Politik Belah Bambu Prabowo Membenturkan Patron Politik Sukarelawan Jokowi

Oleh: Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar EL Mahfudzi

Selasa, 20 Februari 2024 – 00:46 WIB
Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar EL Mahfudzi. Foto: Supplied for JPNN.com

jpnn.com - Politik Belah Bambu Prabowo Membenturkan Patron Politik Sukarelawan Jokowi

Oleh: Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar EL Mahfudzi

BACA JUGA: Suara Golkar Melonjak di Pemilu 2024 Bagian dari Efek Jokowi


Kekuasaan, dalam hal ini Kubu Prabowo Subianto yang didukung Presiden Jokowi terkesan memainkan politik yang dikenal dengan istilah 'Belah Bambu' pada Pemilu 2024.

Politik belah bambu kemungkinan digunakan saat kubu Prabowo gagal menggandeng Ganjar Pranowo sebagai kandidat wakil presiden.

BACA JUGA: Petugas KPPS yang Meninggal Dunia Dapat Santunan Rp 36 Juta, Kalau Sakit Sebegini

Prabowo akhirnya berpasangan dengan putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Sementara Ganjar Pranowo maju sebagai kandidat presiden berpasangan dengan Mahfud MD dengan diusung PDI Perjuangan.

BACA JUGA: Tim Hukum AMIN: Penghentian Penghitungan Suara Adalah Pidana Pemilu

Akhirnya dipilihlah politik Belah Bambu, membenturkan para sukarelawan yang selama ini mendukung Presiden Jokowi.

Prabowo sendiri telah mendapatkan jabatan strategis dalam Pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Belah bambu adalah istilah politik, berebut kekuasaan karena faktor jabatan.

Sukarelawan Jokowi yang selama terpadu dan menyatu dibelah. Satu bagian diangkat ke atas, sementara bagian lainnya diinjak ke bawah.

Tujuan memecah belah sukarelawan Jokowi untuk menghancurkan patron politik Jokowi dan PDIP yang cukup solid dalam dua periode di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

Dijadikanlah Gibran Raka Buming sebagai figur untuk memperdaya antar-sukarelawan Jokowi sebagai asumsi untuk meneruskan kinerja Presiden Joko Widodo untuk mempertahankan kekuasaan.

Praktiknya, dalam teori politik belah bambu, patron politik Jokowi yang menentang kekuasaan diinjak, ditekan dan selanjutnya jika perlu dihancurkan sampai habis.

Sementara sebagian kelompok lain, terutama yang mendukung kekuasaan, diangkat, diberi fasilitas dan diistimewakan kehidupannya di masyarakat.

Sejarahnya, politik belah bambu biasa dilakukan di masa penjajahan Jepang dan Belanda hingga masa Orde Baru.

Politik Belah Bambu dipraktikkan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto dengan melakukan fusi berbagai parpol diperbolehkan hanya tiga, PDI, Golkar dan PPP.

Era Reformasi berlaku threshold hingga 20 persen hingga di pilpres 2024 Prabowo menggalang koalisi gemuk dengan pola Orde Baru mengumpulkan kekuatan-kekuatan lawan untuk bergabung menjadi bagian kekuasaan meluluskan kinerja presiden di parlemen.

Patron politik Jokowi dibenturkan dari PDIP dan antar-sukarelawan yang ada dalam masyarakat dipecah menjadi kelompok kecil.

Dengan demikian tidak lagi punya kuasa atau kemampuan melakukan perlawanan, baik secara politik maupun secara militer.

Lembaga-lembaga survei ikut mewarnai elektabilitas Prabowo yang selalu unggul untuk memberikan sinyal dukungan mayarakat, karena sebagian besar ingin melanjutkan program kerja Presiden Jokowi melalui Prabowo Subianto.

Sementara di sisi lain elektabilitas Ganjar Pranowo selalu menurun seolah para sukarelawan Jokowi dan partai-partai koalisi mengikuti kekuasaan Jokowi yang lebih berpihak kepada Prabowo Subianto.

Melalui teknologi media digital sekarang ini rupanya politik belah bambu masih menjadi pilihan penyelenggara negara untuk kepentingan kekuasaan.

Arena post truth seolahm seakan sudah sesuai dengan prosedur, sudah menjaring pemenang Pilpres 2024 dimenangkan pasangan Prabowo Gibran sebelum adanya waktu pencoblosan.

Kemenangan Prabowo Gibran juga dianggap kemenangan Jokowi, tetapi tanpa disadari sukarewan Jokowi telah dihancurkan oleh kekuasan rezim Prabowo yang berhasil meraih suara di Pilpres 2024 untuk menyambut era baru sukarelawan Prabowo. (***)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Input Data Sirekap Banyak Salah, KPU Beri Penjelasan Begini


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler