Virus Flu Babi Meluas, Belum Masuk ke Asia

Rabu, 29 April 2009 – 06:35 WIB
AMBIL SAMPEL : Petugas karantina di Bandara Icheon, Korea Selatan, membopong seorang bayi milik salah seorang penumpang yang baru saja mendarat untuk dijadikan sampel pemeriksaan virus flu babi. Menteri Kesehatan Korea Selatan menyatakan, berdasarkan investigasi sudah ada sembilan warga Korea Selatan yang dicurigai terjangkiti virus flu babi. Foto : AFP/Pool/Jung Yeon-Je
JAKARTA - Ancaman wabah flu babi (swine flu) terus meneror penduduk bumiDi tengah upaya pencegahan dan penyembuhan, jumlah korban tewas malah bertambah

BACA JUGA: Ratu Atut Minta Kontribusi Bandara

Di Meksiko, episentrum penyebaran, hingga tadi malam 152 orang diyakini meninggal akibat mengidap flu babi dan lebih dari 1.600 orang diduga membawa virus berbahaya tersebut
Di luar Meksiko, sedikitnya 16 negara melaporkan adanya kasus infeksi virus flu babi, baik yang sudah dikonfirmasi maupun belum.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus itu kini sudah menyebar sehingga strategi pengurungan sulit dilakukan

BACA JUGA: Ekspedisi WOC Bawa Unsur 9 Perguruan Tinggi

Berbagai negara memperketat pengawasan di perbatasan, termasuk bandara internasional
Namun, WHO menilai, kontrol perbatasan hanya sedikit sekali membantu mengontrol penyebaran virus semacam itu

BACA JUGA: SBY Pilih Cawapres dari Parpol Loyal

''Kontrol perbatasan hampir tidak berfungsiPemindaian tidak berguna juga,'' kata Juru Bicara WHO Gregory Hartl di Jenewa, Swiss, tadi malam.

Jumlah kasus flu babi yang telah dikonfirmasi di Amerika Serikat terus meningkat menjadi 44 kasusDi Inggris dan Spanyol terdapat pasien yang mengidap flu babi sehingga menjadi kasus pertama di EropaSementara Kanada memiliki enam kasus dan Selandia Baru telah menyatakan korban pertama flu babi di negara tersebut.

Sebanyak 70 orang yang diduga mengidap flu babi terus diawasi di AustraliaDemikian pula di Swedia dan Swiss, yang masing-masing memiliki lima kasusKorea Selatan juga sedang menyelidiki satu kasus yang diduga virus flu babiSatu orang di Israel juga mengidap flu babiItu merupakan kasus pertama flu babi di Timur Tengah.

Penyebaran flu babi juga berdampak kepada nilai saham dan harga minyakSebab, penyebaran virus itu akan menghancurkan sektor industri penerbangan dan menurunkan permintaan minyak.

Kondisi yang memburuk itu membuat WHO meningkatkan status siaga flu babi menjadi kondisi darurat global di level empatStatus itu berarti virus telah menular antarmanusia secara berkesinambungan dan menyebabkan kejadian luar biasa di minimal satu negara''Saat ini pencegahan saja tidak cukup karena virus telah menyebar ke sejumlah negara,'' ujar Asisten Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda.

Indonesia Bisa Kena

Hingga tengah malam tadi, belum ada kabar bahwa wabah flu babi merembet ke IndonesiaNamun, Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menganggap ada yang janggal dengan penetapan WHO bahwa tahap penyebaran flu babi di fase empatPadahal, WHO sendiri mengatakan, virus H1N1 telah menular dari manusia ke manusiaPenyebarannya juga cukup luasKarena itu, sekolah-sekolah maupun pertandingan sepak bola di Meksiko layak ditutup.

Siti menjelaskan, jika tingkat penularan virus antarmanusia, seharusnya penyebaran virus itu telah memasuki fase lima''Lha ini mengapa saya tidak tahuYang pasti, saya menganggap ini tidak konsisten,'' ujarnya di gedung Depkes kemarin.

Siti menjelaskan, penyebaran virus pada fase III dan IV artinya telah ditemukan ada manusia yang terinfeksi virus H1N1 yang mematikan ituNamun, hingga kini belum ditemukan adanya penularan antarmanusiaSementara fase V artinya telah ditemukan manusia yang terinfeksi H1N1 dan menular antarmanusia (human to human) dalam kelompok luas''Jika sudah pada fase VI, artinya terjadi pandemi,'' ungkapnya''Kalau baru fase IV, mengapa pertandingan sepak bola harus ditutup segala,'' ujarnya.

Menkes menegaskan, hingga kini flu babi belum sampai di AsiaMengulang penjelasan pada rapat kabinet terbatas Senin lalu (27/4), virus H1N1 termasuk tipe influenza A yang tahan di daerah subtropisBukan di daerah tropis seperti Indonesia''Kalaupun virus itu akan bermutasi, saya pikir membutuhkan waktu yang cukup lamaKemungkinan bisa ratusan tahun,'' bebernya.

Karena itu, Menkes menilai, kebijakan travel warning belum saatnya diberlakukanSiti hanya mengimbau masyarakat yang melakukan perjalanan ke negara yang terjangkiti flu babi agar memeriksakan kesehatannya.

Namun, penjelasan Menkes itu, rupanya, tidak berdasarPeneliti virus flu burung di Laboratorium Universitas Airlangga Dr Chairul Anwar Nidom drh mengatakan, perbedaan penyakit berdasar geografis wilayah seperti, wilayah subtropis dan tropis, tidak bisa dipergunakan sebagai pegangan utama''Seperti dulu, penyakit malaria dan demam berdarah hanya bisa ditemukan di wilayah tropisTapi, ternyata sekarang bisa ditemukan di wilayah subtropis,'' ujarnya kemarin.

Kondisi itu diperkuat adanya perubahan iklim yang terjadi di seluruh bagian duniaMaka, perubahan penyakit dari satu wilayah ke wilayah yang lain sangat mungkin terjadi.

Karena itu, lanjut dia, peluang penularan virus flu babi ke Indonesia sangat mungkin terjadiPakar flu burung yang menyebut flu babi sebagai virus flu babi subtipe H1N1 varian Meksiko itu lebih lanjut menjelaskan, virus flu babi subtipe H1N1 varian Meksiko memiliki struktur sel bagian luar yang sama dengan struktur sel virus flu pada manusia sehingga memungkinkan untuk terjadi penularan dari manusia ke babi maupun sebaliknya''Dengan demikian, terjadinya penularan ke orang Indonesia masih terbuka lebar,'' kata pria yang juga peneliti di Tropical Disease Diagnostic Canter (TDDC) Unair itu.

Pada bagian lain, pemerintah akan memindahkan dana Komisi Nasional (Komnas) Flu Burung untuk menangkal masuknya virus flu babi tipe H1N1 ke Indonesia''Jumlahnya mungkin sekitar Rp 38 miliar,'' ujar Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kemarin(kit/sof/zul/wir/yaf/CNN/AP/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jembatan Selat Sunda Disetujui SBY


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler