Beruang tak lazim yang ditembak oleh seorang pemburu beberapa hari lalu di Nunavut, utara Kanada, dianggap oleh para ahli sebagai beruang coklat hibrida atau campuran.

Beruang kutub campuran ini hanya ditemukan beberapa kali.

BACA JUGA: Warga Australia Ikut Hilang Dalam Penerbangan Egypt Air MS804

Tetapi beberapa ilmuwan mengatakan, dua spesies beruang berkembang biak lebih sering karena perubahan iklim yang menyebabkan mereka tak punya pilihan.

Chris Servheen, seorang ahli biologi beruang dan Profesor Penelitian di Universitas Montana, AS, mengatakan, penampakan spesies beruang hibrida ini sudah sangat langka di masa lalu.

BACA JUGA: Berapa Banyak Teman yang Perlu Dipertahankan di Jaringan Sosial?

"Tapi mereka tampaknya lebih umum sekarang ini," sebutnya.

Chris mengatakan, tak banyak yang diketahui tentang beruang kutub coklat campuran ini, mengingat sedikit sekali kontak yang dibuat antara mereka dengan manusia.

BACA JUGA: Queensland Tawarkan Beasiswa Belajar 5 Bulan Bagi Mahasiswa Indonesia

Foto terbaru dari apa yang diduga sebagai salah satu beruang hibrida telah diunggah di Facebook oleh seorang pemburu bernama Didji Ishalook, yang menembaknya ketika ia terlihat di dekat lingkungan rumahnya di Arviat, Nunavut, Kanada.

Jika sang ayah adalah beruang keabu-abuan maka keturunannya secara informal dikenal sebagai beruang hibrida.

Tapi ketika ayahnya adalah beruang kutub, maka bayi beruangnya disebut beruang kutub coklat.

Sang keturunan berbagi sejumlah kesamaan dalam hal penampilan dengan kedua orang tuanya.

"Mereka yang pernah dilihat, dan belum ada terlalu banyak sejauh ini, biasanya lebih terang warnanya. Mereka seringkali memiliki bulatan bulu yang lebih gelap di sekitar mata mereka. Cakar mereka seringkali gelap juga atau setidaknya di sekitar jari-jari kaki mereka,” jelas Chris.

Ia menambahkan, "Dan kemudian cakarnya seringkali lebih besar dari cakar beruang kutub karena beruang campuran memiliki cakar lebih panjang, dan umumnya bulu mereka sedikit lebih gelap dari beruang kutub."

Pengujian pastikan beruang yang ditembak di Kutub Utara adalah hibirda

Chris mengatakan, sulit untuk mengetahui berapa banyak dari beruang yang masih ada.

Pada tahun 2006, seekor beruang yang ditembak oleh pemburu di Kutub Utara diuji dan dikonfirmasi sebagai beruang kutub hibrida.

Chris berada di antara sekelompok ilmuwan yang percaya perubahan iklim menyebabkan beruang kutub dan beruang coklat bersentuhan lebih sering.

"Seperti yang Anda ketahui, di saat iklim menghangat, es laut di Kutub Utara semakin kurang dan kurang," katanya.

Ia mengungkapkan, "Beruang kutub menghabiskan banyak waktu pada musim dingin di atas es dan kemudian ketika es mencair di awal musim panas, mereka cenderung untuk pindah ke daratan untuk jangka waktu tertentu, dan kemudian ketika es terbentuk lagi di musim gugur, mereka berdiam di es lagi.”

"Tapi karena jumlah es makin kurang dan kurang, mereka menghabiskan lebih banyak waktu di daratan,” sambungnya.

Ia lantas menunjukkan, "Dan juga apa yang terjadi adalah bahwa beruang hibrida tampaknya bergerak lebih jauh ke utara, kami melihat jangkauan mereka makin panjang dan lebih jauh ke arah utara menuju pantai Kutub Utara baik di Alaska maupun di Kanada.”

"Hasilnya adalah Anda memiliki beruang kutub yang menghabiskan lebih banyak waktu di daratan dan beruang coklat menghabiskan lebih banyak waktu di tempat beruang kutub mungkin berada, dan hasilnya adalah kami melihat campuran langka antara dua spesies," terangnya.

Tapi Chris mengatakan, tak banyak yang diketahui tentang campuran beruang kutub dan beruang coklat ini.

"Kami tak tahu apa-apa tentang temperamen mereka. Kedua spesies ini, mereka mencoba menghindari manusia dan tinggal jauh dari manusia,” tuturnya.

Chris menyampaikan, "Beruang campuran bisa berbahaya, tetapi sebagian besar waktu mereka tinggal jauh dari manusia tetapi karakteristik perilaku beruang hibrida ini, kami tak tahu apa-apa tentang hal itu dan saya menduga bahwa itu adalah sesuatu yang tak akan kami ketahui untuk waktu yang lama."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Negara Paling Ramah ke-5 Terhadap Pengungsi

Berita Terkait