kelistrikan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Tenggara (Sulselrabar), Sabtu 1 Mei.Akibatnya, sejumlah daerah di wilayah ini kembali terancam pemadaman.
PLTG Sengkang adalah pembangkit yang menopang kelistrikan di Sulsel, Sulbar, dan Sultra
BACA JUGA: Pemadaman Tak Lagi Berjadwal
General Manager PLN Sulselrabar, Ahmad Siang malam tadi menyebutkan, PLTG Sengkang keluar sistem sekitar pukul 04.42 Wita, kemarin
BACA JUGA: Kapolda Siap Mediasi Warga dan PT EEES
Nilai pembelian untuk kapasitas 195 MW PLTG Sengkang sekira Rp 75 juta per jamMengantisipasi terjadinya pemadaman yang lebih besar, Ahmad Siang kemudian meminta pelanggan industri untuk menggunakan genset
BACA JUGA: Masih Ada Desa Belum Tersentuh Listrik
Dari pelanggan industri ini, kata Ahmad Siang, mereka mendapatkan pasokan daya 76,2 MW, sehingga defisit daya tersisa 138,8 MW.Menurut dia, semua pembangkit lain yang memperkuat sistem kelistrikan Sulsel dalam kondisi normalPLTA Bakaru 126 MW, pembangkit terbesar kedua, beroperasi cukup optimal."Kami telah meminta 56 pelanggan industri, seperti Semen Tonasa, Bosowa, dan lainnya untuk sementara keluar sistemIni dapat menghemat lumayan sehingga
defisit kita tinggal 63 MW," tutur Ahmad.Pemadaman, sebut Ahmad Siang, bukan bergilir tapi 12 jamNamun, dia berharap PLTG Sengkang cepat masuk ke dalam
sistem"Kami memohon maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan iniBerikan kami waktu untuk berusaha memperbaiki sistem kelistrikan kitaMudah-mudahan satu dua hari ini, PLTG Sengkang kembali masuk ke sistem," harap Ahmad Siang.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo secara khusus mengirimkan pesan singkat kepada GM PLN Sulselrabar agar secepatnya membantu mengatasi krisis listrik di Sulsel.“Kami sudah menerima pesan singkat dari gubernur untuk menyelesaikan masalah iniInsya Allah, kita akan segera mengatasinya,” ujarnya.
Dampak 12 Jam
Kawasan Bosowa (Bone, Soppeng, Wajo) mulai merasakan dampak negatif dari aksi pendudukan terhadap PT Energy Equty Epic Sengkang (PT EEES)Pemadaman merupakan konsekuensi logis setelah aktivitas PT EEES terhenti, Sabtu 1 MeiKaryawan penghasil gas itu enggan mendekat di lokasi pabrikMereka khawatir massa yang telah melakukan pendudukan selama dua hari kembali berbuat anarkis menyusul petugas kesehatan Equity bernama dokter Harun, menjadi korban aksi sebelumnya
Pemadaman dimulai sekira pukul 04.00 dini hari, kemarinKawasan Bosowa, khususnya Wajo, pun berubah menjadi kota gelap-gulitaSampai pukul 22.00 malam tadi, listrik di Wajo masih padam.Operasi produsen gas itu dihentikan menyusul perundingan antara BP Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi dan Presiden PT EEES dengan Pemerintah Kabupaten Wajo kembali menemui jalan buntuPadahal, kemarin menjadi deadline industri gas yang terletak di Gilireng itu memberikan jawaban kepada warga dan mahasiswa yang menduduki PT EEES sejak Kamis 29 April lalu.
Perundingan antara Pemkab Wajo dengan BP Migas dan PT EEES, Jumat 30 April, digelar di kantor bupati WajoPertemuan yang dipimpin langsung Bupati Wajo Andi Burhanuddin Unru digelar tengah malam, sekira pukul 23.00 witaHadir pada perundingan itu, Kepala BP Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi Bahari Abbas, Presiden PT EEES Andi Riyanto, Kasubdin PAM BP Migas Joko Warsito, dan Kepala Bagian Pengelola PT EEES Bambang SF.
Sayangnya pertemuan yang dihadiri beberapa pimpinan SKPD kembali gagal membuahkan hasilBP Migas tetap ngotot, permintaan royalti (bagi hasil) sepenuhnya
menjadi kebijakan Depertemen Keuangan dan BP Migas Pusat. Pertemuan berlangsung panas, terlebih bupati Wajo yang akrab disapa Andi Bur tersinggung dengan pernyataan Bahari Abbas yang menuding orang nomor satu di Wajo itu tidak memahami substansi pembagian bagi hasil antara PT EEES dengan Pemkab Wajo
Pernyataan ini menyulut kemarahan Andi Bur dan meminta Polres Wajo menahan keempat utusan BP Migas dan PT EEES ituKetakutan itulah membuat Bahari Abbas meminta maaf atas pernyataan yang menyinggung mantan Sekkab Wajo ituBahkan, Abbas berlutut di hadapan Andi Burhanuddin Unru sebagai ekspresi maafSetelah itu, perwakilan BP Migas dan PT EEES dibiarkan meninggalkan kantor bupati Wajo sekira pukul 24.00 waktu setempat
Sementara di lokasi PT EEES, massa gabungan mahasiswa dan warga perlahan meninggalkan lokasi setelah melakukan pendudukan selama dua hariRibuan massa mulai bubar setelah bupati Wajo mendatangi lokasiDi depan ribuan demonstran, Andi Bur memaparkan hasil pertemuannya dengan pihak BP Migas yang digelar malam sebelumnya
"Saya harapkan agar warga meninggalkan lokasi PT EEESKita kembali memberikan kesempatan kepada BP Migas untuk merealisasikan 12 persen bagi hasil untuk daerah penghasil dari keberadaan PT Energy di Wajo sampai 6 Mei mendatang," tegasnya, Sabtu 1 MeiAndi Bur mengatakan, pada 6 Mei mendatang menjadi batas terakhir BP Migas memberian keputusan bagi hasil kepada Wajo sebagai daerah penghasil gasKendati massa telah meninggalkan penghasil gas yang telah beroperasi selama 13 tahun di Wajo ituNamun, ratusan aparat kepolisian tetap bersiaga di PT EEES.(slm-asw-id)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik Makasar Terancam Padam
Redaktur : Auri Jaya