Sumber pembiayaan capex tahun ini sebesar Rp74 triliun,di mana dana internal mencapai Rp 3 triliunDahlan menyampaikan, sejauh ini perusahaan setrum milik negara itu juga sudah mendapat komitmen pendanaan sekitar Rp20 triliun
BACA JUGA: Indonesia Harus Perketat Pelabuhan
"Mana opsi yang akan diambil akan disesuaikan dengan kondisi dan biaya bunga yang lebih menarik," katanyaDahlan menegaskan, kemungkinan besar PLN akan menerbitkan obligasi baik dalam bentuk rupiah, dolar, bahkan renminbi untuk memenuhi kebutuhan capex tersebut."Semua masih terbuka
BACA JUGA: Dicari Lahan Tebu 400 Ribu Hektar
Obligasi bisa dolar, bisa rupiah, bisa renminbiBACA JUGA: Menteri Perhubungan Hapus Fuel Surcharge
Ia menambahkan, belanja operasional akan dimanfaatkan untuk kebutuhan BBM pembangkit, dan transmisi.Dahlan berpendapat, mulai 2010 pos belanja BBM mulai berkurang sejalan dengan beroperasinya seluruh pembangkit 10.000 megawatt (MW).Sementara Direktur Keuangan PLN Setio Anggoro Dewo menyatakan bahwa mencari pendanaan ke pasar akan lebih berat daripada perbankan."Persyaratan kalau pasar kita persiapkan saat pasar lebh murah kita persiapkan, seperti laporan keuanganLaporan ingin dipercepat audit, akhir April atau awal Mei selesaiTergantung pasarnya," katanya.
Selain capex, pada 2010 ini PLN juga menganggarkan operational expenditure (opex) sebesar Rp144 triliun dan profit sebesar Rp12 triliun dengan pendapatan sekira Rp160 triliunCapex sebesar Rp74 triliun akan digunakan untuk pembangkit, transmisi dan distribusiPembangkit lebih dari 50 persen sementara itu yang paling kecil adalah untuk distribusi karena harus memperbaiki trafo dan pengadaan trafo 12 di kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, dan Surabaya.
Kemudian terkait dengan proyek PLTA Asahan III 2 x 90 MW di Sumatera Utara Dahlan menyatakan akan mencari sumber dana lain jika pinjaman Japan Bank for International Coorporation (JBIC) dirasa mahal.Proyek Asahan akan dibiayai JBIC diperkirakan akan mencapai 420 juta dolar ASSedangkan, ada perusahaan swasta lain yang menawar hanya 350 juta dolar AS"Selisihnya cukup banyakKalau JBIC tetap memaksakan dengan harga yang mahal, ya kita harus mencarikan pilihan lain," kata Dahlan.
Karena itu, lanjut Dahlan, pihaknya akan menekan biaya proyek JBIC melalui tender rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC)"Kalau nanti proyeknya mahal, PLN bisa dipermasalahkan," tambahnyaDahlan juga mengatakan, PLN tidak mau dibebani pengembalian pinjamannya"Memang PLN bisa dapat pinjaman, tapi kan harus mengembalikannya," ujarnyaSejauh ini JBIC menawarkan pinjaman berbunga murah yakni hanya 0,7 persen dengan tenor 40 tahun.(ara/aj/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asean-China AFTA Tak Ganggu FTZ BBK
Redaktur : Auri Jaya