JAKARTA - Status selaku mitra koalisi pemerintahan SBY, tak menghalangi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengajukan pandangan kritisnya terhadap dinamika politik sepanjang tahun iniSecara terbuka, partai berasas Islam tersebut menyebut tahun 2010 ditandai dengan dinamika politik saling sandera yang sangat mencolok.
"Kami khawatir politik saling sandera ini akan masih terjadi pada 2011," kata Wasekjen DPP PKS Mahfudz Siddiq dalam diskusi Evaluasi Politik dan Prediksi 2011 di Komplek Parlemen Senayan, kemarin (8/12)
BACA JUGA: KPU Harus Ambil Alih Pilkada Kobar
Turut berbicara Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, anggota DPD dari Riau Intsiawati Ayus, dan pengamat politik Yudi Latief.Menurut Mahfudz, praktek saling sandera menunjukkan belum tuntasnya proses konsolidasi sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia
BACA JUGA: Nasib Kobar Tunggu KPU Pusat
Sehingga, tahun 2009 seharusnya sudah menjadi titik akhir proses konsolidasi ituBACA JUGA: Gamawan Dinilai Langgar Sumpah Jabatan
Melainkan fokus kepada isu kesejahteraan."Bukannya melangkah ke sana, fragmentasi kepentingan dan kekuasan justru semakin mengkhawatirkan," ujar Ketua Komisi I DPR ituDia menyebut semua institusi dan lembaga negara kini terjebak dalam permainan politik saling sandera itu.
Implikasinya cukup fatalMahfudz mencontohkan proses legislasi nasional mengalami blunder"RUU Penyelengara Pemiu sampai sekarang kan nggak selesai juga," katanyaDalam konteks hukum, penuntasan kasus century juga terkesan digantungPadahal, sudah lebih dari 90 saksi dipanggil dan ratusan pemeriksaan dilakukan.
"Apakah masih ada saksi yang akan dipanggil dan diperiksaKalau sudah nggak ada, buat kesimpulan, apa cukup bukti untuk dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutanTapi, itu sampai sekarang nggak ada penjelasan," kritik Mahfudz.
Dia menambahkan PKS juga hendak disandera melalui kasus L/C fiktif MisbakhunMahfudz menyebut kasus Misbakhun seharusnya murni perdataIni biasa terjadi di kalangan perbankanTapi, belakangan kasus tersebut justru masuk dalam delik pidana"Apakah ini penyenderaan politik, rasanya niatnya memang begitu," katanya
Ketidakjelasan nasib reshuffle, lanjut Mahfudz, juga bagian dari imbas politik saling sandera itu"Reshuffle jadi apa nggakPDIP jadi masuk apa nggak, akhirnya nggak jelas jugaIni seperti puasa yang nggak jelas lebarannyaAkhirnya capek juga yang puasa," canda Mahfudz.
Menguatnya politik saling sandera juga berdampak ke internal koalisiMahfudz mengatakan sekretariat gabungan (setgab) sejak terbentuk tidak bisa efektifBahkan, sering hanya menjadi "pemadam kebakaran?Padahal, saat dibentuk, setgab diharapkan bisa menjadi forum konvergensi tempat bertemunya berbagai pandangan.
"Apalagi, saling sandera terjadi pada tokoh "tokoh kunci yang mengendalikan setgab sendiriGajah sama badak berantem, kelinci nonton sajalah dari pinggirKita cari makan saja diluar baik "baik," katanya, lantas terkekehLantas siapa yang berposisi sebagai "penyandera" itu - "Siapapun yang punya akses kekuasaan dan punya kepentingan tertentu berpotensi menyandera," jawabnya.
Lingkaran setan politik paling sandera ini, jelas Mahfudz, hanya bisa diputus melalui kepemimpinan yang kuatKepemimpin ini harus berani memecah segala macam kebuntuan dan benang kusut dengan penegakan hukumMahfudz mengingatkan konflik kepentingan yang mendera setahun belakangan ini berangkat dari beragam kasus hukum.
"Sepanjang 2010 ini justru penegakan hukum menjadi isu yang paling disorot, karena menimpa aparat dan institusi penegak hukum sendiri," tandasnya.Maruarar Sirait mengatakan konsistensi yang ditunjukkan PDIP selama ini membuktikan PDIP tidak tersandera secara politik"Dalam kasus suap Miranda Goeltom, beberapa sudah kader PDIP menjadi tersangkaApakah PDIP tersandera" Buktinya kami tetap oposisi, tidak berkompromi soal century," jelasnya.
Anggota Komisi XI DPR itu justru balik menyarankan agar Presiden SBY tidak tersandera oleh koalisinya"Kalau memang sudah tidak cocok dengan Golkar atau PKS, lepas saja," katanya.
Apa PDIP berminat menggantikan kursi kosong setelah ditinggal Golkar dan PKS" "Kami belum berhasil menang di 2004 dan 2009, ya sudah di luar pemerintahanBuat apa ada pemilu, kalau setelah itu berlomba "lomba untuk masuk pemerintahan," jawab Maruarar, enteng.
Yudi Latief menyebut politik telah dibunuh beramai "ramai oleh masyarakat politik sendiri"Seperti bunuh diri," katanyaMenurut dia, ini terjadi karena partai politik yang semestinya menjadi sarana kebijakan kolektif telah dikuasai orang per orangTerutama para pemilik modal besarAkibatnya berkembang demokrasi saweran.
"Karena pengumpulan dana dari publik tidak jalanAkhirnya bergantung dari konglomerat hitam, karena hanya itu yang punya uangTidak ada partai yang bersih," sindirnyaYudi menyebut politik sebagai teknik semakin canggih, namun secara etik merosot tajamMulai maraknya pencitraan, pengalihan isu, menyandera untuk melemahkan lawan, sampai maraknya "serangan fajar" dalam pilkada.
"Akibatnya persekutuan yang muncul adalah persengkokolan jahatSetgab misalnya tidak menjadi tempat saling tolong menolong dalan kebaikan dan taqwa, tapi dalam dosa dan kesesatanSetgab membuat politik menjadi tempat perlindungan para maling," katanya.
Untuk mengakhiri itu, menurut Yudi, input modal ke ruang politik kekuasaan harus dikurangi"Nggak ada Bill Gates (bos Microsoft yang terkenal kaya raya, Red) tiba "tiba menjadi Ketua Umum Partai Republik di AmerikaTapi, kalau di sini (Indonesia, Red), pemilik modal bisa langsung masuk memainkan kepentingannya melalui partai politik," sindir Yudi(pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Anggota KPU Tolak Parpol Urusi Pemilu
Redaktur : Tim Redaksi