PLTN Tertunda, Indonesia Rugi

Minggu, 30 Mei 2010 – 13:50 WIB
Foto sebuah lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Eropa. Foto : Threehugger.com

JAKARTA - Berbagai kendala teknis yang menunda rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia dianggap sebagai kerugianKepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Hudi Hastowo mengatakan, penundaan itu membawa risiko jangka panjang bagi ketersediaan energi listrik di Indonesia.

"Jelas ada risikonya penundaan penggunaan PLTN," kata Hudi, Sabtu (29/5)

BACA JUGA: Gubernur Sumut-Dirut PLN Capai Kesepakatan

Menurut dia, risiko tersebut antara lain berupa hilangnya sumber daya manusia (SDM) ahli nuklir Indonesia
Akibat kemampuannya tidak digunakan, mereka bisa memilih bekerja di luar negeri.

Selain itu, juga ada potensi terhambatnya pasokan bahan baku PLTN dari luar negeri karena daftar tunggu yang semakin panjang dari negara lain

BACA JUGA: Dirjen Pajak Kalah, Menkeu Belum Bersikap

"Padahal, negara kita paling siap menggunakan tenaga nuklir," ujarnya.

Hingga kini, berdasar data BATAN, ada beberapa daerah yang telah mengajukan diri sebagai tempat pembangunan PLTN
Antara lain, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur

BACA JUGA: Biaya IMB Rumah Sederhana Dibebaskan

Hudi mengungkapkan, untuk memulai program pemanfaatan tenaga nuklir, dibutuhkan waktu sekitar 8-10 tahunJadi, pembangunan PLTN baru bisa terealisasi pada 2019 atau 2020.

Dia mengingatkan masyarakat bahwa kebutuhan energi listrik pada masa depan akan sangat tinggiKarena itu, PLTN harus menjadi salah satu bagian dari rencana pengembangan energi nasional agar kebutuhan bisa tercukupiApalagi, teknologi PLTN saat ini jauh lebih maju dibanding dengan di masa lalu.

"Teknologi saat ini sangat menekankan keselamatan dengan hadirnya konsep PLTN generasi IV yang aman, ekonomis, dan minimal limbah," terangnya.

Dia menjelaskan, sejak ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Ukraina, pada 26 April 1986, telah lahir berbagai konvensi yang secara administratif lebih meningkatkan keselamatan nuklirMisalnya, Nuclear Safety Convention tidak memungkinkan suatu negara menyembunyikan informasi terkait keselamatan PLTN.

Pakar teknologi nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Zaki Su`ud mengatakan, nuklir punya keunggulan dari sisi kepadatan energiSelain itu, biaya operasionalnya relatif murah dibandingkan energi fosilNamun, Zaki mengakui bahwa PLTN secara umum memerlukan biaya modal yang lebih besar daripada pembangkit-pembangkit jenis lain.

Masalah lain PLTN, kata dia, terkait kekhawatiran yang berlebihan atas kecelakaan nuklir dan limbah nuklirHal itu mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat"Itu yang menjadi kendala pendirian PLTN di Indonesia," tuturnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPPU Persilakan Airline Banding


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler