Pimpinan KPK yang Baru Harus Berani Mati

Kamis, 26 Mei 2011 – 19:19 WIB

JAKARTA -- Masa tugas pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tinggal sekitar empat bulan lagiPada September atau Oktober 2011, pimpinan KPK akan diisi orang-orang baru

BACA JUGA: Segera Didakwa, Cirus Terancam 20 tahun Penjara

Pengamat politik yang sekaligus mantan aktivis, M Fadjroel Rachman berharap, KPK yang akan datang dipimpin orang-orang yang tegas dalam upaya memberantas korupsi.

"KPK mendatang harus diisi orang-orang yang berani mati," ujar Fadjroel saat diskusi bertema Benarkah Reformasi Gagal yang digelar Perkumpulan Senior GMKI bekerjasama dengan Forum Wartawan Pemilu (Forwalu) di Jakarta, Kamis (26/5)
Di diskusi yang dimoderatori wartawan JPNN Soetomo Samsu ini, hadir pula sebagai pembicara pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, aktifis buruh Rekson Silaban, dan Sekretaris Fraksi PKB DPR, Moh Hanif Dhakiri.

Seperti diketahui Presiden sudah menerbitkan Surat Keputusan Presiden (Kepres) tentang pembentukan panitia seleksi (Pansel) pimpinan KPK

BACA JUGA: Ruhut Anggap BK DPR Aneh

Pansel diketuai Menteri Hukum Patrialis Akbar, dengan wakil ketua Irjen Pol (Purn) Drs MH Ritonga dan Dr H Soeharto
Sementara anggota Pansel terdiri dari Rhenald Kasali, Ichlasul Amal, TB Ronny R Nitibaskara, Saldi Isra, Erry Riyana H, Akhiar Salmi, Amir Hasan Ketaren, Imam Prasodjo, Deliana Sajuti Ismudjoko dan DR  Achmad Ube SH merangkap Sekretaris Pansel.

Fadjroel mengatakan, KPK merupakan satu-satunya lembaga pemberantas korupsi yang diharapkan mampu menuntaskan agenda reformasi

BACA JUGA: Ketua DPR: Usut Pemain dalam Proyek Gedung Dewan

Menurutnya, selain penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM,  pekerjaan rumah (PR) reformasi yang belum tuntas adalah pemberantasan korupsi.

Pimpinan KPK mendatang, diharapkan berani mengusut dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto, skandal Century, dan juga dugaan percaloan anggaran yang melibatkan para anggota DPR"KPK mendatang juga harus membersihkan kejaksaan dan kepolisian," cetusnya.

Sementara, Hanif Dhakiri menyatakan, tidak benar jika ada yang menganggap reformasi gagalBagaimana pun, lanjutnya, dalam 13 tahun era reformasi, ada sejumlah kemajuan, termasuk menguatnya institusi-institusi demokrasi"Kemenangan-kemenangan kecil reformasi harus kita jaga," cetusnyaAnggota Komisi X DPR ini menilai, saat ini justru ada upaya untuk menghancurkan insitusi demokrasi, seperti DPRJika institusi demokrasi hancur, lanjutnya, maka rakyat tidak senang dengan demokrasi, yang ujung-ujungnya ingin kembali ke bentuk rezim otoriter.

Rekson Silaban punya pendapat senadaKatanya, banyaknya kepala daerah yang ditangkap dalam kasus korupsi, merupakan salah satu hasil reformasi"Di era Orde Baru, tak mungkin itu terjadi," ujarnyaDi sektor perburuhan, lanjut pria asal Siantar ini, hasil reformasi juga sangat terasaPengurus eksekutif organisasi buruh se-dunia (ILO) ini mengatakan, kebebasan buruh di Indonesia paling liberal se-Asean"Gerakan buruh juga lebih kuat dibanding gerakan mahasiswa," ujarnya(sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Pidato Berbahasa Inggris, Patrialis Bela SBY


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler