Rangkaian prosesi pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X GKR Bendara dimulai kemarinProsesi pertama adalah plangkahan dan ngabekten
BACA JUGA: Ibunda Denny Indrayana Berbicara Tentang Putranya
OLEG WIDOYOKO, Jogjakarta
UPACARA plangkahan dimulai sekitar pukul 09.30 WIB di Keraton Kilen
BACA JUGA: Kakek-Nenek Belajar Membaca, Malu sama Cucu, Tak Mau Ditipu
Dengan kebaya warna sama, mereka tiba di Keraton Kilen bersama istri-istri pengageng keratonBeberapa saat kemudian Sri Sultan HB X dan permaisuri GKR Hemas tiba dan memerintah calon pengantin putri menyerahkan uba rampe plangkahan kepada GRAj Nurabra Juwita
BACA JUGA: Albertina Ho, Hakim Kritis PN Jakarta Selatan yang Dimutasi ke Daerah
Plangkahan merupakan simbol kerelaan kakak yang akan dilewati adiknya yang bakal menikah terlebih dahuluDi antara lima putri Sri Sultan, Nurabra Juwita dan Nurastuti Wijareni atau Jeng Reni (kini bergelar GKR Bendara) yang belum menikahNurabra adalah putri keempat, sedangkan Reni kelima.Putri sulung GKR Pembayun menikah dengan KPH Wironegoro, GKR Condrokirono menikahi KRT Suryokusumo, dan GKR Maduretno menikah dengan KRT PurboningratSelasa besok, GKR Bendara akan menikah dengan KPH Yudanegara yang memiliki nama asli Achmad Ubaidillah.
Dalam uba rampe yang dibawa dengan menggunakan dua nampan dan satu bokor kuningan itu, terdapat pakaian sak pengadeg (bawahan hingga atasan), sepatu, tas, dan dompetSelain itu, diserahkan satu paket pisang sanggan yang terdiri atas pisang raja dua tangkeb, suruh ayu, gambir, kembang telon, dan benang lawe.
Setelah penyerahan yang disaksikan langsung oleh Sri Sultan HB X, GKR Pembayun selaku cepeng damel keputren (koordinator Keputren) memberikan aba-aba agar GKR Bendara melakukan prosesi ngabekten (menyembah dan meminta restu) kepada Sri Sultan HB X dan Ratu HemasDalam prosesi itu, GKR Bendara atau yang akrab disapa Jeng Reni melakukan laku ndhodhok (jalan jongkok) di atas karpet bertabur bunga melati untuk mencium lutut Sri Sultan, ayahnyaHingga prosesi berakhir, Sri Sultan yang mengenakan surjan oranye-kuning tidak melontarkan sepatah kata pun
Setelah upacara ngabekten, GKR Pembayun meminta pendamping calon pengantin putri BRAy Suryadiningrat dan BRAy Suryamentaram membawa putri dari Keraton Kilen ke KeputrenSetelah memasuki kompleks Keputren, GKR Bendara bersama GKR Hemas dan sesepuh keraton lain melakukan transit di Bangsal Sekarkedhaton.
Sedangkan calon pengantin pria menjalani prosesi nyantri setelah dijemput dari Dalem Mangkubumen menuju Bangsal KsatriyanPenjemputan dilakukan KRT Jatiningrat dan KRT YudahadiningratPerjalanan dari Mangkubumen menuju regol Magangan menggunakan tiga keretaYaitu, Kyai Kuthakaraharja yang dinaiki Jatiningrat dan Yudahadiningrat, Puspaka Manik yang digunakan pengantin pria, dan Kyai Kus Gading dinaiki keluarga pengantin laki-laki
Di Regol Magangan, ratusan warga Jogjakarta sudah menungguWarga yang rata-rata bermukim di sekitar keraton mengetahui pengantin pria akan tiba di situ sekitar pukul 11.00 dari pemberitaan media massa"Mumpung liburan, sekalian melihat ke siniKepengin lihat Mas Ubai (panggilan KPH Yudanegara, Red) langsung," ujar Lutfhi Hasan, warga Pugeran yang datang bersama istri dan anaknya.
Setelah tiba di Magangan, Yudanegara yang juga Kasubid Komunikasi Politik Bidang Media Cetak Setwapres diantar menghadap KGPH Hadiwinoto selaku cepeng damel Ksatriyan di Bangsal KsatriyanUbai dan keluarga beristirahat di Gedhong Srikaton dan kembali ke Ksatriyan untuk meneruskan prosesi nyantri.
Menurut GBPH Prabukusumo, tradisi nyantri dilakukan untuk semua calon mantu keraton, baik perempuan maupun laki-laki, sebagai sarana pengenalan kepada anggota keluarga keratonDahulu prosesi tersebut dilakukan selama 40 hari menjelang menikah, berbarengan dengan prosesi pingitan.
Namun, karena perkembangan zaman, sekarang dilakukan secukupnya, menjelang hari H pernikahan sebagai simbol adaptasi di lingkungan keraton"Tujuannya, pengenalan kepada anggota keluarga keraton untuk mengakrabkan supaya keraton bisa mengenali calon mantu," ujar Prabukusumo di Bangsal Ksatriyan.
Sebelumnya, Nurabra Juwita mengatakan tidak meminta barang istimewaSebagian barang merupakan pilihan Jeng Reni dan Ubai serta orang tuanyaMeski begitu, ada juga yang dia pilih sendiri"Tapi, gak ditentuin kok harus merek apa atau gimana," ujar Jeng Abra ?panggilan Nurabra Juwita.
Dia tidak mempermasalahkan adiknya menikah terlebih dahuluPutri keempat Sri Sultan yang lahir 24 Desember 1983 itu juga menyatakan merestui pernikahan adiknya dan tidak meminta permohonan khususMeski demikian, Jeng Abra tetap harus menjalani upacara plangkahan sebagai ritual di keraton.
"Jodoh orang kan masing-masing, bukan kita yang ngaturKerena itu, bagi saya, tidak masalah adik saya duluan menikahSaya ingin berkarir dulu," tutur Jeng Abra yang berkarir di Jakarta bidang IT.
Jeng Abra menuturkan, sebelum dilamar, adiknya melakukan pembicaraan pribadi dengan dirinyaJeng Reni sempat menyatakan rasa sungkan karena harus menikah terlebih dahuluNamun, sebagai kakak, dia justru tidak mempermasalahkan itu.
"Sebelumnya memang sempat ada pembicaraan tentang persoalan iniSebab, jika Reni menikah, berarti tinggal saya yang belumSebenarnya dia agak berat, tetapi saya mendorongYa memang melangkahiTapi, saya tidak masalah karena jodoh orang sendiri-sendiri," tuturnya.
Dia berpesan agar setelah menikah, Jeng Reni maupun Ubai tidak melupakan keluarga"Saya tidak bisa memberikan pesan khususKurang lebih sama dengan semua orang, yakni agar semua berjalan baikSaya hanya mendoakan agar mereka bahagia dan paling penting adalah tidak melupakan keluarga," tandas Jeng Abra(leg/tya/jpnn/c4/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Worro Hery Astuti, Ahli Ramuan Kecantikan di Balik Pesta Pernikahan Putri Raja Jogja
Redaktur : Tim Redaksi