Para eksekutif dari perusahaan SunRise Australia berangkat ke Port Moresby untuk melawan keputusan Pemerintah Papua Nugini (PNG) yang memberlakukan kuota impor beras sebesar 20 persen bagi perusahaan Australia itu.

SunRice, yang berbasis di daerah Riverina di negara bagian New South Wales, merupakan mitra utama sebuah perusahaan PNG yang mendatangkan beras setiap tahunnya ke PNG dengan nilai sebesar 360 juta dolar.

BACA JUGA: Rp 2 Miliar Dihabiskan untuk Jamuan Makan PM Australia

Pemerintah PNG belum lama ini telah memberikan kuota impor beras 80 persen kepada sebuah perusahaan Indonesia.

Pemerintah PNG menyatakan perusahaan Indonesia itu merupakan "investor perintis" yang bertekad memajukan industri perberasan di Papua Nugini.

BACA JUGA: Beralih Dari Mobil ke Sepeda Listrik

Chairman SunRice yang juga petani beras dari Riverina, Laurie Arthur, mengatakan pihaknya telah meyakinkan sekitar 1000 pekerjanya di PNG bahwa perusahaan ini akan melakukan segala sesuatunya untuk memastikan pekerjaan mereka aman.

Dia mengatakan kalangan eksekutif SunRice mempertimbangkan langkah hukum, mengingat Australia memiliki kesepakatan bilateral dengan PNG.

BACA JUGA: ELL: Bagaimana Saya Belajar Bahasa Inggris

"Situasinya sangat cair dan kami belum begitu memastikan apa yang akan kami lakukan pada tahap ini," kata Arthur.

SunRice beroperasi di PNG di bawah merek Trukai serta menguasai sekitar 75 persen pasar beras negara itu.

Frank Yourn, direktur eksekutif Australia-Papua New Guinea Business Council, kepada ABC mengatakan khawatir keputusan pemerintah itu akan mengirimkan "sinyal negatif kepada investor, bukan cuma investor Australia tapi investor dimana pun".

"Jika investasi mereka tifak dilindungi dengan baik oleh perjanjian internasional yang disetujui Papua Nugini, maka hal itu akan menjadi kekhawatiran besar bagi para perusahaan," katanya.

Arthur menyatakan dia tidak berharap kuota impor baru itu akan berlaku mulai tahun ini.

"Kami memohon pemerintah untuk tidak mengambil langkah ini," katanya.

"Kami percara hal ini tidak baik bagi rakyat Papua Nugini karena kami memasok mereka dengan beras kualitas tinggi," tambah Arthur.

"Selama 40 tahun kami memasok keamanan pangan untuk Papua Nugini," ujarnya lagi.

Diterbitkan Pukul 16:30 AEST 2 September 2016 oleh Farid M. Ibrahim. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Inovasi Keren Pemenang Eureka Prize 2016

Berita Terkait