Polemik Bisnis PCR, Anak Buah Mengaku Kurang Hati-Hati Mengingatkan Luhut

Selasa, 09 November 2021 – 11:26 WIB
Septian Hario Seto menanggapi polemik bisnis alat tes PCR yang menyeret nama Luhut Binsar.Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto menanggapi polemik bisnis alat tes PCR yang menyeret nama Luhut Binsar Pandjaitan.

Adapun dua perusahaan, yakni, PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi yang terafiliasi dengan Luhut Binsar memiliki saham PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

BACA JUGA: Luhut Disebut Bisnis PCR, Anak Buah: Tuduhannya Terlalu Gila

GSI sendiri merupakan perusahaan yang mendirikan dan mengelola laboratorium untuk tes Covid-19.

Seto mengatakan PT GSI dibangun dengan semangat solidaritas untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Awal Mula hingga Jadi Polemik Bisnis Tes PCR, Luhut Binsar Ternyata

"Sifatnya lebih social entrepreneurship. Jadi, keuntungan yang diperoleh GSI digunakan kembali untuk tujuan sosial, seperti, memberikan tes PCR gratis untuk yang tidak mampu, nakes, ataupun orang-orang yang di wisma atlet," kata Seto dalam keterangan tertulis, Senin (8/11).

Saat polemik tersebut heboh, Seto menambahkan bahwa Luhut Binsar sempat lupa memiliki saham PT GSI.

BACA JUGA: Luhut Binsar Sampaikan Kabar Buruk, Ada Kaitannya dengan Malaysia

"Memang saya akui saya kurang hati-hati dalam mengingatkan Pak Luhut terkait dengan saham GSI sehingga muncul potensi conflict of interest ini buat pak Luhut (jujur saya sendiri juga lupa kalau Toba Sejahtera berpartisipasi di GSI)," ujar Seto.

"Tetapi, memang kondisi pada saat GSI didirikan saat itu membutuhkan keputusan yang cepat terkait peningkatan kapasitas tes PCR ini," sambung Seto.

Seto pun menegaskan Luhut tidak pernah berniat mencari keuntungan dalam bisnis yang dijalankan GSI.

Sebab, dalam perjanjian pemegang saham GSI, ada ketentuan bahwa 51 persen dari keuntungan harus digunakan kembali untuk tujuan sosial.

"Oleh karena itu, sampai detik ini tidak ada pembagian keuntungan seperti dividen kepada pemegang saham. Hasil laba yang lain digunakan untuk melakukan reinvestasi terhadap peralatan atau kelengkapan lab yang lain," ujar Seto. (cr1/jpnn)


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Dean Pahrevi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler