Pianis Berprestasi Ini Akan Sepanggung dengan Pianis Dunia

Jumat, 08 Januari 2016 – 22:08 WIB
Nitya saat menunjukkan kemampuannya bermain piano. Foto : Dok Pribadi

jpnn.com - Merasa musik adalah jalan hidupnya, Nitya Primantari berani “menentang” keinginan ayahnya untuk menggeluti dunia bisnis. Kini terbukti pilihannya tak salah. Nitya berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan menjadi pemenang di berbagai ajang internasional. Pekan depan dia akan berbagi panggung dengan pianis dunia dalam konser spektakuler di Surabaya

 

BACA JUGA: JK Makan Siang Bersama Megawati, Jokowi Makan Malam dengan Wartawan, Ha ha ha

Panji Dwi Anggara, Surabaya

 

BACA JUGA: Ingat Kekasih, Aremania Itu Dihajar, Darah Mengucur Deras...Ya Allah

Gaya bicaranya lugas, tatapan matanya tajam. Namun, jika sudah berbicara mengenai musik, wajah nan serius tadi berubah berbinar. Ya, musik memang telah mengambil tempat terindah dalam relung hari dara 25 tahun itu.

Biasa dipanggil Nitya, perempuan berkacamata itu sudah mengenal musik sejak usia 3,5 tahun. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya usia 6 dia berkenalan dengan piano. Rupanya itu menjadi awal cintanya pada induknya alat musik. Terbukti, hingga kini gemulai jarinya tetap setia menekan tuts hitam putih. Genre yang dia pilih pun musik klasik.

BACA JUGA: Riuhnya MK Sidangkan 51 Gugatan Pilkada

Nitya mungkin menjadi saksi bagi pembenaran anggapan dari para ahli bahwa memainkan musik klasik dengan piano mampu meningkatkan kemampuan otak. Selama menempuh pendidikan dasar hingga menengah, dirinya selalu mampu mencatatkan prestasi gemilang. Bahkan pada jenjang SMP, namanya menjadi peraih nilai tertinggi dalam UAN.

Karena melihat potensi akademiknya yang tinggi itulah tak heran jika kemudian ayahnya, yang merupakan seorang pengusaha ternama Indonesia, Sutoto Yakobus memintanya untuk menekuni dunia bisnis. ”Sayangnya saya tidak bisa mewujudkan keinginan beliau. Saya memiliki pilihan sendiri,” katanya saat ditemui di Ciputra World Surabaya belum lama ini.

Tak ayal penolakan itu awalnya memancing perdebatan dengan sang ayah. Untungnya, kemudian ayahnya luluh dan memberikan kebebasan bagi putri tercintanya untuk memilih apa yang dia inginkan.

Jadilah selepas SMA di Sekolah Ciputra Surabaya, Nitya mengambil scholarship di Yong Siew Toh Conservatory of Music di Singapura selama setahun. Kemudian, dia melanjutkan studi di Ecole Normale de Musique de Paris.

”Alasan saya kenapa hanya setahun di Singapura adalah untuk mengembangkan bakat lebih besar lagi. Perancis dan Eropa kan kiblatnya musik klasik, saya benar-benar ingin menempuh ilmu secara total,” jelas dia.

Di Paris, sulung dari tiga bersaudara itu sering mengikuti berbagai kompetisi piano internasional. Salah satu penghargaan yang diterima adalah juara pertama dalam ajang kompetisi piano bergengsi, Ile de France pada 2014. ”Benar-benar nggak nyangka bisa menang. Karena saingannya kan berat-berat,” ujarnya.

Dari kompetisi itulah pintu bagi karir musiknya terbuka lebar. Dia mendapat banyak kesempatan untuk unjuk kemampuan di hadapan musisi-musisi dunia. Bahkan, yang sangat membanggakan, dia mendapat kontrak setahun untuk menunjukkan kemampuannya lewat konser solo. Tak hanya di Paris tetapi juga di Toulouse.

”Makanya saat sudah balik dari Perancis pada Agustus 2014 lalu, saya masih sering ke sana. Tujuannya ya untuk memenuhi kontrak itu,” katanya semringah.

Sebenarnya jika dia tetap memilih stay di negeri Menara Eiffel itu, karirnya sebagai musisi klasik akan lebih bersinar, tapi nasehat sang ayah yang membuatnya pulang. ”Sehebat-hebatnya kamu di sana, pulanglah. Bangunlah Indonesia dengan kemampuan yang kamu miliki,” ujarnya menirukan ucapan sang ayah.

 Terakhir kali dia konser di Toulouse, Nitya bercerita membawakan 8 lagu. Kali itu yang datang menonton tak main-main. Banyak pejabat yang hadir. ”Di Perancis, apresiasi terhadap musik memang sangat tinggi,” tegasnya.

Selain di Perancis, Nitya banyak menimba ilmu di bidang musik dengan hadir pada event-event musik berkelas. Baik di Roma, Italia dan New York.

Setelah kembali ke Tanah Air setahun silam, kini Nitya getol untuk mengajarkan ilmu yang dia miliki kepada pianis-pianis muda. Bahkan rencananya, tak lama lagi dia akan membuka sekolah musik di kawasan Surabaya Barat.

Tak hanya itu saja, Nitya juga rajin menghelat konser. Pertengahan tahun lalu dia sukses menggelar konser bertajuk A Musical Evening with Nitya and Friends di Ciputra Hall. Dalam konser yang dia padukan antara genre klasik dan jazz itu, di tonton lebih dari 800 orang. Padahal kapasitas gedung hanya 710 orang.

”Sangat surprise. Sambutan luar biasa yang membuat saya terharu,” katanya.

Kini, pelahap kwetiau itu tengah sibuk berlatih untuk kembali menunjukkan kemampuannya lewat konser. Rencananya konser akan diselenggarakan di tempat yang sama, yakni Ciputra Hall yang berada di kawasan CitraLand Surabaya Barat pada Jumat 15 Januari mendatang.

Dalam konsernya kali ini tak main-main, Nitya menggandeng pianis dunia, Steven Spooner untuk berbagi panggung dengannya. Nama Spooner sangat familiar bagi insan musik klasik. Selain merupakan peraih penghargaan beberapa kompetisi tingkat dunia, pria 45 tahun itu juga berprofesi sebagai asisten professor di University on Kansas.

”Sekarang lagi banyak diskusi dengan dia lewat email. Sebab waktu latihannya nggak lama, beliau baru datang pada hari selasa (12/1) mendatang,” katanya. (pda)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Biadab! Mengapa Ini Harus Terjadi? Sama-sama Suporter dari Jawa Timur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler