Poempida: Jangan Terprovokasi Broadcast Potensi Rusuh

Kamis, 10 Juli 2014 – 22:34 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Tim pemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla meminta masyarakat, terutama warga Sumatera Barat tidak terprovokasi adanya pesan berantai (Broadcast) via BlackBerry Messenger tentang potensi kerusuhan pasca pemilu presiden.

"Hati-hati dengan banyaknya bentuk provokasi untuk menciptakan chaos. Yang diuntungkan tentu pihak yang menyebarkan dan tidak bertanggung jawab. Saya mengimbau kepada seluruh pihak, dan seluruh lapisan masyarakat untuk tidak terprovokasi," kata Poempida Hidayatulloh menjawab JPNN, Kamis (10/7) malam.

BACA JUGA: Polri: Situasi Masih Kondusif

Dikatakan, proses demokrasi yang dibangun bangsa Indonesia saat ini  sedang menghadapi suatu ujian. Wakil rakyat asal Sumatera Barat itupun yakin masyarakat masih mempunyai nalar yang rasional. Sebab, kehidupan berbangsa di Indonesia tidak habis di Pilpres 2014.

"Negara ini harus dapat diwariskan keberadaannya sampai jauh ke masa depan. Kita harus bangga Negarawan-negarawan seperti Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK akan menunjukkan sikap mulianya pada tanggal 22 Juli 2014," ujarnya.

BACA JUGA: Curiga Lembaga Survei Berpihak ke Jokowi-JK

Karena itu Poempida mengajak semua pihak mengawal proses perhitungan hasil pilpres 2014 dan menjadikan politik membangun mental bangsa yang obyektif, santun, adil, bijaksana dan berwibawa.

Dia juga meminta aparat kepolisian mengusut adanya pesan berantai via BBM tersebut tanpa harus menunggu laporan masyarakat. "Sebenarnya Polri harus segera bertindak. Kan arahan Presiden SBY jelas sekali untuk mengamankan hal-hal seperti ini," tandasnya.

BACA JUGA: SBY Diminta Tetap Netral

Sebelumnya, sejumlah warga Kota Padang, Sumatera Barat menerima pesan berantai (Broadcast) via BlackBerry Messenger yang menginformasikan tentang potensi rusuh, pasca Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli kemarin.

Anehnya, pesan yang dikenal istilah BC itu terkesan menyudutkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Saya terima BC ini tadi, apa benar?" tanya seorang warga Kota Padang yang enggan ditulis namanya, Kamis (10/7).

Berikut isi BC tersebut secara lengkap yang diperoleh JPNN malam ini.(fat/jpnn)

Info dr tmn saya dr Kepolisian, dari tmnnya di Bratel BIN menyebutkan:

1. Potensi kerusuhan pilpres membesar krn survei tertutup menyebutkan jokowi kalah telak secara nasional dari prabowo. Suara jokowi hny menang di sebagian jawa tengah, ntt , lampung, papua dan makassar. Daerah lain dimenangkan prabowo.

2. Ada skenario kerusuhan massal yg didukung pihak asing, dgn menebar penembak gelap yg selama ini berkeliaran di hutan papua utk mendukung papua merdeka. Ingat, gerakan papua merdeka didukung asing, sgt ingin jokowi menang agar bisa referendum spt timtim.

3. Tercium rencana penembakan disejumlah tempat di pulau jawa, thp kader pdip untuk menimbulkan kesan dilakukan pihak prabowo dgn org2 suruhannya shgga terjadi kerusuhan massal dan kekacauan.

4. Kekacauan di setting masif agar pihak asing intervensi dan masuk ke Indonesia. Ingat, pihak asing sgt mendukung jokowi utk bisa kuasai tambang dan refrendum merdeka papua.

5. Info 3000 marinir amerika di darwin sejak satu bulan lalu melakukan latihan penyerangan dan perang kota. Di singapura

5. kapal perang amerika siaga dgn dalih ngedock alias perbaikan. Dari data satelit  Armada ke VII amerika sdh berlayar mendekati pantai selatan pulau jawa dan berjarak hanya sekitar 100 mil utk lakukan penyerbuan.

6. Penembakan kemungkinan dilakukan sniper binaan dinas rahasia asing yg kini disinyalir sdh menyusup  di daerah jawa tengah dan ibukota utk memancing kemarahan rakyat.

7. Sasaran kemarahan rakyat kemungkinan ke pihak aparat TNI / Polri serta kemungkinan tempat keramaian, pasar dan bandar udara.

8. Rakyat marah maka TNI / Polri menembak dan akan terjadi banjir darah shgga ada alasan bagi kekuatan asing masuk intervensi pemilu di Indonesia.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar Real Count, Prabowo-Hatta Merasa Menang Besar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler