Peternak Kerbau Rawa HSU Riau, Banyak Ternak Mereka Mati

Senin, 18 Desember 2017 – 03:15 WIB
Kerbau Rawa. Foto: istimewa

jpnn.com, AMUNTAI - Peternak kerbau rawa di Kecamatan Paminggir, Amuntai, Kalimantan Selatan, sedang risau. Puluhan kerbau mereka banyak yang mati.

Selain karena ketersediaan pakan yang menipis, kerbau endemik asal Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) ini juga terkena penyakit cacing.

BACA JUGA: Polda Bengkulu Terbitkan SP3 Atas Empat Kasus Dugaan Korupsi

Hewan yang telah digembalakan warga di kecamatan tersebut secara turun-temurun itu, menjadi salah satu hewan bernilai ekonomi tinggi.

Bahkan hewan ini juga bisa menunjukkan strata sosial pemiliknya. Tapi tahun 2017 menjadi tahun berat bagi para peternak kerbau di sana.

BACA JUGA: Terlilit Utang, Ramadani Langsung Gelap Mata

Aldi salah satunya warga Desa Bararawa Kecamatan Paminggir menceritakan, selain faktor pakan, kumpai (rumput) yang menjadi makanan kerbau mulai jarang dijumpai karena terendam air, kendala lainnya adalah serangan cacing kerbau.

"Kami harapkan, peran pemerintah daerah khususnya dinas pertanian, untuk turun langsung memeriksa keadaan kerbau kami. Jangan sampai ternak yang jadi ikon daerah ini tinggal sejarah karena punah," kata Aldi pada Radar Banjarmasin.

BACA JUGA: Pesta Terlarang Berujung Ancaman 20 Tahun Penjara

Atri yang juga merupakan warga Paminggir, meminta dengan serius pihak Pemkab dan provinsi lebih peka terhadap masalah yang mereka hadapi. Tidak sedikit peternak yang sudah merugi. "Kalau mati ya rugi sama sekali. Dijual pun juga sulit. Sebab jarang ada pembeli yang mau membeli kerbau sakit. Alhasil kerbau yang sehat dijual murah sebelum terkena penyakit," katanya.

Dulu harganya Rp10 sampai 15 juta, sekarang paling mentok laku sekitar harga Rp2 sampai 5 juta. Tentu sangat merugikan peternak, jawabnya. "Sekali lagi kami minta keseriusan Pemkab dan provinsi untuk melakukan pengobatan pada kerbau kami," pintanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) HSU Ir Ilman Hadi, melalui Kabid Kesehatan Hewan dan Veteriner drh I Gusti Putu Susila, membenarkan ternak kerbau rawa di Desa Bararawa, Pal Batu, Sapala dan Tampakang Kecamatan Paminggir terserang cacing hati (Fasciolis) dan terkena serangan Bakteri Clostridium yang mampu membuat kerbau sakit dan akhirnya mati.

Clostridium ini pernah diteliti oleh peneliti dari Balai Teknologi Ternak Bogor pada ternak kerbau rawa. Namun seiring berakhirnya penelitian, vaksin pembasmi Clostridium pun tak beredar lagi. Meskipun diminta untuk memproduksinya, harga vaksinnya sangat mahal.

"Kerbau yang terserang bakteri Clostridium sangat sulit untuk disembuhkan dengan kata lain ternak akan mati. Kalau cacing hati masih bisa diobati melalui pemberian vaksin Septicamia Epizootica. Pemberian vaksin ini gratis dan sudah berjalan," kata Putu melalui sambungan telepon Minggu (17/12) kemarin.

Untuk tindakan awal, pihaknya akan melakukan pemberian vitamin, pemberian obat hati, dan vaksin SE. Untuk pemberian vaksin, syarat utamanya hanya pada kerbau yang sehat saja. Apabila sudah sakit tidak disarankan untuk pemberian vaksin. Bahkan Balai Veteriner Kalsel di Kota Banjarbaru telah mengambil sampel dari lokasi sakitnya kerbau. Meski begitu hasil uji lab belum keluar.

"Kejadian penyakit kerbau ini sudah berlangsung sekitar tiga bulan. Namun karena bakteri Clostridium menyerang organ dalam kerbau secara mendadak, menyulitkan diagnosa. Kerbau yang segar bugar pun, jika terjangkit bisa langsung drop sampai akhirnya mati," ungkapnya.

Sanitasi buruk di sekitar kandang kerbau juga dapat membuat kerbau rawan sakit. Berbeda dengan peternak yang mampu menjaga kebersihan kandang ternak, biasanya kerbaunya akan sehat. "Sanitasi buruk, maaf, kerbau berak dan makan di air yang terkontaminasi bakteri, membuat mudah bakteri ini berpindah. Menjaga kebersihan kandang bisa menghambat terjangkitnya penyakit pada hewan," ujarnya. (mar/by/ram)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Warga Ingin Ganti e-KTP tapi Blangko Kurang


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler