Petani Kakao Sulawesi Minta Firli Mengusut Dugaan Penyelewengan Pupuk Bersubsidi

Kamis, 03 November 2022 – 06:23 WIB
Ketua Komunitas Petani Kakao Luwu Timur, Ahmad Rizal bersama sejumlah petani kakao di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan berunjuk rasa meminta Ketua KPK Firli Bahuri mengusut dugaan penyelewenangan pupuk bersubsidi. Foto: Komunitas Petani Kakao Luwu Timur

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah petani kakao di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan meminta Ketua KPK Firli Bahuri untuk mengusut dugaan penyelewengan tata kelola pupuk bersubsidi.

Hal itu dianggap penting di tengah fenomena langkanya pupuk bersubsidi yang dapat mengancam produksi pangan petani.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Tegaskan Siap Kawal Distribusi Pupuk Bersubsidi Agar Tepat Sasaran

“Hanya beberapa yang dapat (pupuk subsidi), terus ada salah sasaran juga, yang seharusnya bisa dapat malah tidak dapat,” kata Ketua Komunitas Petani Kakao Luwu Timur, Ahmad Rizal, Rabu (2/11), saat berunjuk aspirasi di Kecamatan Wotu.

Rizal khawatir kelangkaan tersebut nantinya membuat kualitas produksi menurun sehingga harga jual jadi jeblok.

BACA JUGA: Petani Tak Perlu Resah, Pemerintah Tak Akan Menghapus Pupuk Bersubsidi

Sementara, lanjutnya, membeli pupuk nonsubsidi dirasa memberatkan petani mengingat harganya sangat mahal.

“Urea subsidi kisaran Rp 120.000-135.000 satu zak (50 kg) sudah dengan ongkos bongkar, nonsubsidi mencapai kisaran Rp350.000. NPK Phonska subsidi kisaran Rp 160.000 – Rp 170.000 nonsubsidi Rp 350.000 sampai sekitar Rp. 450.000,” ungkapnya.

BACA JUGA: Firli Bahuri Tegaskan KPK tidak Tunduk pada Kekuasaan Mana pun

Dia menyatakan, mahalnya harga pupuk nonsubsidi tak sebanding dengan pendapatan petani. Terlebih saat ini harga-harga kebutuhan pokok dan biaya produksi selain pupuk juga makin mahal.

Meski demikian, kata dia, banyak petani yang terpaksa membeli dengan mengupayakan segala cara.

“Kebanyakan berutang, cari pinjaman ke mana saja daripada dibiarkan malah tidak jadi apa-apa,” tuturnya.

Perwakilan petani Syamsuding menyampaikan petani nyaris tak punya pilihan dengan situasi yang ada.

Syamsuding sendiri lebih memilih menggunakan pupuk seadanya karena tak punya kemampuan membeli pupuk nonsubsidi sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Dia pun bersikap pasrah jika kelak hasil produksi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan serta dihargai murah.

“Mudah-mudahan masih ada harapan bisa diperbaiki, makanya kami mohon ke Pak Firli ini diusut karena saya dengar ada banyak permainan,” ujar dia.

Syarif dan petani lainnya percaya terhadap Firli Bahuri lantaran reputasinya dalam menangkap koruptor. Purnawirawan polisi bintang tiga itu dinilai berani serta tidak pandang bulu menjerat mafia yang merugikan masyarakat.

“Kami dukung beliau berantas korupsi, berantas mafia pupuk,” ujarnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga bertekad mendukung Firli untuk menjadi presiden 2024 bila terus konsisten membela kepentingan dan aspirasi petani.

“Yang dilakukan beliau mewakili keresahan rakyat di bawah,” pungkas Syarif.(fri/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler