jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar acara Festival Pesona Kopi Agroforestry di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, 25-27 Januari 2022.
Kopi-kopi yang dipamerkan berasal dari agroforestry yang dikelola oleh kelompok masyarakat Perhutanan Sosial dari seluruh Indonesia.
BACA JUGA: Tampil di Gelaran Expo Dubai, Tiga Kopi Ini Punya Cerita Unik
Salah satunya kelompok petani kopi Desa Sumber Agung, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Kepala Desa Sumber Agung Arifin Noor Aziz bercerita mengenai perjuangannya bersama dengan kelompok masyarakat petani kopi dalam membangkitkan kembali kopi di daerahnya.
BACA JUGA: Ada Program DMPA, Pendapatan Sofiatun Rp 6 Juta per Bulan
Dia mengatakan kebakaran hutan pada 2015 silam membuat ratusan hektare lahan petani rusak parah, termasuk di Desa Sumber Agung.
“Sebagai salah satu kawasan penghasil kopi terbaik di Kalbar, lahan seluas 500 hektare yang didominasi tanaman kopi hangus terbakar. Ribuan petani sempat patah semangat kala itu," ujarnya.
BACA JUGA: Pemerintah Pengin Jual 2 Kapal Perang, DPR Menyetujui
Padahal, sejak 1999 Desa Sumber Agung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Kabupaten Kubu Raya.
Upaya untuk mengembalikan masa kejayaan berhasil, berkat kerja keras dan kerja cerdas dalam membangkitkan kembali semangat para petani kopi di desanya.
"Dua tahun kami berjibaku mengelola lahan yang rusak dan jumlah komoditi yang menurun drastis," bebernya.
Pada akhir 2017, para petani Desa Sumber Agung mendapatkan angin segar untuk terus berproduksi dan kembali meningkatkan perekonomiannya melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari PT Daya Tani Kalbar, yang merupakan mitra pemasok Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
“Kami membangun komunikasi dengan PT Daya Tani Kalbar, yang akhirnya menjadikan program pemberdayaan masyarakat. Dari areal yang terbakar, kami bisa menghijaukan kembali dan revegetasi tanaman-tanaman produktif. Konsep kolaborasinya bukan hanya pencegahan, tetapi peningkatan ekonomi, seperti Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Masyarakat Peduli Api (MPA),” jelasnya.
Lewat program DMPA, para petani dibina untuk mengelola lahan yang ditanam bibit kopi. Lalu, dari 500 hektare lahan yang terbakar, ada sekitar 50 hektare yang dirawat masyarakat untuk kembali ditanam dengan model tumpang sari, sehingga tidak fokus bibit kopi saja.
“Kami tidak susah untuk menemukan potensi komoditi utama, sehingga program ini tinggal dikembangkan dan develop ekonomi. Yang juga sejalan dengan APP Sinar Mas, terkait penanganan karhutla, ekologi dan lainnya,” terang Dito Cahya Renaldi, Social Impact & Community Development PT Daya Tani Kalbar.
Program DMPA yang sudah berjalan beberapa tahun sangat membantu perekonomian masyarakat di Desa Sumber Agung, terutama pengembangan dari komoditi yang belum tergarap dengan baik, kini sudah lebih dikembangkan.
“Kami mengelola pengembangan kopi, madu kelulut dan mendukung DMPA Mart, yang menjadi Bumdes di Desa Sumber Agung,” ucapnya.
Dari Bumdes tersebut, bubuk kopi khas Sumber Agung dibantu pendistribusiannya ke pasar lokal di Kalbar, hingga tembus ke Jakarta dan Jawa Tengah.
Dia menyebutkan, mereka bisa memasarkan sekitar 100 kg kopi per bulannya dan madu kelulut hingga 50-100 kg per bulan. (esy/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad