jpnn.com - NIAT pemerintah melakukan konversi tanaman tembakau ke tebu di Madura yang rencananya dibuka oleh Presiden SBY di Sumenep Rabu (4/12) mendapat tentangan dari beberapa pihak. Salah satunya dari Asosiasi Petani Tembakau Jawa Timur.
"Kami menolak konversi tembakau ke tebu," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Jawa Timur Iteng Ahmad Surowi. Dia menyodorkan tiga alasan penolakan konversi tembakau di Madura. Yang pertama, harga jual tembakau dan tebu sama sekali tak sebanding. Bila dipaksakan, secara otomatis penghasilan petani yang mengganti tanamannya dengan tebu akan mengalami penurunan.
BACA JUGA: KPK Klaim Selamatkan Rp1,196 Triliun
Menurutnya, tembakau Madura saat ini sudah mendunia dan punya posisi tersendiri di pasar internasional. Harga tembakau dari pulau garam itu termasuk mahal dan jauh lebih tinggi dari tebu.
Alasan berikutnya adalah kekawatiran konversi hanya akan menguntungkan pemilik modal besar. "Perkebunan tebu butuh modal besar. Bagaimana dengan nasib petani-petani tembakau dalam skala kecil? Pasti kalah bersaing," ujarnya. Selama ini, dibanding petani bermodal kakap, hasil dari kebun petani tembakau dengan lahan mungil pun masih bisa mendapat harga yang sama pada hasil buminya.
BACA JUGA: Oegro Tegaskan tak Bermasalah dengan Sutarman
Iteng menambahkan, pemerintah sepertinya tidak melakukan penelitian mendalam terlebih dahulu sebelum meluncurkan program konversi tembakau di Madura. Pada rencana konversi itu, katanya, petani di Sumenep tidak diajak bicara terlebih dahulu. Tapi secara tiba-tiba muncul kebijakan konversi yang merujuk pada tanaman tak senilai dengan tembakau.
"Secara geografis, Madura lebih cocok untuk tembakau. Berbeda dengan daerah lain, tembakau Madura sangat khas dan sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat," beber Iteng. Iteng menambahkan, secara turun temurun tembakau di Madura punya peran penting.
BACA JUGA: Sebut JK, Mahfud MD, dan Rhoma Bakal Capres PKB
Selain itu, kebun tembakau pada masa tanam hingga panen telah terbukti menjadi berkah bagi banyak warga. Bukan hanya petani, tapi juga tenaga kasar. Dengan sendirinya, tembakau punya daya dorong ekonomi yang sangat kuat bagi Madura. "Tenaga kerja yang dibutuhkan pada perkebunan tembakau sangat banyak. Jauh lebih banyak dari kebun tebu. Mau dikemanakan tenaga kerja itu kalau tembakau diganti tebu?" katanya.
Data dari Kementerian Pertanian sepanjang 2012 lalu menunjukkan, Indonesia masih kekurangan pasokan tembakau dan harus mengimpor sebesar 588 juta ton, sementara ekspor hanya 136 juta ton. Di tahun sebelumnya, ekspor tembakau dari Indonesia sebesar 147 juta ton, sementara impor mencapai 507 juta ton.
Sebelumnya, Anggota FPDIP DPR Aria Bima menyebut perlu kebijakan pemerintah dalam menyikapi kontroversi tembakau belakangan ini. "Tidak bisa asal konversi tanpa menimbang dampaknya bagi penghasilan petani dan mereka yang selama ini hidup dari tembakau," katanya.
Konversi tembakau tanpa pertimbangan matang justru akan mengakibatkan kemiskinan-kemiskinan baru yang mestinya dihindari. Setidaknya, perlu ada bukti nyata dan jelas jenis tanaman apa yang punya nilai ekonomis sama dengan tembakau sebelum konversi dilakukan. Tanpa itu, hampir mustahil konversi tembakau bisa dilakukan.
Dia mengingatkan, persoalan tembakau di Indonesia tidak hanya berkutat pada petani saja. Jika petani kemudian bermasalah, otomatis akan timbul rentetan lainnya. Termasuk buruh kasar di luar petani hingga buruh pabrik rokok. "Ada jutaan orang yang hidup dari tembakau," katanya. (mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Ada Pemprov Raih Nilai A
Redaktur : Tim Redaksi