JAKARTA - Pengamat ekonomi Hendry Saparini mengatakan, pemilu presiden (pilpres) 2009 ini lebih merupakan pertarungan para calon wakil presiden (cawapres)Tren ini muncul setelah Susilo Bambang Yudhoyono memilih Boediono sebagai pasangannya
BACA JUGA: SBY-Boediono Targetkan 70 Persen di Sumsel
Masyarakat akan lebih melihat ideologi ekonomi yang dianut para cawapres"Pilpres saat ini pertarungan paham ekonomi para cawapres
BACA JUGA: Tim Sukses Hanya Suguhkan Ketegangan
Kalau pilpres 2004, masih didominasi pertarungan nasionalis atau bukan nasionalis dan isu Jawa atau luar Jawa," ungkap Hendry Saparini pada diskusi bertema 'Perspektif Ekonomi Indonesia Pascapilpres 2009' di Hotel Ambhara, Jakarta, Minggu (31/5)Hendry menjelaskan, Megawati saat menjadi presiden tidak bersih dari kebijakan ekonomi neoliberalisme karena saat itu dia dilingkupi tim ekonomi berpaham neolib
BACA JUGA: Pengamat : Kampanye Negatif Tak Dilarang
Hanya saja, dengan menggandeng Prabowo Subianto, Mega sudah menunjukkan komitmennya untuk lebih mementingkan ekonomi kerakyatanSementara, Jusuf Kalla saat menjadi wapres selama ini juga lebih banyak dikungkung oleh tim ekonomi yang berpaham neolib.Hendry pun menduga, 'berpisahnya' JK dengan SBY salah satunya karena JK tidak betah terus-terusan berada dalam lingkaran tim ekonomi berpaham neolib itu.
"Jusuf Kalla saat ini mengusung tema kampanye kemandirian ekonomiSedang Megawati dan Prabowo mengusung ekonomi kerakyatanKedua pasangan ini masih bisa diharapkanSedang satunya lagi (SBY-Boediono, red), arahnya jelas, yakni akan terus melanjutkan paham neoliberalisme," ujar Hendry.
Dia memberi contoh rill dampak kebijakan ekonomi SBY yang berpaham neolibAntara lain, harga minyak goreng mahal karena kelapa sawit diekspor, sisanya baru untuk kebutuhan dalam negeriHal yang sama terjadi pada batubara"Indonesia kaya batubara, tapi PLN harus membeli batubara dengan harga internasional," ucapnya.(sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akhirnya, Megawati-SBY Bersalaman
Redaktur : Tim Redaksi