Pesantren Tidak Mencetak Teroris

Kamis, 13 Agustus 2009 – 20:06 WIB
JAKARTA- Gencarnya pemberitaan yang selalu mengaitkan aksi terorisme dengan pesantren maupun madrasah membuat gerah sejumlah intelektual islam.Tak terkecuali staf pengajar dari Universitas Islam Negeri Jakarta Bachtiar Effendy"Apa yang diajarkan di pesantren maupun madrasah dari dulu sama

BACA JUGA: Regulasi Tak Beres, Otda Tak Sukses

Jadi, tidak ada satupun unsur yang menguatkan bahwa pesantren atau madrasah sebagai tempat untuk mencetak teroris,'' Bachtiar menegaskan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (13/8).

Ia mengakui, memang ada sejumlah alumni pesantren maupun madrasah yang diduga terlibat teoririsme
Tetapi, ia menegaskan harus ditegaskan dari mana seseorang  itu mendapat faktor radikal menjadi teroris

BACA JUGA: Eksekutor Nasrudin Disidang Selasa

Ia mengatakan, banyak tokoh Indonesia yang lahir dari pesantren seperti Hasyim Musadi dan Abdurrahman Wahid
"Inilah yang menjadi tugas dari pemerintah, dalam mengawasi warganya

BACA JUGA: Megawati Tak Bersedih Lagi

Karena banyak warga yang mendapat radikalisme itu dari Filipina Selatan, Pakistan dan Afganistan," terang dia.

Dari informasi yang didapatnya, sampai saat ini polisi telah menangkap sekitar 400 teroris150 di antaranya dipenjara, dan sisanya dilepasSementara, di luar masih banyak dan bisa bermunculan."Jadi pemerintah harus menjalankan fungsinya masing-masing, dan membuat daftar dan mengawasi warga negara yang pernah berkunjung ke negara-negara seperti Afganistan, Pakistan dan lainnya," pungkasnya.

Bagi Bahtiar  konsep terorisme ini tidak mudah diurai karena kasusnya tidak sama di setiap daerahKatanya, Indonesia adalah korban dari teror, bukan sebagai sumber terorisLalug, yang mesti ditinjau lagi itu adalah pemicunya, apakah benar ini berasal dari motivasi ideologi atau teologi? Bagaimana dengan kebijakan luar negeri Amerika terhadap Timur Tengah, terutama Palestina sehingga menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi yang luar biasa? Struktur hegemoni Amerika dan sekutu terhadap Timur Tengah justru sangat potensial dalam menimbulkan radikalisme.


Sementara, Syekh Ahmad Babikir,pendakwah Islam dari London, Inggris yang sengaja datang di diskusi itu setuju bahwa pesantren bukan sumber terorisIa mengatakan, Islam adalah agama yang sangat cinta damai, dan jihad seperti yang diakui pelaku teror menurutnya adalah salah, karena jihad tidak untuk membunuh sesama.

"Terorisme tidak ada dalam Islam," tegasnya.Baginya perbedaan keadaan sosial, ekonomi dan edukasi-lah penyebab utama terjadinya tindakan radikal tersebutAgama hanya sebagai faktor pendukung; sekunder bukan yang primer.

”Kita mesti meyakinkan anak muda untuk mampu berdiskusi terbuka, pendidikan yang benar dan seimbang terhadap konsep iman, Islam dan jihadIslam itu secara harfiah artinya adalah damaiIslam adalah jalan, jihad bukan alasan untuk membunuh tapi untuk bertahanJika kita mengakui keimanan itu sendiri maka kekerasan bukanlah jalannyaIslam bukan agama teror,” katanya.

Kemudian, nara sumber terakhir,Nazim Baksh yang merupakan Produser Senior Canadian Broadcasting Corporation mengimbau  media dan jurnalis untuk melihat permasalahan terorisme ini dengan lebih kritis sebagai tanggung jawab mereka terhadap publikMedia harus menulis secara jujur tentang Islam yang sebenarnyaIa juga mengajak masyarakat untuk stand and speak dalam memperjuangkan haknya dan sangat berharap dunia pendidikan mampu membuat masyarakat untuk lebih memahami arti Islam sebenarnya(mas/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kouta Haji Masih Tersisa 11.681 Kursi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler