BACA JUGA: Listrik Made In Bantar Gebang
Direktur Energi Primer PLN Nur Pamudji menegaskan, harga listrik dari PLTSa memang seharusnya lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh pembangkit BBM
BACA JUGA: India Coba Sensus Biometrik
"(Maksimal, Red) Rp 850 per KWH memang lebih tinggi kalau dibandingkan dengan pembelian lainDia menyatakan bahwa PLN siap membeli berapa pun daya listrik yang dihasilkan oleh PLTSa-PLTSa
BACA JUGA: Bidik Konsumen Sehat, Kraft Kurangi Garam
Nur bahkan berharap lebih banyak investor swasta yang berminat membangun PLTSa di daerah-daerah lain"Saya kira, banyak daerah yang bisa membuat ituSelama ada, sampah bisa dibuat listrik," papar dia.Konsep pembangunan PLTSa seperti itu, lanjut dia, sudah diadopsi banyak negara majuSalah satunya Korea SelatanNegara tersebut berhasil memanfaatkan sampah sebagai salah satu penghasil energi alternatif?Di negara itu ada sebuah pulau khusus pembuangan sampahJadi, tinggal dibuat sumur-sumur gasnya,? ulas dia.
:TERKAIT Nur menceritakan, di Korea Selatan, sampah dibawa dengan kapal menuju sebuah pulau tak berpenghuniSetelah sekian lama, sampah-sampah tersebut menghasilkan metana yang bisa dikonversikan menjadi listrikMeski begitu, dia menuturkan bahwa PLN tidak akan mengusulkan hal itu kepada pemerintah"Biarlah itu wilayah investor dan pemerintahKami bagian pembeli saja," tegasnya
Direktur Operasi Jawa-Bali PLN IGA Ngurah Adnyana mengatakan, PLN di Bali pernah membeli listrik dari PLTSaDi Pulau Dewata, listrik dari sampah dibeli dengan harga Rp 700 per KWHPembelian itu sudah cukup menguntungkan karena PLN menjual kepada konsumen dengan harga yang lebih tinggi"Di Bali kami jual kepada pelanggan Rp 850 per KWH," papar dia.
Ngurah menilai harga penjualan di Bali seharusnya lebih tinggi daripada Bantar GebangSebab, kebanyakan pelanggan di Bali merupakan pelaku bisnis, seperti hotel dan resor yang berani membeli listrik dengan harga tinggiKarena itu, dia mengatakan masih perlu negosiasi dengan operator PLTSa Bantar Gebang mengenai harga tersebut"Masih negosiasi harga," ucap dia.
Menurut dia, penyebab minimnya minat investor membangun PLTSa bukan harga beli yang rendah, melainkan faktor koordinasi yang cukup rumit dengan pihak lainDalam pengembangan PLTSa, misalnya, investor harus mendapatkan jaminan dari pemda atau pemkot sebagai pemilik sampah"Kalau tidak ada jaminan pasokan sampah, ya nggak jalan PLTSa itu," papar dia.
Dia menuturkan, kota-kota besar lain seharusnya mengembangkan PLTSaSelain menjadi pengolah sampah rumah tangga, PLTSa bisa menambah ketersediaan listrik bagi daerah tersebutSaat ini hanya TPST Bantar Gebang dan TPA Denpasar yang dibuatkan proyek itu"Seharusnya, di Bandung atau Surabaya juga ada proyek seperti ituDi Denpasar saja ada, kok," ucapnya(wir/c11/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berhenti Merokok, Arteri Membaik
Redaktur : Auri Jaya