Pipa Bocor, Warga Medan Krisis Air Bersih

Selasa, 31 Oktober 2017 – 11:33 WIB
Warga Jalan Purwo membeli air isi ulang di depot air untuk keperluan sehari-hari karena air PAM mati, Senin (23/10). Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS /jpg

jpnn.com, MEDAN - Distribusi air bersih ke sejumlah pelanggan di beberapa kecamatan di Kota Medan dan Deliserdang mengalami gangguan.

Terganggunya distribusi air bersih tersebut karena adanya kebocoran pipa induk di kawasan Delitua, beberapa hari lalu.

BACA JUGA: Ditembak Polisi, Dua Penjambret Sadis Kini Pakai Kursi Roda

"Kejadian ini tidak disengaja, musibah. Kalau pipa normal, tidak akan ada penghentian penyaluran air. Memang agak ekstrem yang kemarin.

“Ini belum pernah terjadi, kalau pun terjadi mungkin puluhan tahun," kata Direktur Utama PDAM Tirtanadi Provinsi Sumut, Sutedi Raharjo kepada wartawan di gedung DPRD Sumut, Senin (30/10).

BACA JUGA: 4 Perempuan Ini Seludupkan Narkoba ke Jambi, Modusnya Baru

Sutedi Raharjo pun meminta maaf kepada seluruh pelanggan PDAM Tirtanadi yang merasa terganggu.

Meski begitu, Sutedi nampaknya tidak mau dijadikan kambing hitam atas insiden tersebut. Dia malah menyalahkan PT KAI. Dia berharap PT KAI mau turut serta mengamankan lokasi pipa air yang berada didekat rel kereta api. Disebutkannya, PDAM Tirtanadi sengaja menyewa lahan milik PT KAI untuk pemasangan pipa air.

BACA JUGA: Pemimpin Begal di Medan Meregang Nyawa Ditembak Polisi

Para pekerja memperbaiki pipa induk berdiameter 1.000 mm milik PDAM Tirtanadi di Jalan Stasiun Kereta Api Duren/Jalan Purwo Gang Anyelir, Selasa (23/ 10). Akibat rusaknya pipa induk ini, distribusi air PDAM Tirtanadi menjadi terganggu. Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS

 

Kata Sutedi, pipa PDAM Tirtanadi banyak tertanam di bawah rumah penduduk yang berada di pinggiran rel kereta api dan lokasinya mulai dari Jalan Mahkamah, Medan Kota, sampai Delitua.

"Pipa tersebut ditanam di jalur hijau milik PT KAI sejak tahun 1988. Bahkan ada pipa yang dipasang sejak zaman Belanda yakni tahun 1908," ungkapnya.

Sutedi membeberkan alasan mengapa pipa PDAM Tirtanadi dipasang pada jalur kereta api. "Jalur kereta api itukan lurus, dan sepi. Jadi dulu kalau mau dipindahkan gampang. Kenyataannya, saat ini kawasan rel kereta api sudah berubah jadi kawasan pemukiman, ini mengganggu saat akan melakukan perawatan," jelasnya.

Kejadian serupa, kata dia, bukan tidak mungkin akan kembali terjadi di masa yang akan datang. Sebab, pipa milik PDAM Tirtanadi saat ini berada di bawah rumah pemukiman padat penduduk.

"Selain sulit merawat pipa, beban pipa juga akan bertambah sewaktu-waktu dapat terjadi hal-hal yang tidak terduga, seperti pecahnya pipa belum lama ini," bebernya.

Sutedi mengibaratkan pipa yang berada di bawah rumah warga seperti masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh.

"Ibaratnya begini, kalau kita tinggal di tempat yang nyaman, itu lebih sehat, lebih fit. Tapi kalau kita tinggal di tempat kumuh ya kita kurang sehat. Pipa begitu juga, kalau di atasnya nggak ada rumah akan lebih aman. Tapi kalau ada rumah kurang bagus. Memang seharusnya kan gak boleh ada aktifitas di atasnya karena mengganggu," paparnya.

Sutedi mengakui ada faktor lain yang juga menjadi sebab pecahnya pipa hingga menyebabkan terganggunya distribusi air. "Banyak faktor juga, selain pipa sudah tua, ada water hamer juga di situ, dan ada tempat pembuangan udara, terus ketutup lantai rumah warga, kemungkinan teknis ada getaran juga," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya berencana merelokasi jalur pipa ke tempat yang lebih aman dan mudah dijangkau sehingga memundahkan perawatan dan perbaikan bila terjadi kendala. Namun pihaknya akan berkoordinasi dengan PT KAI terlebih dahulu terkait penertiban rumah warga yang menjadi pemukiman liar tersebut.

"Kita akan komunikasi dengan KAI, ada nggak rencana mereka untuk melakukan penertiban rumah-rumah ini. Itu rumah liar, kan itu tanah PT KAI, jalur hijau mereka, pasti mereka (warga) tidak punya surat. Kalau jalur ini difungsikan kembali oleh KAI seperti jalur Kualanamu, ya kita nggak jadi relokasi. Tapi kalau mereka tidak punya program itu ya kita akan pikirkan relokasi jalur,"akunya.

Untuk merelokasi jalur pipa tersebut, PDAM Tirtanadi masih melakukan penghitungan yang nantinya akan disampaikan kepada Pemprov Sumut.

"Kalau dimungkinkan kita cari jalur lain yang mungkin bisa dan mencari pendanaan dari mana. Ini lagi kita hitung darimana jalurnya, akan kita hitung panjangnya berapa, budgetnya, nanti kita lapor ke Pemprov apakah kita mencari bantuan. Kalau kecil ya dana kita sendiri, tapi kalau besar apakah kita menggunakan APBN, APBD, sharing atau bagaimana. Ini dulu kan proyek bantuan dari IDB, dari loan-nya Tirtanadi," terangnya.

Anggota Komisi C DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan menilai apa yang disampaikan Dirut PDAM Tirtanadi Sumut adalah hal yang mengada-ada. "Alasan itu hanya untuk ngeles, seperti bajai saja kerja Dirut itu suka ngeles," sindirnya.

Politisi PDIP itu mendesak agar Sutedi Raharjo mundur dari jabatannya apabila tidak sanggup lagi memimpin PDAM Tirtanadi. "Dari pada mencari-cari alasan, lebih baik mundur dari jabatannya. Toh selama kepemimpinan beliau pelayanan kepada masyarakat tidak berubah menjadi lebih baik. Terlebih ketika tarif air sudah di naikkan," tegasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Lembaga Adokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) Sumut, Padian Adi Siregar juga mendesak agar Gubsu Erry Nuradi segera mencopot Sutedi Raharjo dari jabatan Dirut PDAM Tirtanadi.

Dia mengungkapkan, dengan kenaikan tarif air yang diberlakukan sejak April 2017 lalu, ternyata bukan meningkatkan kinerja PDAM Tirtanadi menjadi lebih baik. Namun, semakin buruk.

“Massifnya kritik masyarakat harus menjadi pertimbangan Gubernur Sumut untuk melakukan evaluasi secepatnya, bahkan secara prioritas mencopot Dirut dan Direktur Air Bersih yang dianggap gagal," kata Padian kepada Sumut Pos (Jawa Pos group), kemarin (29/10).(dik/adz)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Positif, Ketua DPRD yang Terjaring Razia Dilepas Polisi


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler