Pesawat nahas tersebut berisikan dua awak, yakni Pilot Letkol Laut (P) Imam Musani yang sekaligus sebagai instruktur dan Pasis Penerbang Lettu Laut (P) Ruby Mohtar
BACA JUGA: Virus Flu Babi Meluas, Belum Masuk ke Asia
Keduanya berhasil keluar selamat dari pesawat yang juga hanya mengalami kerusakan kecil pada bodi bagian ekornyaBACA JUGA: Ratu Atut Minta Kontribusi Bandara
Agar tidak ketahuan, tulisan jenis dan nomer pesawat dilumuri lumpur hitamBACA JUGA: Ekspedisi WOC Bawa Unsur 9 Perguruan Tinggi
Saksi mata kejadian, M Sholeh (51), pekerja tambak, menceritakan sebelum mendarat darurat, pesawat sempat berputar-putar di udara selama beberapa menitSelang beberapa saat, tiba-tiba "ia melihat pesawat kehilangan kendali dan menukik ke bawah"Tidak ada suara ledakan, cuma jatuhnya kerasSaya dan beberapa teman lalu berlarian untuk melihat," ucapnya
Keterangan yang dihimpun dari lokasi kejadian, pesawat tersebut masih dinaungi dewi fortuna karena jatuh tepat di air di muara sungai Silandak, Tambakrejo, Semarang BaratJika di ukur, posisinya lebih kurang sekitar 600 meter dari run way Bandara Ahmad Yani SemarangSaat itu, Instruktur Letkol (Laut) Imam S sedang memberikan pelatihan terhadap siswanya Lettu (Laut) RobbyDi tengah latihan, mesin pesawat tiba-tiba mati sehingga pesawat kehilangan kendali
Setelah pesawat jatuh di air, pilot dan ko pilotnya langsung keluar dari bangkai pesawat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkanLetkol Imam kemudian berinisiatif melapor ke markas untuk meminta bantuan.
Petugas SAR TNI AL dan Sarda Jateng yang tiba beberapa saat kemudian langsung mempersiapkan evakuasiSekitar pukul 12.15 WIB, pesawat tersebut berhasil diangkat ke daratanTidak ada kerusakan berarti pada badan pesawatHanya cat pada bodi ekor pesawat yang terlihat mengelupasDan untuk menghilangkan identitas pesawat, nomor lambung ditutupi dengan lumpur.
Komandan Pangkalan TNI AL Semarang, Kolonel Budhiyanto ketika diklarifikasi membenarkan bahwa pesawat Tobago/TB 10 bernomor register L-208 itu mengalami gangguan mesin ketika sedang melaksanakan latihan terbang Perwira Siswa Penerbang Angkatan XVII Sekolah Penerbangan Komando Pendidikan dan Pengembangan TNI AL (Kobangdikal).
Pesawat tersebut take off dari runway 13 Lapangan Udara Achmad Yani pada pukul 09.00 Wib tersebut kemudian mendarat darurat karena mesin matiNamun dia belum mengetahui kematian mesin diakibatkan oleh apa dan bagian mesin mana yang rusak.
Ia meneruskan, saat ini pesawat dititipkan di hanggar pesawat milik penerbad"Pesawat akan tetap disitu sampai ada instruksi dari satuan wing udara pusat penerbangan angkatan laut," ujar Budhiyanto.
Pilihan untuk mendarat darurat di air, ujar Budhiyanto, memang berdasarkan pertimbangan matang dari pilot letkol Imam Spendaratan di air, disamping dapat menghindari jatuhnya "korban, juga dapat meminimalkan kerusakan pesawat"Itu keputusan yang diambil oleh pilot untuk minimalkan korban dan rusaknya pesawat," tandas Budhiyanto
Pesawat dari Skuadron 200 Pusat Penerbangan TNI AL ini adalah buatan Socata, Prancis dan diresmikan sebagai pesawat latih TNI AL 30 Nopember 2005Pesawat tersebut memiliki panjang 25,43 feet, lebar 32,84 feet, tinggi 9,91 feet, berat max 1.060 kg, dan berat maksimal 1060 kg(dib/ric)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Pilih Cawapres dari Parpol Loyal
Redaktur : Tim Redaksi