jpnn.com - NASRUL Sulaiman alias Si Kleung (Si Burung Elang) telah menyerahkan diri pekan lalu,. Anak buah Raja Rimba, salah satu kelompok bersejata di Aceh itu,turun gunung bersama barang bukti sebuah granat nanas. Kenapa dia memutuskan untuk menyerah?
RIZNAL FAISAL, Jakarta
BACA JUGA: Nyonya Tua Nan Cantik Makin Memikat
KOMISARIS Besar Polisi (Kombespol) Teuku Saladin SH terlihat tengah berbincang melalui HP dengan seseorang. Meski masalah yang dibahas terdengar serius, Kabid Humas Polda Aceh itu berusaha tetap santai.
“Coba upayakan Raja Rimba dan anak buahnya turun (gunung/menyerah). Kita akan perlakukan mereka dengan baik. Pemerintah sudah beritikad baik,” kata Saladin kepada orang di seberang.
BACA JUGA: Kisah Haru Mengentaskan Anak Jalanan Hingga Berurusan dengan Polisi
Tak jelas apa jawaban dari seberang, lalu Saladin kembali berujar, ”Saya gak mau melakukan kontak dengan beliau (Raja Rimba, red) sebelum A1,” kata Saladin lagi.
Tak lama setelah itu pembicaraan lewat ponsel itu berhenti. “Itu tadi Si Kleung. Anak buah Raja Rimba yang sudah menyerahkan diri. Saya minta bantuannya (Si Kleung, red) untuk melakukan pendekatan dengan Raja Rimba agar juga mau menyerahkan diri. Kalau tidak, kita (polisi, red) akan terus memburu mereka,” kata Saladin kepada Indopos.
BACA JUGA: Berubah jadi PNS Pusat? Masa Harus Tinggalkan Gaji Rp 78 Juta?
Perbincangan ini terjadi di sebuah cafe di Sarinah, Jakarta Pusat, kemarin (27/1). Sarinah mengingatkan Saladin tentang peristiwa teror berdarah yang menewaskan 7 orang dan dua puluhan orang luka-luka, yang terjadi 14 Januari lalu.
“Sehari sebelum kejadian itu saya juga lagi ngobrol di sini,” kata Saladin sambil melihat pos polisi yang jadi sasaran bom.
Saladin kemudian kembali ke topik. Setelah berhasil menaklukkan Si Kleung, kini dia memang tengah mengupayakan Raja Rimba dan 2 anggotanya yang belum menyerah mau turun gunung. Raja Rimba dkk masuk daftar pencarian orang (DPO) Polda Aceh karena telah melakukan serangkaian aksi kriminal bersenjata, mulai dari penculikan, pemerasan dan pembakaran truk.
“Ada tiga kasus yang dilaporkan melibatkan kelompok ini,” kata Alumnus Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus (Untag), Semarang itu.
Sebenarnya, pekan kedua Oktober 2015 lalu, Raja Rimba alias Bahrum pernah ingin menyerah. Ketika itu Saladin sempat berada sepekan di Aceh Timur melakukan negosiasi dengan kelompok bersenjata tersebut. Negosiasi melibatkan LSM dan tokoh desa setempat. Raja Rimba dan dua anggotanya bersedia menyerahkan diri berikut dua pucuk senjata (satu laras panjang, satu laras pendek).
Tapi, negosiasi yang berlangsung alot itu pun akhirnya deadlock. Rencana penyerahan diri batal. “Salah satu syarat yang diajukan tak bisa kita terima. Yaitu, agar dia (Raja Rimba) tidak diproses secara hukum. Ia belum siap berada di balik jeruji besi. Itu kan tidak mungkin,” kata mantan Kapolres Kabupaten Bireuen itu. Raja Rimba dengan anak buahnya pun kembali ke gunung.
Tapi, rencana Raja Rimba yang ingin turun gunung sudah tersebar luas dan sampai ke telinga Si Kleung. Lewat kontak-kontak LSM dan seorang tokoh sebuah desa di Aceh Timur, anak muda berusia 30 tahun itu akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri. Saladin pun kembali dihubungi dan dipercaya sebagai utusan kepolisian dalam negosiasi tersebut.
Saat itu, Saladin kebetulan sedang ada urusan dinas di Jakarta. Sebab itu, dia mengusulkan agar penjemputan dilakukan oleh staf Polda Aceh lainnya. Namun, usulan itu ditolak oleh Si Kleung. Saladin lalu mengusulkan menyerah ke Polres Aceh Timur, tapi tetap ditolak. Lalu, Saladin mengatakan penyerahan diri ditunda dan dilakukan setelah dirinya kembali ke Aceh.
“Sebenarnya dia (Si Kleung) sudah mau menyerah dua minggu sebelumnya,” kata polisi yang mengawali karirnya di Polda Jawa Tengah itu.
Sehari setiba di Aceh, Jumat (15/1) petang, Saladin bersama seorang staf Humas Polda Aceh bergerak ke Aceh Timur. Perjalanan darat menghabiskan waktu semalaman. Esok paginya, Sabtu (16/1) sekitar pukul 09.00 WIB, mobil yang dikendarai Saladin dan seorang anak buahnya tiba di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.
Lokasi desa itu jauh di pedalalaman. Jarak dari jalan provinsi sekitar 40 km. Saladin dan seorang anak buahnya datang hanya berbekal senjata laras pendek. “Saya tak takut. Kami bertemu di rumah seorang tokoh desa setempat,” kata Saladin. Selain Si Kleung, di rumah itu ada sejumlah tokoh warga dan aktivis LSM
Setelah itu, Saladin dan rombongan bergerak ke rumah orangtua Si Kleung. Mereka akan mengambil barang bukti sebuah granat nanas yang disimpan di sebuah lesung dekat rumah sekaligus pamit dengan orang tua Si Kleung. Lantaran granatnya sudah berkarat Saladin meminta bantuan Tim Penjinak Bom (Jibom) Polres Aceh Timur. 7 anggota Jibom lalu mendatangi lokasi dan mengamankan barang bukti.
“Orangtua Si Kleung menangis sambil memeluk-meluk saya. Beliau menitipkan anaknya kepada saya dan minta diperlakukan dengan baik,” ujar Saladin yang juga ikut terharu.
Setelah prosesi penyerahan diri selesai, sorenya, Saladin membawa Kleung ke Banda Aceh, tujuan Mapolda Aceh. Ikut bersama rombongan adalah abang ipar Si Kleung, kakak kandungnya, anggota LSM dan Keuchik (Kepala Desa) Beurandang M Ali. Namun, setiba di Bireuen, pukul 20.00 WIB, Saladin singgah di rumah keluarganya di Desa Pulo Kiton. Mereka makan malam bersama. Saat itu, keluarganya yang curiga sempat bertanya siapa yang dibawanya tersebut. Saladin hanya menjawab kalau mereka itu temannya.
Usai makan malam, pukul 21.00 WIB, mereka bergerak lagi. Setiba di Banda Aceh sudah tengah malam, sekitar pukul 24.00 WIB. Saladin membawa Kleung dan rombongan menginap di rumah dinasnya.
Esok paginya, saat sarapan bersama sejumlah awak media, sang istri Linda Rismauli Manalu sempat bertanya siapa Kleung. Saladin menjawab kalau pria yang bersama itu adalah seorang wartawan di Aceh Timur.
“Media apa,” tanya sang istri lagi. “Boh Itek.com,” jawab Saladin sambil menahan tawa. Itu sebuah jawaban yang lucu dan kata-kata itu sering digunakan sebagai lelucon. Boh Itek dalam bahasa Aceh berarti Telur Bebek. Tapi, lantaran sang istri tak paham bahasa Aceh, jadi cuma bisa manggut-manggut.
Usai sarapan Saladin membawa Kleung ke Mapolda Aceh. Sebelum jumpa pers, Saladin mempertemukannya dengan Kapolda Aceh Irjen Pol Husein Hamidi. Sebelum dibawa kembali ke Polres Aceh Timur, lantaran TKP-nya disana, Kleung sempat tidur selama 4 hari rumah Saladin. Si Kleung kemudian diserahkan ke Kapolres Aceh Timur AKBP Hendri Budiman.
Ketika ditanya kenapa dirinya dipercaya sebagai perantara, Saladin hanya tertawa. “Mungkin mereka telah mengetahui track record saya,” kata mantan Kanit Satuan Keamanan Negara (Kamneg) Ditserse Polda Metro itu.
Si Kleung kini berstatus tahanan kota Polres Aceh Timur. Polisi setempat tengah melakukan pemberkasan kasusnya. Lelaki lajang ini diduga terlibat dalam kasus penculikan Marcom Primrose, seorang warga Skotlandia yang bekerja sebagai staf di PT Medco pada Juni 2013.
“Saya sebenarnya tidak tahu menahu soal penculikan itu. Korban memang sempat diserahkan kepada saya, tapi sehari kemudian saya lepaskan,” kata Si Kleung kepada INDOPOS.
Setelah itu, Kleung mengaku langsung memisahkan diri dari kelompok Raja Rimba sampai akhirnya turun gunung. “Saya menyerahkan diri atas kesadaran sendiri. Tak ada paksaan dari siapapun,” ujarnya lagi.***
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata, Sudah Ratusan Orang Indonesia yang Mengaku Nabi
Redaktur : Tim Redaksi