jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby mengatakan Pilkada DKI Jakarta bisa menjadi ajang percontohan kampanye modern.
"Saya bayangkan, pilkada DKI bisa jadi contoh bagi pilkada lain, bekaitan dengan kampanye modern," kata Adjie dalam diskusi dengan topik Hitam Putih Pilkada DKI di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11).
BACA JUGA: KPUD DKI Prihatin Kampanye Calon Diwarnai Penolakan
Menurut Adjie, di Indonesia, bahkan dalam level pemilu presiden sekalipun ketika ada kampanye kritis yang dilancarkan sebagian tim pasangan calon menggunakan negative campaign belum semua bisa menerima.
Kampanye kritis dimaksud Adjie adalah program-program maupun kebijakan calon sebagai kelemahan, diungkap ke publik. Nah, yang terjadi di berbagai daerah justru berujung rusuh.
BACA JUGA: PERINGATAN! Panwaslih Harus Responsif
"Tidak jarang berujung anarkisme, karena tim sukses tak terima calonnya dikritik. Di pilkada DKI tidak, kampanye kritis didasari fakta, serangan personal terhadap calon maupun kebijakan, disikapi biasa," kata Adjie.
Hal ini menurut Adjie, bisa terjadi karena pemilih di DKI lebih rasional. Itu didukung dengan populasi pemilih menengah ke atas yang mencapai angka sekitar 35 persen.
BACA JUGA: Sandiaga: Mas Anies Lagi Sakit, Minta Doanya Ya..
"Maka kampanye moderen bisa dimulai. Kampanye kritis. Seperti di Pilpres AS, antara Donald Trump dan Hillary Clinton, menyerang personality itu biasa, asal didasarkan fakta," tambahnya.
Diketahui salah satu calon yang kerap menjadi sasaran serangan kampanye kritis adalah nomor urut dua, Basuki T Purnama-Djarot S Hidayat. Namun, tim pemenangan tidak terpancing menyikapinya. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Pernyataan Adem Nih dari Anies Baswedan
Redaktur : Tim Redaksi