Petani Diminta Tinggalkan Pupuk Nonorganik

Minggu, 14 Januari 2018 – 01:39 WIB
Petani panen di sawah. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN

jpnn.com, JAMBI - Pejabat Sementara (Pjs) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi Usman Ermulan mengaku prihatin terhadap komoditas pertanian yang masih belum dapat mandiri.

"Perlu partisipasi aktif dari masyarakat dan pemangku kebijakan untuk membantu stabilisasi harga produk pertanian, peternakan dan perkebunan. Ini adalah program yang akan kami jalankan ke depannya,” ujar Usman dalam musyawarah provinsi di Hotel Novita, Kota Jambi, Jumat (12/1).

BACA JUGA: Menteri BUMN Salurkan Kartu Tani di Indramayu

Dia menambahkan, HKTI di bawah kepemimpinan Moeldoko akan berjuang keras membantu pertanian Indonesia pada umumnya dan petani Jambi khususnya.

“Mulai hari ini, hanya ada satu HKTI, yakni HKTI di bawah kepemimpinan Bapak Moeldoko. Kami berjuang, bersama petani, bersatu untuk memajukan pertanian Jambi dan petani Jambi makmur sejahtera,” tegas Usman.

BACA JUGA: Pesan Penting Moeldoko untuk Ketua Organisasi Sayap HKTI

Dalam kesempatan yang sama, Totok Sugiyarto yang mewakili DPN HKTI menyampaikan, HKTI harus berpihak penuh mendukung program pertanian di setiap wilayah demi kesejahteraan petani.

“HKTI akan komitmen mendukung program pertanian demi kesejahteraan petani di seluruh Indonesia,” ujar Totok.

BACA JUGA: Pertanian Butuh Regenerasi, Moeldoko Segera Hidupkan Pestani

Sementara itu, Moeldoko mengatakan, HKTI wajib berupaya membantu pemerintah untuk terus menyejahterakan petani Indonesia pada tahun-tahun ke depan.

Beberapa hal yang sudah dilakukan yakni pertama memperbaiki tanah dengan cara memuliakan tanah yang akan digunakan untuk pertanian.

“Para petani kami arahkan untuk tidak menggunakan pupuk nonorganik lagi. Beberapa daerah yang tanahnya rusak kami perbaiki agar lebih produktif lagi,” kata Moeldoko.

Kedua, sambung Moeldoko, meningkatkan produktivitas pertanian nasional dengan cara petani harus memiliki kepastian melalui teknologi.

Para petani yang menggarap lahannya harus meninggalkan cara tradisional yang kurang efektif karena ada hasil panen hilang sepuluh persen per hektare.

“Kami tidak mengenal kata semoga dari lima ton menjadi sembilan ton. Kami sudah membuktikannya dengan cara melakukan penelitian dan pengembangan teknologi,” ujar Moeldoko. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bali Siap Jadi Proyek Percontohan Benih Padi M400


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler