Perusahaan multi-miliar dolar bernama JBS menolak untuk membayar biaya pemakaman dan tagihan ambulans seorang pria Australia bernama Warwick Ranclaud yang dulu pernah bekerja di sana.
PERINGATAN: Cerita ini berisi penjelasan tentang luka yang mungkin membuat beberapa pembaca merasa tertekan.
BACA JUGA: Puluhan Pilot Australia Bekerja Menerbangkan Pesawat Drone Bersenjata Milik Inggris di Timur Tengah
Hal ini dikemukakan oleh ibu dari Warwick bernama Heather yang anaknya menderita luka bakar hingga 90 persen di tubuhnya akibat kebakaran di pabrik JBS kawasan New South Wales lima tahun lalu.
Karena kecelakaan ini, JBS dihukum dan didenda A$300.000 (Rp3 M).
BACA JUGA: Sempat Dilarang Hamil, Britney Spears Kini Mengandung Anak Ketiga
Penyelidikan program ABC bernama Four Corners menemukan JBS Australia memiliki rekam jejak yang mengerikan di tempat kerja dengan berulang kali gagal melindungi karyawannya, hingga ada yang meninggal atau mengalami cedera serius seperti amputasi tangan dan luka bakar tingkat tiga.
Heather mengatakan kepada Four Corners bahwa perusahaan tersebut telah menelantarkan keluarganya.
BACA JUGA: Warga Masih Bertahan di Kharkiv Terus Menghadapi Gempuran Rusia
"Saya hanya pernah menerima satu panggilan dari JBS," kata Heather.
"Panggilan itu untuk memberitahu saya bahwa saya bisa mengambil traktor [Warwick] yang terbakar.
"Saya sudah mengirimkan faktur kepada mereka untuk biaya pemakaman dan biaya ambulans … namun yang saya terima hanya penolakan."
JBS adalah perusahaan daging terbesar di Australia dan dunia dengan pendapatan tahunan sebesar US$65 miliar.
Perusahaan tersebut merupakan pemilik merek produk makanan populer di Australia termasuk Primo dan Huon Aquaculture, yang memasok restoran makanan cepat saji seperti McDonald's, dan menjual produknya di supermarket Coles, Woolworths dan Aldi.
Perusahaan raksasa ini telah mendapat sorotan internasional akibat serangkaian skandal, termasuk penyuapan dan korupsi di Brasil, penetapan harga produk di Amerika Serikat, dan pengambilan stok daging dari lahan yang ditebang secara ilegal di hutan hujan Amazon. Bentuk 'kelalaian'
Warwick Ranclaud merupakan kontraktor di Caroona Feedlot JBS, sebelah barat daya Tamworth, kota di negara bagian New South Wales saat kebakaran hutan terjadi di Australia tahun 2017.
Pria berusia 36 tahun itu bertugas memperbaiki peralatan pabrik dan mengurus perkara pertanian.
Di tahun itu, musim panas sangatlah membakar, dan gelombang panas yang ditimbulkan memicu kebakaran hebat di wilayah tersebut.
"Langit berwarna merah siang dan malam," kata Heather Ranclaud.
"Rasanya kering, panas … semua orang membicarakannya, maksud saya, semua orang menyadari kondisi cuacanya sangat buruk."
Ketika itu, seorang manajer JBS yang bekerja dengan Warwick mulai membersihkan padang rumput dengan traktor sehingga memicu kebakaran rumput.
"Dia tidak menghubungi [nomor darurat] triple-0 seperti kebanyakan orang. Dia menelepon Warwick," kata Heather.
Di tengah api yang menyala dan tidak terkendali, sang manajer meminta Warwick menggunakan traktornya untuk memadamkan api.
"Angin berubah arah, api semakin tidak terkendali dan masuk ke bawah traktor dan mesinnya dilalap api," katanya.
Mereka memanggil ambulans dan Warwick kemudian diterbangkan ke Rumah Sakit Royal North Shore Sydney untuk dirawat.
Keluarga Warwick tidak diberitahu tentang kecelakaannya sampai larut malam, sehingga kehilangan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal.
"Pada saat kami melihatnya, dia dalam keadaan koma," kata Heather.
"Itu adalah momen yang membekas di memori kami, kami tidak mendapatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal saat dia sadar."
Warwick meninggal setelah dua hari menggunakan alat bantu hidup dengan luka bakar di 90 persen tubuhnya.
JBS mengaku bersalah karena telah membuka ruang bagi karyawannya atas risiko kematian atau cedera serius dan dihukum pada November 2020.
Dalam pengadilan, terungkap ada dua kebakaran sebelumnya di lokasi yang sama, yang dipicu penyebab yang sangat mirip, tiga bulan menjelang kematian Warwick.
Hakim mengatakan insiden ini "seharusnya membuat [JBS] benar-benar memperhatikan risiko bagi pekerja mereka".
Sebaliknya, perusahaan ini tidak mencatat dua kebakaran sebelumnya dan gagal mengedukasi karyawannya tentang bahaya tersebut.
"Saya merasa itu kelalaian bahwa, demi Tuhan, mereka seharusnya tidak bekerja di luar di masa kebakaran hutan," kata Heather.
JBS Australia tidak menjawab pertanyaan Four Corners tentang kegagalan melindungi keselamatan pekerjanya atau penolakannya untuk membayar keluarga Warwick untuk biaya pemakamannya dan tagihan ambulans, yang berjumlah sekitar A$12.000 (Rp124 juta).
Dalam sebuah pernyataan, JBS mengatakan pihaknya adalah "korporat Australia yang bangga dengan nama dan reputasi yang kuat". Kaki terendam air mendidih hingga depresi
Bagi John Kiriona-Hodge yang berusia 19 tahun, pekerjaannya di ruang pemotongan di rumah potong hewan JBS di Longford, Tasmania, hanyalah untuk menghasilkan uang.
"Saya berada di ruangan dikelilingi perut binatang dan perut sapi dan sebagainya, dan saya harus mengosongkannya, membersihkannya, menyiapkan semuanya untuk dicuci dan diubah menjadi babat," katanya kepada Four Corners.
Kegiatan di ruang tersebut bagaikan kecelakaan yang menunggu untuk terjadi.
Setelah dibilas dalam bak air, babat beberapa kali sering terjebak di mesin.
Karyawan memang diberi tangga dan tiang untuk membantu mengeluarkannya, tetapi ketika mesinnya masih tidak bergerak, John dan pekerja lain harus naik ke tepi bak mandi dan menggunakan tangan mereka untuk mengambilnya.
Suatu pagi di bulan November 2016, John terpeleset dan jatuh ke air yang sudah mau mendidih.
"Kaki kiri saya masuk ke air dan saya tidak bisa keluar dari bak mandi… jadi saya harus menarik kaki kanan saya ke dalam air dan kemudian hanya berjalan beberapa langkah," kata John.
"Tapi sepatu karet saya juga ikut mendidih, seperti air panas dan kemudian saya mulai berteriak. Saya keluar dari bak ini karena saya ada di dalamnya karena saya satu-satunya orang di sana, celana saya sampai robek dan saya berteriak minta air."
Salah satu rekan kerja John yang datang membantu menyiram kakinya dengan air dingin.
"Tapi ini dilakukannya dengan selang bertekanan tinggi," kata John.
"Dia hanya [menyemprot] kulit, semua lecet di kaki saya. Bagian bawah kaki saya menempel pada beton. Kondisinya brutal … kacau."
John menderita luka bakar tingkat dua dan tiga mulai dari kaki hingga paha.
Selama lima tahun terakhir, dia menjalani rehabilitasi dan masih memiliki masalah kesehatan mental akibat kecelakaan itu.
"Saya mengalami depresi," katanya.
"Saya memiliki fobia PTSD yang aneh — semuanya tentang air panas. Jadi selama bertahun-tahun, saya hanya mandi air dingin."
John hanya menerima pembayaran di bawah setengah juta dolar Australia, atau sekitar Rp5 M.
JBS mengaku bersalah atas dua tuduhan tetapi dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan kecerobohan.
Seorang hakim mengatakan JBS sadar akan adanya masalah keamanan dengan babat yang menempel dan gagal untuk memperbaikinya.
Perusahaan tersebut didenda A$150.000 (Rp1,5 M).
"Ini benar-benar penghinaan," kata John.
"Mereka telah tidak memikirkannya, mereka mendapatkan kembali semua uang yang hilang dari denda, mereka bahkan tidak memikirkannya, itu brutal." Enam hukuman dalam enam tahun
Penyelidikan Four Corners menemukan JBS telah dihukum setidaknya enam kali dalam enam tahun terakhir dan didenda hampir A$700.000 karena pelanggaran keamanan yang serius.
Tiga dari antara insiden tersebut melibatkan karyawan yang diseret ke mesin berbahaya. Para karyawan ini sampai cacat dan beberapa tangannya harus diamputasi.
Kegagalan JBS untuk melindungi karyawannya sendiri mulai terjadi di tahun 2009, ketika seorang anak berusia 18 tahun meninggal di salah satu fasilitas perusahaan di Queensland.
Christopher Fenton yang baru enam minggu menjalankan pekerjaan barunya terbunuh saat mengemudikan mesin pengangkut barang atau "forklift" tanpa izin mengemudi dan pengawasan larut malam.
Sebuah laporan dari Queensland Ombudsman menemukan bahwa remaja tersebut berulang kali diizinkan menggunakan "forklift" di JBS tanpa intervensi atau tindakan disiplin selama masa percobaannya.
Tindakan hukum terhadap perusahaan direkomendasikan tetapi tidak pernah dilakukan.
Sebaliknya, kematiannya mendorong Badan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Queensland untuk mengeluarkan pemberitahuan di seluruh negara bagian tentang pengoperasian "forklift" yang aman.
Di New South Wales, JBS menghadapi tuntutan setelah seorang karyawan perempuan patah tulang belakang dan luka dalam karena tertimpa dua bal jerami seberat 600 kilogram pada Februari 2020.
Kecelakaan mengerikan terjadi di tempat yang sama di mana Warwick Ranclaud bekerja.
Heather Ranclaud mengatakan kematian putranya adalah "tragedi mutlak bagi kami yang akan membekas di ingatan selama sisa hidup kita".
"Saya benar-benar merasa jika saya melakukan yang mereka lakukan, saya akan berada di penjara."
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seorang Profesor di Universitas Adelaide Diadili dalam Kasus Pelecehan Seksual Sesama Dosen