jpnn.com, BADUNG - Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pembukaan pleno Annual Meeting International Monetary Fund (IMF) & World Bank di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10) telah menyita perhatian publik. Tamsil tentang serial Game of Thrones yang dipakai Presiden Jokowi untuk menggambarkan ketidakpastian global saat ini menjadi viral.
Tagar #GamesOfThrones pun menjadi trending di Twitter. Pidato yang menukil kisah Game of Thrones untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya kebersamaan dan menghindari benturan itu pun mengundang standing ovation.
BACA JUGA: Politikus Gerindra Sarankan Jokowi Minta Maaf
Berikut ini adalah pidato lengkap Presiden Jokowi dalam opening plenary Annual Meeting IMF & World Bank di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Badung;
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh,
Om Swastyastu,
Namo Buddhaya
BACA JUGA: Game of Thrones dan Pesan Jokowi soal Kebersamaan Global
Bapak dan Ibu sekalian…
Sepuluh tahun yang lalu, kita mengalami krisis finansial global. Berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besas, saudara-saudara para pembuat kebijakan telah menyelamatkan dunia dari depresi globa yang pada waktu itu sudah di depan mata.
BACA JUGA: Pelindo III Jalin Kerja sama Peningkatan Kunjungan Cruise
Untuk itu, kami menyampaikan selamat atas kesuksesan saudara-saudara dalam mengatasi krisis finansial global tahun 2008. Setelah sepuluh tahun berlalu, kita tetap harus waspada terhadap meningkatnya risiko dan kesiapsiagaan kita dalam mengalami ketidakpastian global.
Seperti yang disampaikan Nyonya Lagarde (Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, red), terdapat banyak masalah yang membayangi perekonomian dunia. Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat, namun di banyak negara terdapat pertumbuhan yang lemah atau tidak stabil.
Perang dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar. Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa: Winter is coming.
Hadirin yang berbahagia,
Dalam beberapa dekade terakhir ini, negara ekonomi maju telah mendorong kami negara ekonomi berkembang, untuk membuka diri dan ikut dalam perdagangan bebas dan keuangan terbuka. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi internasional ini telah memberikan banyak sekali keuntungan, baik bagi negara maju maupun negara berkembang.
Berkat kepeduliaan dan bantuan negara ekonomi maju, kami negara-negara berkembang mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Namun akhir-akhir ini, hubungan antar-negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti Game of Thrones.
Balance of power dan aliansi antarnegara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan. Lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah, seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dan juga kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang.
Hadirin Yang Terhormat…
Dalam serial Game of Thrones, sejumlah Great Houses, Great Families bertarung hebat antara satu sama lain untuk mengambil alih kendali The Iron Thrones. Mother of Dragons menggambarkan siklus kehidupan. Perebutan kekuasaan antar para Great Houses itu bagaikan sebuah roda besar yang berputar.
Seiring perputaran roda, satu Great House tengah berjaya, sementara house yang lain menghadapi kesulitan dan setelahnya, House yang lain berjaya dengan menjatuhkan House yang lain. Namun yang mereka lupa tatkala para Great Houses sibuk bertarung satu sama lain, mereka tidak sadar adanya ancaman besar dari utara, seorang Evil Winter yang ingin merusak dan menyelimuti seluruh dunia dengan es dan kehancuran.
Dengan adanya kekhawatiran ancaman Evil Winter tersebut, akhirnya mereka sadar: tidak penting siapa yang duduki di Iron Throne. Yang penting adalah kekuatan bersama untuk mengalahkan Evil Winter agar bencana global tidak terjadi. Agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak poranda yang menyengsarakan kita semua.
Para hadirin yang berbahagia,
Saat ini kita sedang menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Perubahan iklim telah meningkatkan intensitas badai dan topan di Amerika Serikat hingga Filipina.
Sampah plastik di laut di seluruh penjuru dunia telah mencemari pasokan makanan di banyak tempat. Ancaman global yang tumbuh pesat tersebut yang hanya bisa kita tanggulangi jika kita bekerja bersama.
Baru lima hari yang lalu, dalam Panel Antar-Negara Terkait Perubahan Iklim atau IPCC, Bapak Guterres Sekretaris Jenderal PBB dengan tegas mengingatkan kita kembali bahwa waktu sudah sangat mendesak bagi kita untuk bertindak dalam skala besar-besaran guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali.
Kita perlu segera meningkatkan investasi tahunan secara global sebesar 400 persen untuk energi terbarukan. Untuk itu kita harus bekerja bersama menyelamatkan kehidupan bersama kita.
Untuk itu kita harus bertanya: apakah sekarang ini merupakaan saat yang tepat untuk rivalitas dan kompetisi? Ataukah saat ini merupakan waktu yang tepat untu kerjasama dan kolaborasi?
Apakah kita telah terlalu sibuk untuk bersaing dan menyerang satu sama lain sehingga kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang membayangi kita semua? Apakah kita gagal menyadari adanya ancaman besar yang dihadapi oleh negara kaya maupun miskin oleh negara besar ataupun negara kecil?
Para hadirin yang berbahagia,
Tahun depan kita akan menyaksikan season terakhir dari serial Game of Thrones, saya bisa perkirakan bagaimana akhir ceritanya. Saya yakin ceritanya akan berakhir dengan pesan moral bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan bukan hanya bagi yang kalah namun juga yang menang.
Ketika kemenangan sudah dirayakan dan kekalahan sudah diratapi, barulah kemudian kedua-duanya sadar bahwa kemenangan maupun kekalahan dalam perang selalu hasilnya sama, yaitu dunia yang porak poranda. Tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi yang terbesar di tengah dunia yang tenggelam.
Saya ingin menegaskan bahwa saat ini kita masuk pada season terakhir dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan. Bisa jadi situasinya lebih genting dibanding krisis finansial global sepuluh tahun yang lalu.
Kami bergantung pada saudara-saudara semua, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerja sama global. Saya sangat berharap saudara-saudara akan berkontribusi dalam mendorong para pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat.
Diperlukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang mampu menyangga dampak dari perang dagang, disrupsi teknologi dan ketidakpastian pasar. Saya harap pertemuan tahunan kali ini berlangsung produktif.
Saya harap Anda semua mampu menyerap tenaga dan memetik inspirasi indahnya alam Bali dan Indonesia. Untuk menghasilkan kejernihan hati dan pikiran dalam memperbaiki kondisi finansial global untuk kebaikan Bersama.
Terima kasih.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Jadi Contoh Bangsa Paling Bahagia di Dunia
Redaktur : Tim Redaksi