Pilih Al-Qur'an ketimbang Pancasila, Refly Harun Lontarkan Tantangan

Sabtu, 05 Juni 2021 – 23:10 WIB
Refly Harun memberikan penilaian soal TWK pegawai KPK. Foto tangkapan layar YouTube Realita TV

jpnn.com, JAKARTA - Pakar hukum tata negara Refly Harun memaparkan sikapnya kalau diharuskan memilih antara Pancasila dan Al-Qur'an dalam pertanyaan tes wawasan kebangsaan (TWK) seperti yang membuat 75 pegawai senior KPK tersingkir. 

"Saya pilih Al-Qur'an," kata Refly Harun di kanal YouTube Realita TV, Jumat (4/6).

BACA JUGA: Refly Harun Beber Kelemahan Dakwaan untuk HRS di Kasus Swab Test

Bagi Refly, Pancasila dan Al-Qur'an tidak bisa dipertentangkan satu sama lain. Itu karena sila-sila Pancasila juga bersumber dari agama.

Sebagai contoh, sila ketuhanan yang maha esa tertuang di dalam Al-Qur'an, tepatnya surah Al-Ikhlas.

BACA JUGA: Pelanggar Prokes Dicabut Hak Politiknya, Refly Harun: Tidak Rasional dan Berlebihan

"Qul Huwallohu Ahad, iya kan?. Begitu juga sila-sila lainnya, apalagi keadilan sosial. Karena itu saya tidak pernah mempertentangkan antara agama dan pancasila," tegasnya.

Bagi Refly, kalau kita beragama secara baik maka pasti ber-Pancasila dengan baik pula.

BACA JUGA: Refly Harun Hadir Lagi di Sidang Habib Rizieq Terkait Kasus RS Ummi

Refly juga menerangkan soal pertanyaan TWK salat pakai kunut atau tidak. Dirinya mengaku kalau salat sendirian tidak memakai kunut, tetapi jika berjemaah di masjid akan mengikuti imam masjid, memakai kunut atau tidak, tak masalah.

"Meski hafal kunut, saya tidak mempertentangkan salat pakai kunut atau tidak," ujarnya.  

Refly kemudian balik menantang berdebat kepada siapa saja yang menilai dirinya tidak lolos wawasan kebangsaan karena pandangannya ini. 

"Saya tantang debat kepada siapa pun yang mengaku punya wawasan kebangsaan lebih hebat," tegasnya.

Mantan Ketua Tim Anti Mafia Mahkamah Konstitusi (MK) dan penasihat Kapolri ini menegaskan dirinya jelas memiliki wawasan kebangsaan, karena ilmu hukum tata negara core business-nya adalah konstitusi.

Sehingga, kalau seorang ahli tata negara sampai tidak paham wawasan kebangsaan itu keterlaluan. 

"Saya bilang bukan soal lolos atau tidak, tetapi ini masalah paham atau tidak. Kalau yang ngetes kayak kemarin (di KPK) ya saya mungkin juga nggak lolos," tandasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler