jpnn.com - KOTA - Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di setiap sudut DKI Jakarta semakin menjamur. Tak hanya di permukaan jalan, PKL juga menempati underground (lorong) tempat penyeberangan orang (TPO). Salah satu contohnya adalah di kawasan Kota, Pinangsia, Jakarta Barat.
Lorong perlintasan penumpang kendaraan umum yang terintegrasi dengan halte Bus Transjakarta, Stasiun Kota, dan kawasan wisata Kota Tua yang dibangun sejak 2008 itu dijadikan sebagai lapak favorit oleh PKL yang menjajakan barang jualan mereka. Jumlah PKL di lokasi itu mencapai puluhan dengan barang dagangan antara lain aksesori, makanan dan minuman.
BACA JUGA: Pemprov DKI Naikkan Dana KJP
Bahkan, tak jarang ketika malam hari, sudut-sudut lorong TPO kerap dijadikan rumah bagi gelandangan dan anak jalanan. Menurut salah satu pedagang, mereka ditarik pungutan Rp 5.000 per hari untuk bisa mendaratkan gerobak mereka di lapak.
Kepala Dinas Perhubungan DKI, Muhammad Akbar mengakui kondisi lorong TPO saat ini masih jauh dari harapan. Terlebih di akhir pekan, banyaknya pengunjung kawasan wisata gratis Kota Tua memancing pedagang berjualan di lokasi tersebut.
BACA JUGA: Bima Arya Dituding Gunakan Dana Pemkot untuk Haji
Ke depan, Akbar memastikan bakal mengatasi kesemerawutan itu. Hanya saja, saat ini pihaknya sedang mengatur kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola lokasi tersebut, termasuk menata para pedagang. ”Sudah ada yang berminat dan kita sedang olah aturan mainnya,” ujarnya ketika dihubungi INDOPOS.
Tentunya, kata dia, jika pedagang sudah terkelola dengan baik, pungutan retribusi akan diberlakukan. ”Uang yang masuk lewat retribusi itu nantinya digunakan untuk biaya petugas cleaning service (kebersihan),” ucapnya.(asp)
BACA JUGA: Pabrik Minyak Goreng Terbakar
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tercium Bau Politis Proyek Renovasi Toilet Dewan DKI
Redaktur : Tim Redaksi