Ratusan orang menghadiri upacara pemakaman Kardinal George Pell di Katedral St Mary. Sementara kelompok komunitas LGBT dan penyintas pelecehan anak-anak menggelar protes di depan katedral.
Hari ini, mereka yang datang untuk menghadiri upacara pemakaman berkumpul di halaman katedral untuk menonton upacara pemakaman dari layar besar.
BACA JUGA: Cara Unik Kanada Hentikan Krisis Overdosis dengan Dekriminalisasi Narkoba
Peti jenazah Kardinal Pell dibungkus kain putih dengan sulaman emas, sementara sebuah Alkitab dan topi uskup diletakkan di atasnya.
Sejumlah petinggi dan pejabat di Australia ikut hadir dalam upacara tersebut, termasuk mantan perdana menteri Tony Abbott dan John Howard.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Kapsul Radioaktif Berbahaya Akhirnya Ditemukan di Australia Barat
Sejumlah warga Katolik di Sydney mengatakan mereka hadir ke upacara pemakaman untuk memberikan penghormatan kepada Kardinal Pell yang menjabat sebagai Uskup Agung Sydney dari tahun 2001-2014.
"Kami di sini mengakui George Pell sebagai pahlawan Gereja Katolik," kata salah seorang pria.
BACA JUGA: Terlalu Doyan Kawin, Hewan Ini Sampai Tidak Tidur demi Cari Pasangan, Dampaknya Fatal
"Ini jadi hal yang istimewa bagi kami untuk bisa memberikan penghormatan atas pekerjaan yang luar biasa yang dilakukannya," kata warga lain.
Sementara itu sejumlah kelompok dari komunitas LGBT, serta para penyintas pelecehan seksual anak beserta pendukungnya melakukan unjuk rasa di Hyde Park, seberang Katedral St Mary.
Mereka memprotes pandangan konservatif Kardinal Pell tentang hak LGBT dan masalah sosial lainnya dan meneriakkan "Pell, pergilah ke neraka".
Bentrokan terjadi dengan mereka yang hadir ke upacara pemakaman, ketika pengunjuk rasa mencoba mendekati halaman depan katedral. Seorang pria ditangkap dalam insiden tersebut.
Catherine Addington yang bergabung dengan pengunjuk rasa pagi mengatakan ia merasa "sedih, marah, dan kesal".
"Jika Yesus ada di sini hari ini, dia akan berada di sana bersama warga LGBT, dia tidak akan di katedral bersama orang-orang munafik yang menghormati seorang pria dengan warisan yang sangat mengkhawatirkan," katanya.
Kemarin malam, sekelompok pria dan wanita menggunting pita-pita yang diikat di pagar katedral, sambil meneriakkan kata-kata homofobia.
Ratusan pita warna-warni diikat untuk melambangkan luka mendalam yang disebabkan oleh pelecehan seksual terhadap anak-anak di lingkungan gereja.
Petugas Kepolisian New South Wales harus turun tangan setelah ada bentrokan sekitar pukul 08:30 malam kemarin.
Keuskupan Agung Sydney telah dihubungi untuk memberikan komentar.
Polisi menyatakan tidak ada penangkapan dan tidak ada perintah penangkapan yang dikeluarkan, tapi mendesak siapa pun yang datang ke gereja atau melakukan aksi protes hari ini untuk "saling menghormati".
Penyintas pelecehan seksual anak-anak Paul Auchetti menyebut pita-pita di pagar Katedral itu adalah pengingat tentang "urusan yang belum selesai" dan hutang gereja kepada para korban dan keluarganya.
Salah satu koordinator aksi, Kim Stern, mengatakan kecewa karena pita-pita itu dilepas setelah mereka memasangnya kemarin.
"Ada orang-orang tua di sana, hanya berdiri memegang pita, tidak mengatakan apa-apa, hanya merenung," katanya.
"Saya menilai hal ini sebagai lambang kerusakan yang diakibatkan oleh Gereja Katolik terhadap banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. Jadi jelas merupakan tamparan nyata bagi para penyintas karena pita-pita dilepas," ujar Stren.
Jenazah Kardinal Pell telah disemayamkan dan akan dimakamkan di ruang bawah tanah Katedral dalam kebaktian pribadi.
Kardinal Pell, yang merupakan pemuka Gereja Katolik tertinggi di Australia, meninggal karena komplikasi jantung setelah menjalani operasi pinggul di Roma bulan lalu. Ia merupakan salah satu pejabat tinggi di Vatikan.
Artikel ini dapat dibaca dalam Bahasa Inggris
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar Operasi 4 Hari, Kepolisian Sydney Menangkap 648 Pelaku KDRT