Pemerintah Federal Australia telah mengkonfirmasikan seorang pria dengan kewarganegaraan ganda Inggris dan Australia, termasuk di antara 66 orang penumpang pesawat EgyptAir yang hilang. Pesawat tersebut dinyatakan hilang di kawasan perairan selama Mediterania, Kamis (19/05).

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan Pemerintah Federal telah bekerja sama dengan pemerintah Inggris untuk memberikan bantuan kepada keluarga penumpang yang hilang.

"Masih terlalu dini untuk berspekulasi apa penyebab kejadian ini," kata Bishop.

Sebelumnya, maskapai penerbangan EgyptAir mengeluarkan pernyataan yang mengklaim menemukan reruntuhan dari pesawat nomor penerbangan dengan nomor MS804 yang hilang. Penemuan ini juga telah diklaim oleh otoritas keselamatan udara Yunani, yang sebelumnya menolak penemuan tersebut.

"Sampai sekarang analisis menunjukkan puing-puing tersebut tidak berasal dari pesawat," ujar Athanasios Binis, kepala Investigasi dari Aviation Safety Board  di Yunani kepada kantor berita AFP.

"Presiden Mesir saya juga menegaskan bahwa belum terbukti bahwa puing-puing itu berasal dari penerbangan EgyptAir, saat kami melakukan kontak."

BACA JUGA: Berapa Banyak Teman yang Perlu Dipertahankan di Jaringan Sosial?

Dalam pernyataan sebelumnya, maskapai mengklaim reruntuhan telah ditemukan di dekat sebuah pulau Yunani."

"Departemen Penerbangan Sipil di Mesir baru saja menerima surat resmi dari Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan temuan reruntuhan pesawat yang hilang No. MS 804 di dekat Pulau Karpathos," tulis pertanyaan tersebut

"EgyptAir menyampaikan duka kepada keluarga dan teman-teman dari penumpang penerbangan MS804."

Pesawat, yang membawa 66 penumpang dan awak pesawat, sedang terbang 16 kilometer menuju langit Mesir selama penerbangan dari Paris ke Kairo. Kemudian pesawat tersebut hilang dari radar sekitar pukul 02:45 waktu setempat.

Ahmed Adel dari EgyptAir mengatakan pencarian dan operasi penyelamatan berubah menjadi operasi pemulihan.

"Perhatian utama kami sekarang adalah mengurus keluarga dan teman-teman dari semua mereka yang tewas," katanya kepada CNN.

Sementara itu, Menteri Penerbangan Mesir Sharif Fathy mengatakan terlalu dini untuk memastikan penyebab A320 Airbus jatuh, apakah serangan teroris atau masalah teknis

"Saya tidak menyangkal hipotesis dari serangan teroris atau sesuatu yang lebih teknis. Hal ini terlalu dini," kata Fathy.

Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos mengatakan pesawat tersebut jatuh 22.000 kaki dan membelok tajam dua kali di wilayah udara Mesir sebelum menghilang dari layar radar.

Mesir dan Yunani telag mengirim pesawat dan kapal angkatan laut pada misi pencarian, untuk kemudian bergabung dengan tim dari Perancis.

BACA JUGA: Queensland Tawarkan Beasiswa Belajar 5 Bulan Bagi Mahasiswa Indonesia

Maskapai penerbangan mengatakan 15 warga negara Prancis termasuk di antara 26 penumpang asing di pesawat, juga termasuk Kanada dan seorang warga Inggris.
Insiden ini menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya pemboman pesawat jet penumpang Rusia yang diklaim oleh kelompok yang menamakan diri 'Negara Islam' atau 'Islamic State' (ISIS), Oktober lalu. Insiden tersebut menewaskan 224 penumpang dan awak pesawat.

BACA JUGA: Australia Negara Paling Ramah ke-5 Terhadap Pengungsi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Coldplay Akan Menggelar Konser di Australia di Bulan Desember

Berita Terkait