Pidato Grace Natalie Menjadi Cambuk Partai Lain untuk Berbenah Diri

Kamis, 14 Maret 2019 – 21:18 WIB
Ketua Umum PSI Grace Natalie di Festival 11 Yogyakarta. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti bidang politik The Indonesian Institute, Arfianto Purbolaksono mengatakan seharusnya Pidato Ketua Umum Partai solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie menjadi cambuk bagi semua partai politik untuk mereformasi diri.

Partai politik harus mengubah kebiasaan lama dengan sesuatu hal baru. Anto menilai, pidato Grace ditujukan ke semua parpol, bukan hanya partai nasionalis tapi juga yang bercorak agama.

BACA JUGA: Riset Indomedia: PSI Konsisten Melawan Kekerasan Seksual, Partai Lain Cuma Lip Service

BACA JUGA : Fadli Zon Seharusnya Malu pada Grace Natalie

 

BACA JUGA: PSI Butuh Perhatian

Menurut dia, harus disadari saat ini terjadi penurunan tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik. Hal ini terjadi karena partai politik belum secara optimal menjalankan fungsi-fungsi nya.

“Kritikan Grace yang tajam dalam pidatonya, seakan menyentak, ke-khusyuk-an elite politik ketika menikmati hiruk pikuk Pemilu 2019. Dengan lantang Grace berani mempertanyakan peran partai politik yang telah mapan (khususnya partai nasionalis) terkait kepentingan nasional yang dua di antaranya yan paling mendasar adalah menjaga persatuan dan menjamin wakil rakyat yang berkualitas dan anti korupsi," papar Anto.

BACA JUGA: PSI Tegas Memperjuangkan Hak Pendidikan untuk Semua

Anto menambahkan partai politik harus berubah dengan memperkuat kelembagaan partai politik agar bisa menjalankan peran dan fungsinya sebagai institusi demokrasi dengan optimal.

"Sehingga partai politik bisa berkontribusi menghasilkan kebijakan publik yang berkualitas untuk kepentingan rakyat," imbuhnya.

BACA JUGA : Grace Natalie: PSI Adalah Pengganggu Tidur Partai Politik Lama

Anto menyatakan, persoalan mendasar dari partai politik di era reformasi adalah tidak eratnya hubungan antara ideologi dengan arah gerak partai politik.

Lemahnya pengaruh ideologi dalam arah gerak partai politik di Indonesia menyebabkan partai politik bergerak tanpa nilai dan berjalan pragmatis. Partai hanya dijadikan kendaraan politik, untuk meraih jabatan publik.

“Seharusnya ideologi menjadi ruh partai politik. Ideologi bukan lah sesuatu yang abstrak, Ideologi bisa diwujudkan dalam setiap kebijakan yang dibuat maupun disuarakan oleh partai politik. Karena partai merupakan satu-satunya pihak yang dapat menerjemahkan kepentingan dan nilai masyarakat ke dalam legislasi dan outputnya adalah kebijakan publik. Hal ini tentunya dapat mereka lakukan setelah mereka mendapatkan posisi dalam parlemen daerah maupun nasional," pungkas Anto. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditanya soal PSI, Politikus PDIP: Enggak Pernah Kami Anggap


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler