JAKARTA - Pemerintah mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi lebih optimistisYakni, dari perkiraan awal sebesar 6,4 persen menjadi 6,5 persen
BACA JUGA: Harga Gula Melandai
Tahun depan, pemerintah memperkirakan perekonomian bisa tumbuh antara 6,5 - 6,9 persen.Proyeksi tersebut disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo saat menyampaikan Keterangan Pemerintah atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal tahun 2012 di depan Rapat Paripurna DPR, Jakarta, kemarin
BACA JUGA: Bantu MBR, Kemenpera Fasilitasi Sertifikasi Tanah di 16 Provinsi
Kinerja positif juga akan dicapai oleh perekonomian Indonesia."Pemerintah optimis bahwa kinerja ekonomi 2011 akan berakselerasi paa level semakin tinggi, sebesar 6,5 persen, yang didorong oleh penguatan kinerja investasi, perdagangan internasional, konsumsi pemerintah, maupun konsumsi masyarakat," kata Agus
Kinerja tersebut diharapkan mampu menekan tingkat penganguran terbuka menjadi 6,8 persen, dibandingkan tahun lalu yang 7,1 persen
BACA JUGA: Menkeu Usulkan TDL Naik Lagi
Tingkat kemiskinan juga ditargetkan menurun menjadi 11,5-12,5 persen dibanding tahun sebelumnya yang 13,3 persenPemerintah berjanji untuk berusaha menjaga stabilitas ekonomi makro secara berkesinambungan di sepanjang 2011Juga, menciptakan kepastian berusaha bagi pelaku ekonomi dan meningkatkan produktivitas sektor riil.Pada 2012, Agus mengatakan, pemerintah akan memberikan perhatian khusus dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur"Beberapa prioritas sektor infrastruktur di tahun 2012 diantaranya sektor energi dan ketenagalistrikan, sektor transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan, hingga penyediaan sumber air bersih," katanya.
Dalam paparan kemarin, pemerintah mengubah sejumlah asumsi makro ekonomi 2011 Antara lain, rata-rata nilai tukar sepanjang 2011 diperkirakan sekitar Rp 8.800-9.000 per USD, lebih kuat dibandingkan asumsi Rp 9.250 per USD di APBNInflasi diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula yang 5,3 persen menjadi 6,0 persenUntuk SBI 3 bulan, tidak lagi menjadi dasar penentuan tingkat bunga obligasi negara karena Bank Indonesia tidak lagi melelang instrumen moneter tersebut secara regulerSebagai pengganti, pemerintah menggunakan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan sebagai patokan, yang diperkirakan sepanjang 2011 berkisar 5,5-6,5 persen.
Kemudian untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada di kisaran USD 90-100 per barel, atau lebih tinggi dari asumsi APBN USD 80 per barelProduksi siap jual (lifting) minyak diperkirakan hanya mencapai kisaran 945.000-970.000 bphDalam APBN, lifting ditargetkan 970.000 bphLifting minyak masih terhambat masalah klasik seperti belum optimalnya sumur-sumur baru, terbatasnya investasi di sektor migas, keterbatasan peralatan dan teknologi, cuaca buruk dan perubahan iklim, serta dampak penerapan asas sabotage(sof/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkeu: Pajak Optimis Tembus Rp850 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi