Pesta Pembukaan Piala Dunia 2014 Kurang Meriah

Sabtu, 14 Juni 2014 – 07:22 WIB
Fans wanita cantik dan berpakaian seksi warnai pembukaan Piala Dunia 2014 di Itaquera, Sao Paolo, Brazil, Jumat (13). Foto: Farid Fandi/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - SAO PAULO - Kelegaan dan kegembiraan bercampur di tengah opening ceremony Piala Dunia Brasil 2014 di Arena Corinthians, Sao Paulo, Kamis (12/6) sore waktu setempat atau Jumat dini hari WIB, Jumat (13/6). Segala beban pikiran dan tenaga sang tuan rumah terkait ketidakberesan pembangunan sejumlah venue dan infrastruktur luruh bersama musik yang menghentak seisi stadion.

Seisi permukaan lapangan hijau penuh warna-warni. Sejumlah penari datang silih berganti. Mereka mengelilingi bola raksasa kerlap-kerlip yang dikelilingi lampu LED. Untuk menciptakan bola tersebut dibutuhkan sekitar 90 ribu set lampu yang mampu menghasilkan tingkat kilauan cahaya hingga 7 ribu nit (satuan tingkat terang cahaya).

BACA JUGA: Kalahkan Australia 3-1, Chili Samai Poin Belanda

Bola itu lantas terbuka. Trio entertainer kondang keluar dari dalamnya. Mereka adalah Pitbull, Jennifer Lopez (J-Lo), dan Claudia Leitte. Mereka langsung menghentak dengan menyanyikan theme song Piala Dunia We Are One (Ole Ola). Mohammed Assaf, pemenang Palestine Idol juga ikut bernyanyi.

Sekitar 600 penari mengikuti irama lagu. Suasana semakin semarak karena mereka berdandan unik. Ada yang seperti bola, pohon, hingga cangkir, dan gelas lucu.

BACA JUGA: Belanda Hajar Spanyol, Thierry Henry Speechless

Lagu resmi Piala Dunia itu semakin kental suasana Brasil dengan tambahan suara perkusi kelompok musik tradisional asal Salvador, Negara Bagian Bahia: Olodum.

"Brasiiiil," teriak J-Lo disambut tepuk tangan penonton yang berjumlah lebih dari 60 ribu orang.

BACA JUGA: Inggris Vs Italia, Duel Tim Sepuh

Sejumlah undangan berada di tribun VVIP. Mereka, antara lain, Presiden Brasil Dilma Rousseff, Presiden FIFA Sepp Blatter, hingga legenda Selecao"julukan Brasil"seperti Kaka (mempersembahkan Piala Dunia 2002) dan Cafu (Piala Dunia 1994 dan 2002).
 
Secara keseluruhan, pesta pembukaan itu berlangsung singkat. Total waktu yang dibutuhkan dari awal hingga akhir hanya 45 menit. Setelah itu, para penonton langsung ke suguhan utama: laga pembuka antara Brasil melawan Kroasia. Tak ada pidato pembukaan dari Dilma maupun Blatter seperti saat Piala Konfederasi tahun lalu yang menuai cemoohan.

Untuk sebuah ajang olahraga terbesar sejagat, pesta pembukaan itu tergolong sederhana. Maklum, Piala Dunia 2014 memang digelar dengan banyaknya keruwetan yang tak lantas berakhir dengan pesta itu digelar.

Sejumlah infrastruktur batal digarap. Bahkan, stadion yang digunakan pesta pembukaan itu, Arena Corinthians, belum sepenuhnya selesai. Lapangan di Arena Amazonas, Manaus, kering sampai harus dicat hijau biar tanahnya tidak terlihat telanjang. Itu belum termasuk proyek metro yang gagal mengejar deadline di Salvador, Negara Bagian Bahia, dan Belo Horizonte, Negara Bagian Minas Gerais.

Situasi yang tak sepenuhnya bisa membuat lega itulah, barangkali, yang membuat pesta terasa kurang "nendang." Belum lagi demonstrasi besar-besaran yang terus digelar hingga hari pembukaan Piala Dunia. Sejumlah warga sempat hendak memblokade jalan tol sebelum dihentikan polisi.

Pesta pembukaan itu juga terasa nanggung karena digelar di stadion yang sempat berkabung. Di stadion yang nanti bakal jadi kandang Corinthians itu, tiga orang pekerja tewas saat sedang bekerja. Tak jauh dari lokasi tersebut juga masih terdapat banyak buruh rendahan yang bahkan belum memiliki rumah.

Situs IrishExaminer menyebut dana pesta tersebut hanya GBP 5 juta atau sekitar Rp 100 miliar. Jumlah itu jauh di bawah budget pesta pembukaan Olimpiade London 2012 yang mencapai GBP 27 juta atau sekitar Rp 541 miliar. Apalagi jika dibandingkan Olimpiade musim dingin Sochi dan Olimpiade Beijing 2008.

Tapi, total dana yang dipakai Brasil untuk semua persiapan Piala Dunia tetap jumbo. Yakni, mencapai USD 9 miliar alias Rp 180 triliun. Itu pula yang memantik kemarahan rakyat karena dana itu berasal dari pungutan pajak mereka. Daripada mengejar standar FIFA, lebih baik dana sebesar itu dipakai memperbaiki sekolah dan rumah sakit.

Karena itulah, Dilma sampai merasa harus tampil di layar televisi nasional demi membenarkan tindakannya. "Kami melakukan ini, di atas semua hal, hanya untuk warga Brasil. Biaya pembangunan infrastruktur dan bandara sebenarnya adalah untuk warga sendiri. Setelah event selesai, itu semua masih milik kita," katanya seperti dikutip Times of India. (aga/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Roy Hodgson Kaget Belanda Hajar Spanyol 5-1


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler