Petani Sulit Mendapatkan Pupuk, Curiga Ada Mafia

Rabu, 31 Januari 2018 – 17:27 WIB
Seorang petani berusaha menyelamatkan padinya yang terendam. Foto: IBNU DWI WAHYUDI/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

jpnn.com, GROBOGAN - Para petani di Kabupaten Grobogan dan Pekalongan, Jateng, mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Akibatnya hasil panen petani terancam kurang maksimal.

Kelangkaan pupuk sangat dikeluhkan petani karena area pertanian saat ini sudah memasuki musim tanam di awal tahun 2018. Padahal, mereka sudah mendapatkan kartu tani.

BACA JUGA: Gerhana Bulan Total, BMKG: Sumsel Aman dari Rob

“Kami kesulitan untuk mendapatkan pupuk. Saat sudah masanya memupuk, sulit mendapatkan pupuk. Kejadian seperti ini sudah lama,” keluh Darno, salah seorang petani di Kecamatan Kradenan, Grobogan, kepada JPNN.

Bang Mandor, panggilan akrab Darno, curiga ada jaringan mafia yang mempermainkan distribusi pupuk.

BACA JUGA: Begini Tata Cara Salat Gerhana Bulan

“Pak Jokowi ini katanya memperhatikan nasib petani, tapi faktanya di lapangan seperti ini,” ujar kontraktor yang nyambi jadi petani di kampungnya itu.

Petani padi saat ini memang tengah membutuhkan pupuk untuk meningkatkan asupan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi yang baru ditanam beberapa pekan lalu.

BACA JUGA: Ombak 5 Meter Nelayan Disarankan Tidak Melaut

Seperti diungkapkan Yono (30), petani dari Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan. Ia mengatakan, untuk wilayah Kesesi petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, di antara pupuk jenis urea dan phonska.

Meskipun harga pupuk masih tetap, namun pasokan di beberapa toko pertanian atau toko pupuk tidak ada.

"Kami kesulitan pupuk mulai musim tanam ini. Kami terpaksa mencari pupuk ke Kajen atau daerah lainnya yang ada. Jikapun ada belum tentu penjual mau melayani, karena setelah ada kartu tani, mereka menjual sesuai dengan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) di masing-masing wilayahnya," ujar dia.

Yono mengaku khawatir jika kebutuhan pupuk tidak bisa dipenuhi dengan baik, pertumbuhan tanaman padi miliknya akan kurang bagus sehingga hasilnya bisa tidak maksimal.

Dikatakan, untuk harga pupuk phonska Rp 250 ribu perkuintal, urea Rp 190 ribu perkuintal, dan TS sekitar Rp 250 perkuintalnya.

"Ini untuk harga pupuk subsidi. Untuk pupuk nonsubsidi pun kami kesulitan mencarinya," katanya.

Keluhan serupa juga diutarakan petani di Desa Bondansari, Kecamatan Wiradesa saat ada kunker anggota DPR RI Ramson Siagian kemarin.

Kepala Desa Bondansari, Wasud mengaku untuk mendapatkan pupuk, petani saat ini kesulitan meskipun sudah memiliki kartu tani.

"Mending seperti dulu tidak ada kartu tani tapi untuk mendapatkan pupuk lebih mudah. Kalaupun mahal yang penting petani mudah mendapatkan pupuk itu yang diharapkan," katanya.

Salah seorang petani asal Desa Blimbing Wuluh Kecamatan Siwalan, Sutarso juga mengeluhkan kelangkaan pupuk disaat petani membutuhkan. Karena pupuk merupakan faktor pendukung untuk meningkatkan hasil pertanian.

"Para petani akhir-akhir ini sulit untuk mendapatkan pupuk, padahal sudah memasuki musim tanam," imbuhnya. (yon/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Ini Seribu Rumah Kumuh Direnovasi


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler