menjadi lebih besar bagi Indonesia.” Ungkap Dani(Fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daya Serap Anggaran Provinsi Rendah
Redaktur : Tim Redaksi