jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko melantik Ketua Umum DPN Pemuda Tani HKTI Rina Saadah Adisurya dan Ketua Perempuan Tani HKTI Dian Novita, Rabu (10/12).
Pelantikan ini merupakan langkah HKTI melakukan pembenahan dan pemantapan organisasi dan kader-kadernya.
BACA JUGA: 4 Hal Penting untuk Bangkitkan Sektor Pertanian
Walaupun baru dilantik secara formal, tapi kedua organisasi itu selama ini sudah banyak melakukan berbagai langkah dalam kancah dunia pertanian Indonesia.
"Ini bentuk komitmen HKTI untuk turut melibatkan perempuan dan pemuda secara aktif dalam bidang pertanian. Seperti diketahui, kondisi regenerasi pertanian di Indonesia cukup mengkhawatirkan," ujar Moeldoko usai pelantikan di kantor DPN HKTI, Jalan Cokroaminoto, Jakarta Pusat
BACA JUGA: Jaga Supply dan Demand Agar Harga Bawang Merah Stabil
Moeldoko menjelaskan, tugas kedua organisasi sayap HKTI ini adalah mengupayakan proses regenerasi petani berjalan.
Selain itu, juga memaksimalkan peran perempuan di sektor pertanian.
BACA JUGA: Beli Jagung Petani, Japfa Gandeng HKTI
"Mereka akan melakukan segala upaya agar pemuda kembali meminati sektor pertanian. Inovasi-inovasi untuk mengembangkan teknologi pertanian akan menarik minat pemuda zaman now," jelas mantan panglima TNI ini.
Sebagai contoh, HKTI telah mengembangkan pesawat drone untuk pertanian. Drone ini berfungsi untuk pemupukan dan menyemprotkan pestisida untuk hama tanaman.
"Hal-hal inovatif inilah yang akan dilakukan anak muda untuk sektor pertanian. Biarkan mereka melampiaskan kreativitasnya untuk pertanian. Nanti, mereka akan mencintai pertanian," tambah Moeldoko.
Seperti diketahui, kondisi regenerasi petani Indonesia cukup mengkhawatirkan. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah petani muda di Indonesia saat ini 3.359.587 dan tiap tahun terus berkurang.
"Ya, jumlah petani muda hanya 3,3 juta orang. Sementara luas lahan pertanian kita saat ini 7,78 juta hektare. Berarti harus bertani secara modern, kan? HKTI harus memperkenalkan modernisasi dunia pertanian. Yaitu adaptif terhadap kemajuan teknologi pertanian namun tetap menjaga kekhasan budaya bangsa Indonesia," tutur Moeldoko.
Sementara, Rina mengatakan, Pemuda Tani memiliki komitmen menyukseskan program HKTI untuk mempercepat proses revitalisasi sektor pertanian Indonesia.
Antara lain melalui sinergi yang kuat antara petani, permodalan, industri, dan pasar.
"Hanya melalui sinergi yang kuat, pemerintah dapat melindungi petani Indonesia secara terencana dan berkesinambungan,” tutur Rina.
Rina mengakui, pertanian memiliki sejumlah krisis saat ini. Menurut Rina, krisis tersebut harus diatasi secara komprehensif, dari sisi kebijakan sampai pendampingan petani di level paling bawah.
Sebab, penyelesaian yang bersifat parsial tidak akan mampu memberi solusi berkelanjutan.
"Sebagai tulang punggung negara, petani harus mendapatkan perlindungan sistemik dari negara dalam bentuk kebijakan dan pendampingan langsung. Termasuk perlindungan dalam menghadapi persaingan dengan produk-produk pertanian impor dengan tetap memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif secara terencana," jelasnya.
Meski demikian, Pemuda Tani HKTI memberikan apresiasi kepada Pemerintahan Jokowi-JK yang telah mencanangkan program Reformasi Agraria melalui land redistribution.
Namun, Pemuda Tani juga melihat bahwa Reformasi Agraria juga bukan semata land redistribution dan pembagian lahan kepada kelompok tani yang tidak memiliki lahan garapan.
"Akan tetapi, lebih dari itu adalah political will yang kuat untuk menyejahterakan petani. Bagaimana membuat petani tersenyum di negeri sendiri,” tegas dia.
Sementara itu, Dian mengatakan, perempuan adalah pihak yang ikut berjasa pada proses budi daya pertanian tradisional.
Kondisi ini ditandai dengan peran aktif perempuan dalam mengembangkan budi daya pertanian melalui keterampilannya.
"Perempuan turut andil mengembangkan pertanian. Di samping peran utama perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga," ujar Dian.
Dian mengatakan, perempuan merupakan kunci dalam ketahanan pangan dalam sebuah keluarga dimulai dengan perencanaan, mengolah pangan, hingga menentukan besar kecilnya anggaran.
"Di tangan perempuan, lah, terpenuhinya kebutuhan gizi sebuah keluarga. Untuk itu, setiap perempuan harus mengetahui pangan yang memenuhi standar kelayakan sebuah keluarga," tuturnya.
Perempuan Tani juga mendukung program swasembada pangan yang digencarkan pemerintahan saat ini.
“Swasembada diharapkan bisa menjawab tantangan kondisi perempuan saat ini. Perempuan nyaris kehilangan akses ekonomi dalam proses produksi pertanian setelah adanya pergeseran pola pertanian dari tradisonal ke arah modern yakni kembali tersedianya lahan-lahan pertanian yang dapat digarap,” pungkas Dian. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertanian Butuh Regenerasi, Moeldoko Segera Hidupkan Pestani
Redaktur & Reporter : Ragil