Zara Rutherford, perempuan berdarah Inggris dan Belgia, memecahkan rekor menjadi perempuan termuda di dunia yang terbang sendirian keliling dunia. 

Perempuan berusia 19 tahun ini baru saja mendarat di Belgia sebelah barat dengan pesawat kecilnya, setelah 155 hari mengudara.

BACA JUGA: Australia Menyetujui Penggunaan Vaksin Novavax Serta Pil Anti-virus Untuk Pasien COVID

Sebelumnya rekor yang tercatat di Guinness World Records dipecahkan oleh Shaesta Waiz, pilot perempuan asal Amerika Serikat, di tahun 2017 dan saat itu ia berusia 30 tahun.

Tadinya Zara berencana untuk terbang keliling dunia selama tiga bulan, tapi cuaca buruk di beberapa kawasan dan masalah visa membuatnya tak bisa terbang dan harus menunggu. Ini menyebabkan waktu petualangannya bertambah dua bulan dari rencana sebelumnya.

BACA JUGA: Pengamat Terorisme Minta Zulkarnaen Tetap Dipantau Meski Sudah Divonis 15 Tahun Penjara

Untuk bisa memenuhi kriteria "terbang keliling dunia", Zara harus mencapai dua titik yang berseberangan di dunia, yakni Jambi di Indonesia dan Tumaco di Kolombia.

Sebelum Natal ia juga mengunjungi Jakarta dan saat itu ia menceritakan betapa sulitnya terbang di atas Rusia utara.

BACA JUGA: Studi Terbaru: Masker Bedah Membuat Pemakainya Terlihat Lebih Menarik

"Musim dingin di Eropa banyak tantangannya," katanya, yang menyebabkan penerbangannya terpaksa ditunda beberapa hari.

Total jarak rute yang ia tempuh adalah lebih dari 52 ribu kilometer dan ia berhenti di 41 negara di lima benua.

"Ada banyak saat-saat yang luar biasa, tapi ada juga saat-saat yang membuat saya ketakutan," ujar Zara.

Ia mengatakan, terbang di atas New York dan sebuah gunung yang masih aktif di Islandia menjadi favoritnya saat menerbangkan pesawat ringan jenis "Shark ultralight'.

Zara juga pernah harus terbang menjauh saat melewati kebakaran hutan di California, atau merasakan dinginnya langit Rusia yang menusuk tulang, hingga menghindari wilayah udara Korea Utara.

Penerbangannya mengikuti 'Visual Flight Rules', artinya hanya mengandalkan penglihatannya sendiri dan kadang harus melambat, tidak seperti sistem yang lebih canggih yang bisa melewati awan dan kabut.

Zara berharap ia bisa menanamkan semangat terbang kepada perempuan dan remaja putri di seluruh dunia, serta mengajak mereka untuk mempelajari ilmu pasti, sains, matematika, teknik, dan teknologi.

"Benar-bener gila sih, saya belum bisa mencernanya," katanya soal apa yang sudah ia capai.

"Saya menitikkan air mata saat membayangkan rasanya bisa kembali ke rumah setelah lima bulan pergi. Bahkan penerbangan ini tidak mudah, jadi saya merasa senang."

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam bahasa Inggris  

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Australia Akan Kembalikan Biaya Pengajuan Visa Pelajar

Berita Terkait