jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan tingkat sejahtera petani semakin meningkat karena program pangan yang diimplementasikan berdampak pada peningkatan produksi dan langsung menyentuh petani.
"Sehingga pemerintah tidak pernah mengabaikan petani. Sejak 2015 hingga sekarang petani semakin sejahtera. Hal ini berkat berbagai program pemerintah yang menyentuh langsung ke petani," ujar Kepala Pusat Data Kementerian Pertanian (Kementan), Anna Astrid, Jumat (16/7).
BACA JUGA: Cetak Sawah Merupakan Janji Nawacita Jokowi
Anna menyampaikan banyak indikator menunjukkan petani lebih sejahtera. Pertama, penduduk miskin di pedesaan September 2016 sebesar 17,28 juta jiwa turun dari September 2015 sebesar 17,89 juta jiwa.
Kedua gini rasio September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329, ketiga Nilai Tukar Petani (NTP) 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06 persen dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59.
BACA JUGA: Pokphand Gelar Aksi Peduli Gizi Masyarakat
Keempat Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 berada di posisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2016 NTUP mencapai 109,86 atau naik 2,3 persen dibandingkan 2015.
Meskipun NTP bukan indikator kesejahteraan terbaik, lanjut Anna, tetapi mampu menggambarkan kemampuan daya beli petani.
BACA JUGA: Mentan Sidak ke Sejumlah Pasar, Hasilnya...
"Wajar lah NTP berfluktuasi antar bulan dalam setahun, karena terkait dengan musim tanaman," cetusnya.
Indikator terkini cukup baik yakni Mei 2017 NTP naik 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, upah buruh tani juga naik 0,29 persen.
Seluruh data di atas ditujukan untuk menjawab pernyataan Faisal Basri yang menuding pemerintah hanya berpihak pada kalangan menengah ke atas dan mengabaikan petani.
Anna mengingatkan bahwa program kerja pemerintah seperti membagikan benih gratis tidak sesederhana yang dibayangkan. Sejumlah kriteria teknis harus dipenuhi dan bibit tidak ditanam di lokasi eksisting, sehingga menambah luas tanam.
"Masih banyak program-program yang manfaatnya dirasakan ke petani. Pertama, rehabilitasi jaringan irigasi tersier 3,4 juta hektar berdampak meningkatkan indeks pertanaman. Kedua, bantuan traktor dan alat mesin pertanian 80.000 unit pertahuan berdampak menghemat biaya produksi, hemat tenaga, waktu kerja lebih cepat, menurunkan susut hasil dan lainnya," papar dia.
Ketiga, asuransi usaha tani 1,0 juta hektar melindungi petani dari gagal panen dan keempat membangun 19.400 embung dan longstorage untuk multi fungsi kegiatan pertanian karena ada air berarti ada kehidupan.
Hasil dari program tersebut adalah luas tanam padi 2016 naik 1,05 juta hektar dibandingkan 2015 dan jagung juga naik 862 ribu hektar.
Sementara, pada aspek hilir telah ditetapkan kebijakan harga bawah dan harga atas untuk melindungi petani dan konsumen, dilakukan serap gabah/beras oleh BULOG dengan hasil serap gabah/beras 2016 naik 1,0 juta ton dibandingkan 2015.
"Ini kan bukti pemerintah hadir melindungi petani dari harga jatuh saat panen raya. Pengendalian impor pangan sesuai kebutuhan dengan hasil sejak 2016 hingga sekarang tidak ada impor beras medium, tidak ada impor cabai segar dan tidak impor bawang merah konsumsi dan pada 2017 tidak ada impor jagung," ujar Anna.
Untuk menata aspek tata niaga, Kementan secara terpadu dengan Kemendag, Kemendagri, KPPU dan Polri membentuk Satgas Pangan dengan hasil lebih dari 80 kasus penimbunan barang dan peredaran pangan illegal ditindak. KPPU juga telah memberi sanksi bagi pelaku kartel sapi dan ayam.
"Perilaku pasar yang tidak sehat seperti kartel dan mafia selama ini lah yang telah menyengsarakan petani dan merugikan konsumen dan akan dibasmi habis oleh Menteri Pertanian," tandas Anna.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditemui Dubes Chile, Amran Tawarkan Berinsvetasi Biar Lapangan Kerja Terbuka
Redaktur & Reporter : Yessy